“Temen-temen, kita nonton Conjuring 2 yuk!”
Perkataan Halimah barusan membuat ruang kelas 4 heboh
seketika. Ada yang langsung sembunyi di kolong meja, ada yang menjerit
ketakutan, ada yang ngancem mau lapor pak guru, dan kelompok paling banyak
adalah yang langsung pura-pura enggak kenal Halimah.
“Enggak mau,” sahut Leo dengan wajah pucat.
Halimah memperhatikan warna muka Leo yang berubah seketika
dan menggodanya, “waahh… Leo takut hantu yaaa?” Halimah tertawa mengejek.
Leo mendecih sebal.
“Aku mau,” jawab Alfa, merebut perhatian Halimah sepenuhnya.
“Tuh, Leo. Kayak Alfa dong. Beraniii… Itu baru namanya cowok…”
Leo tersenyum serta membenarkan posisi kacamata pantat
botolnya. “Ya masa takut sama special
effect?”
“Hah?” Kiki dan semua anak yang berada di sekitar mereka
melongo. “Spesial flek? Apaan tuh?”
“EFFECT! SPECIAL EFFECT!” Alfa membenarkan temannya yang
mengalami kebudekan dini. “Hantu itu enggak ada. Hantu-hantu yang ada di film
itu semuanya buatan. Jadi ngapain takut?”
“Tapi, katanya itu diambil dari kisah nyata, lho. Hiii…”
Tuti menambahkan. Ia langsung merinding memikirkan kata-katanya sendiri.
Alfa menggeleng dengan wajah masih tak percaya. “Segala
sesuatu pasti bisa dibuktikan secara ilmiah. Lagian itu yang kena
hantu-hantuan, gara-gara dia jarang solat, kali….”
Leo, Tuti, dan Halimah langsung bersyukur dalam hati karena
mereka rajin solat. Sementara Kiki berjanji setelah ini solatnya enggak bakal
bolong-bolong lagi biar enggak disamperin genderuwo.
Setelah diskusi ngalor-ngidul, mereka pun akhirnya sepakat
untuk nonton hari ini. Meskipun harus memaksa Kiki dan berjanji kalau dia bakal
dapat kursi di tengah-tengah mereka, berjanji mengantarkan Tuti sampai ke rumah
karena takut disamperin makhluk halus di jalan, sampai memenuhi permintaan Leo
untuk nonton di siang bolong.
“Kenapa siang, sih? Kan malem lebih seru,” omel Halimah.
“Biar enggak ada setannya,” jawab Leo.
“Yee… namanya juga film setan, masa enggak ada setannya?”
“Loh, kan sekarang bulan puasa. Kalau siang setannya
dibelenggu, jadi enggak bakal ada,” tutur Leo sok tahu.
“….” Halimah sudah ingin menyela, tapi akhirnya diam saja
karena Alfa sudah lebih dulu membeberkan teori perfilman yang dia sendiri tidak
begitu paham ketika mendengarnya.
______
Mereka berlima akhirnya sampai di bioskop dan hendak membeli tiket film. Tuti
yang selalu jadi bendahara kelas, maju ke depan dan berniat membayarkan uang
yang telah ia kumpulkan dari keempat temannya.
“Mbak, tiket conjuring-nya lima, ya,” pinta Tuti.
Mbak-mbak kasir tersenyum ramah pada Tuti yang harus berjinjit
ketika ingin membeli tiket. “Maaf ya, Dek. Ini film dewasa.”
Kegagalan nonton film horror membuat Halimah meraung kesal,
sementara Tuti, Kiki, dan Leo mengucap syukur Alhamdulillah. Leo sih biasa
saja. Tidak jadi nonton pun artinya dia punya waktu lebih untuk membuktikan
teori logaritma yang sejak kemarin belum juga ia rampungkan.
END
Seri Leo & Alfa
Chapter 1 Bola Magnet
Chapter 2 Teh Gelas Botol Kotak
Chapter 3 Sushi Palembang
Chapter 4 Empat Akar Dua
Chapter 5 Amal Gula
Chapter 6 Hidup Sempurna
Chapter 7 Lomba Kedip Chapter 1 Bola Magnet
Chapter 2 Teh Gelas Botol Kotak
Chapter 3 Sushi Palembang
Chapter 4 Empat Akar Dua
Chapter 5 Amal Gula
Chapter 6 Hidup Sempurna
___________
Tiba-tiba kepikiran ide ini gara-gara dari kemarenan gak ada yang mau diajakin nonton Conjuring 2. Ya masa ekeh harus nonton ndirian? :v
Gue mau tau. Tapi ya harus siang... SI-ANG!
BalasHapus