Senin, 17 November 2014

Leo & Alfa - Chapter 3 Sushi Palembang


Bapak guru yang tidak penting disebutkan namanya saat ini berada di depan kelas untuk mengajar Pendidikan Kewarganegaraan pada anak-anak kelas 3 SD MARS.

"Nah, anak-anak. Kalian sekarang sudah kelas 3--"

"Udah tau, pak."

"Diam kamu, Leo. Biarkan bapak menyelesaikan kalimat bapak dulu," kata pak guru menanggapi celetukan Leo. Ia pun melanjutkan, "Sebentar lagi kalian akan menghadapi ujian akhir sebelum naik ke kelas 4. Sebelum itu, kalian harus memikirkan cita-cita kalian. Kalau kalian punya cita-cita, pasti kalian akan lebih giat belajar nantinya. Nah, siapa di sini yang punya cita-citaa??"

Hampir semua anak mengangkat tangannya. Pak guru sudah menduga hal itu. Meski cita-cita anak-anak di hadapannya ini masih bisa berubah nantinya, pak guru berharap bisa mendengar bermacam-macam cita-cita, bukan hanya menjadi dokter seperti kebanyakan anak jaman dulu.

"Kamu mau jadi apa, Kiki?" tanya pak guru.

"Saya mau jadi superman pak," jawab Kiki dengan tampang polos.

Pak guru mendesah. "Kikii...kamu kan sudah kelas 3, masa cita-citanya nggak masuk akal gitu? Superman itu nggak ada..."

"Tapi pak--"

"Oke, yang lain?" Pak guru langsung memotong omongan Kiki. "Coba kamu, Mila."

"Saya mau jadi tukang pecel pak!" sahut Mila antusias.

"Tukang pecel? Kok tukang pecel? Nggak yang tinggian lagi?"

"Nggak apa-apa, Pak. Nanti Mila minum susu yang banyak deh biar tinggi."

Pak guru lagi-lagi mendesah. "Bukan tinggi yang itu maksud bapak, Milaa.... Tapi sudahlah...."

Lalu pak guru pun menunjuk David, Agung, Tyas, Dewi, Tuti, dan lain-lain. Jawaban mereka pun beragam, mulai dari tukang urut sampai istri-yang-setia-melayani-suami-asal-suaminya-pejabat. Tapi tak ada jawaban yang seaneh milik Halimah.

"Kamu mau jadi apa, Halimah?" tanya pak guru lembut.

"Saya mau jadi.....bapak."

Pak guru diam saja. "Kamu mau jadi.... guru seperti bapak, maksudnya?" tanya pak guru memastikan.

"Nggak....saya mau jadi bapak. Saya nggak mau jadi ibu. Repot...."

Pak guru pun geleng-geleng kepala. Sebenarnya dia ingin menggetok-getokkan kepalanya ke tembok, tapi nanti jadi tidak terlihat seperti guru yang berwibawa. Rencananya pun batal. Tadinya dia ingin mendengar cita-cita yang bermacam-macam, tapi tidak seperti ini. Sekarang dia justru ingin mendengar satu anak yang mengucapkan cita-citanya adalah dokter.

"Saya mau jadi peneliti, pak," ucap Alfa.

'Alhamdulillah, akhirnya ada juga yang cita-citanya normal,' ucap pak guru dalam hati.

"Bagus itu, Alfa. Kamu mau neliti apa?"

"Apa aja, pak. Termasuk kenapa nama sekolah kita MARS, padahal kita di BUMI."

"Ehem," pak guru yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah itu pun berdehem sambil terbatuk pelan. Rupanya pak guru masih punya malu kalau ketahuan Marshanda adalah idolanya.

"Oke, Leo cita-cita kamu apa?" lanjut pak guru.

"Saya mau jadi kayak Ronaldo, pak!" seru Leo antusias.

"Hoo.... jadi pemain bola, ya? Cita-cita yang bagus! Berusahalah, Leo."

Namun selesai perkataan pak guru, Alfa langsung nyeletuk, "Kamu mau jadi botak?" tanyanya bingung.

"Bukan pengin jadi 'botak'nya, Alfaaaa!! Aku pengin jadi pemain bola sehebat Ronaldo, si raja Brasil."

"Ah, kayak tau aja Brasil di mana," sindir Alfa.

"Tau doong! Di Afrika, kan?"

Pak guru pun menepuk jidat. Sebaiknya dia segera sudahi saja sesi cita-cita ini sebelum jadi tambah parah.
Saat suasana mulai tenang kembali. Alfa mencolek lengan Leo yang berada di sampingnya. Leo pun dengan segera menoleh dan berbisik, "Apaan?"

"Liat nih, aku punya buku peta seluruh dunia, buat kamu belajar," kata Alfa. "Tapi ati-ati ya. Buku mahal lho ini. Dibeliin papa dari luar negeri."

"Aaah...luar negeri doang. Emang dari mana, sih?"
Alfa tersenyum senang ditanya begitu. "Hehe, coba tebak. Aku kasih klu deeh. Makanan khasnya sushi."

"Palembang?"

"IIIIIH BUKAAAANN!! ITU KAN MASIH DI INDONESIA!"

"Alfa! Bisa diam?" sahut pak guru dari depan kelas, memarahi Alfa yang tanpa sadar berteriak karena kesal.

"Lagian makanan khasnya Palembang kan pempek!" bisik Alfa kemudian.

Alfa kini tahu, selain pengetahuan umum yang payah, pengetahuan geografi Leo juga sangat parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar