Rabu, 29 Juni 2016

[Flashfic] Cinta Hitam

CINTA HITAM

Tak ada yang bisa memprediksi kapan seseorang bisa jatuh. Jatuh terjerembap, jatuh miskin, juga jatuh cinta.

Seperti diriku yang terlanjur jatuh cinta padanya. Pada rambut hitamnya yang tergerai indah menutupi punggungnya. Pada kulit putihnya yang mulus tak bercela. Pada mata indahnya yang seakan menghipnotis siapa pun yang memandangnya. Lebih dari itu, yang membuatku jatuh ke lembah terdalam adalah perangainya yang begitu lembut. Siapa yang tak jatuh hati pada orang yang selalu mendengarkan keluh kesahmu dengan penuh perhatian? Siapa yang tak jatuh hati pada orang yang selalu bisa membuatmu menjadi dirimu sendiri apa adanya? Siapa yang tak jatuh hati pada orang yang mempercayaimu meski tak ada orang lain yang percaya?

Namun seberapa pun rasa ini dinamakan cinta, tetap saja ini cinta yang hitam. Cinta yang tak boleh bersatu dan menjadi abadi. Sementara, seberapa buruk pun perilakuku di dunia, aku tetap merindukan cinta yang putih. Cinta yang suci.

Oleh karenanya, aku mengalihkan pandanganku dari Kamila dan memusatkan perhatianku pada Haqi, calon suamiku yang kini berjabat tangan dengan penghulu dan mengucap ikrar pernikahan untuk menjadikan aku miliknya, selamanya.

"Saya terima nikahnya Wulan binti Handoyo dengan mas kawin emas seberat 10 gram dan seperangkat alat shalat dibayar tunai."

Selamat tinggal cinta hitamku. Doakan aku supaya bisa mengubur dalam-dalam rasa ini untukmu.

Di detik ketika aku berstatus seorang istri, aku meneteskan air mata haru.

Nana
26-06-2016

Tulisan ini disertakan untuk tantangan menulis dari mbak Kiki :D
Ini adalah flashfiction dari puisi buatan mbak Kiki yang berjudul HITAM-PUTIH

Selasa, 21 Juni 2016

Komunitas Menulis Itu....

Lagi mau ngomongin tentang komunitas menulis, nih. Berdasarkan informasi dari penulis-penulis yang namanya udah beken sekarang, banyak dari mereka yang berangkat dari komunitas menulis. Dulu sih jamannya gue SMP-SMA, yang gede banget itu ya Forum Lingkar Pena (FLP). Novel-novel karya penulis FLP pun cukup laris dan jadi makanan kami-kami yang baru beranjak gede.

Sebelumnya sih, gue enggak pernah ikut komunitas menulis. Writing buddy, ada. Tapi kami bukan komunitas karena emang cuma berempat. Awalnya menyenangkan. Kami juga sering nulis bareng dan suka ngasih tantangan satu sama lain. Tapi pada dasarnya memang kami berempat tidak bisa dikategorikan ke dalam orang yang 'konsisten'. Hingga pada akhirnya, karena kesibukan masing-masing, kegiatan menulis kami pun perlahan berhenti.

Saat itulah ada salah satu dari kami yang mengusulkan untuk bergabung ke dalam komunitas menulis supaya kami kembali konsisten menulis, apapun itu. Komunitas tempat kami bergabung dan masih aktif sampai sekarang adalah OWOP (One Week One Paper). Komunitas ini bertujuan agar para anggotanya menyetorkan minimal satu tulisan tiap minggu. Lumayan cocok buat kami-kami yang suka enggak konsisten ini, kan?



Tapi, yang namanya komunitas itu pastinya ada enak dan enggak enaknya. Gue sendiri udah ngalamin pahit-manisnya tergabung dalam satu komunitas sejak SMA. Namanya juga orang dengan berbagai macam karakter tumplek jadi satu, enggak mungkin banget enggak ada cekcok. Apalagi, kalau kegiatannya banyak dilakukan di dunia maya.