Jumat, 26 Juni 2015

Nana Mencoba Menulis Cerita Romantis

Selama beberapa hari ini gue bingung dan galau. Selesai proyek menulis "Begal Cinta" dari OWOP dan "Barisan Sakit Hati" bareng Saa&Zu, gue berniat untuk melanjutkan naskah novel gue yang sudah sangat lama gue telantarkan. Karena emang niatnya bikin komedi, gue nggak merasa ada masalah waktu nulis lagi pada awalnya. Tapi, semakin gue nulis, gue berpikir... novel ini harus ada unsur romancenya.

Harus...

GIMANA NIH??

Kayaknya udah bukan rahasia lagi kalo gue ini nggak jago bikin adegan romance. Mungkin daripada nggak jago, lebih tepat kalo dibilang gue nggak punya "sense of romance" yang baik. Gue sering salah mengartikan sesuatu yang romantis sebagai sesuatu yang menggelikan, begitu pula sebaliknya.

Tapi gue rasa, kalo beneran mau jadi penulis profesional, gue nggak bisa membiarkan masalah ini terus berlarut-larut. Gue harus belajar menulis romance!

Setelah muter-muter ke beberapa blog dan artikel orang lain, gue belajar bagaimana membuat adegan romance. Abis ini gue akan memperlihatkan hasil latihan gue menulis cerita romance.

Minggu, 21 Juni 2015

[Cerpen] Barisan Sakit Hati (Part 2) - Potongan Terakhir

Akhirnya selesai jugaaaa :DD

Sejujurnya ini udah selesai seminggu yang lalu. Tapi proses editingnya lama buangeeeett.... Padahal nulisnya cuma seharian. Hahahaha. Emang yang editing itu susah banget. Dan ini pun setelah diedit belum tentu jadinya sempurna. Tapi seenggaknya beberapa bagian yang kurang sreg sekarang udah jadi sreg, hahaha. Makasih buat partner-partner BSH lain, Saa & Zu, yang udah bantu kasih saran buat cerpen yang satu ini :p

Berhubung ini cerpennya direncanain, jadinya InshaAllah lebih mateng daripada yang pertama. Mateng? Emang kue?
Atau malah yang spontan itu kadang-kadang lebih tak terduga dan lebih oke? Yah, pembaca yang bisa menentukan, hehe. Jadi, setelah baca ini, ditunggu komen, saran dan kritiknya :))

Cerpen BSH yang mungkin ditunggu-tunggu! Yuk mariii~


Menulis Duet Itu... Ya Gitu Deh...

Hari Sabtu kemarin (iya, kemarin. Sekarang udah jam 12 lewat) gue, Ruru, dan Zu, iseng-iseng ikut acara "Saturdate" Tantangan Menulis Duet yang diadakan oleh Gagas Media di Perpustakaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pembicaranya Mahir Pradana dengan Nina Ardianti. Soal apa materinya bisa langsung cek di sini, karena gue males nulis lagi #dikeplak

Intinya, sih. Tentang cara membuat karakter dan bagaimana menulis duet. Karena, Kak Mahir dan Kak Nina baru selesai menulis duet novel yang berjudul "Sunset Holiday". Dari pemaparan mereka soal menulis duet, yang gue tangkep adalah.... RIBET, MEN!

Awalnya harus menentukan karakter, alur, plot dari awal sampai akhir, deadline, dan lain sebagainya. Belum lagi masalah pembagian menulis. Misalnya, setelah Kak Mahir nulis, Kak Nina akan lanjut nulis dengan PoV yang berbeda. Terus, Kak Mahir ngedit sendiri, dikasih ke Kak Nina, diedit lagi, baru terakhir diedit bareng-bareng. Dan ini berlangsung untuk tiap bab. #tewas

Kenapa gue mendengarnya kayaknya ribet banget nulis duet? Yang jelas, satu-satunya alasan yang gue tau adalah karena selama ini pasangan menulis duet gue selalu Ruru. Dan selama nulis bareng Ruru, kami hampir nggak pernah punya masalah. Nggak ada tuh cekcok karena nggak setuju suatu adegan dan segala macem. Gue merasa fine-fine aja dengan tulisan Ruru, dan (sepertinya) Ruru pun merasa gitu. Walaupun terkadang ada yang diedit, biasanya nggak ada rasa nggak sreg satu sama lain sampai terpaksa harus nyari jalan tengah, sih. Mungkin karena dari awal kami berdua emang udah satu persepsi dan pemikiran juga mirip banget, jadinya semua berjalan mulus. Kecuali satu, yaitu soal tulisan kami yang nggak pernah selesai. Karena kami berdua selalu nggak bisa membuat deadline dan konsisten sama deadline itu -___-

Iya, kami ini penulis kurang komitmen.

Saat dikasih tantangan menulis duet selama 30 menit pun, kami hampir nggak mikir sama sekali. Kami cuma mikir, mau pake karakter siapa (karena dari dulu udah sering bikin bareng, tinggal pilih karakter aja), dan mau liburan ke mana (karena temanya tentang liburan). Pada akhirnya, gue dan Ruru milih karakter paling kocak, Hilman, Rezki, dan Agung, yang notabenenya masih anak-anak SD. Karena, liburan itu identik dengan Tasya, kan?? Dan waktu Tasya nyanyi "Libur Tlah Tiba", dia masih SD. Oh, betapa ceteknya otak kami. Kami melupakan hal penting kalau kedua juri adalah penulis romance, dan Gagas adalah penerbit yang terkenal dengan novel romancenya.

Dan kami malah keasyikan bikin cerita 3 anak SD yang sedang merencanakan liburan.

Harusnya kami bikin buku di KKPK (Kecil Kecil Punya Karya) aja.

Sementara karakternya udah ditentukan, pun, kami masih belum tahu jalan ceritanya. Jadi, Ruru gue minta nulis beberapa kalimat sesuka dia, lalu gue lanjutkan, dan begitu seterusnya sampai ending. Biasanya, di benak gue akan timbul beberapa ide baru begitu baca tulisan orang. Karena kami sejenis, cerita bisa berlanjut sampai ending tanpa masalah berarti. Apa yang ditulis Ruru sesuai sama apa yang gue pikirkan, begitu juga sebaliknya. Sepertinya kami lebih banyak berdiskusi lewat telepati daripada kata-kata. Wahahahahhahaha. Levelnya cenayang sekali....

Dan ini adalah hasil tulisan kami berdua.
Ayo tebak siapa nulis yang mana :)) Kalo bisa nebak sampe abis, jago banget!!

Senin, 08 Juni 2015

BSH Balik Lagiiiii!!!!!

Nggak nyangka cerpen BSH (Barisan Sakit Hati) yang tercipta dari rasa iri melihat sahabat yang menikah duluan ternyata mendapat cukup banyak respon. Positif maupun negatif. Negatifnya, kita dikatain jomblo dan disuruh buruan nikah. Ya iya siapa yang gak mau? Tapi kan nikah gak segampang bikin kue putu!!

Eh, bikin kue putu juga gak gampang, deh.

Tanpa diduga-duga, BSH dapet kesempatan lagi merasakan walimahan murabbi kami bersama-sama. Kami merasa inilah titik BSH harus mengungkapkan lagi lewat cerpen part 2. Nggak gampang, soalnya setelah kami benar-benar baru berniat membuat cerpen part 2, tiba-tiba salah seorang sahabat kami yang juga ikut ngaji bersama, bilang akan menikah setelah bulan Ramadhan..... (-_____-) Hemmm.....

Okeeeehhh!!! KITA BIKIN PART 3!!!

Padahal part 2 aja belum kelar-kelar.....

Bukan, ini bukan lagi sakit gigi. Ini ceritanya Nana-Saa-Zu yang lagi galau

Meskipun nama grup kami Barisan Sakit Hati, bukan berarti kami nggak senang kok sama pernikahan teman-teman kami. Beneran senang dan bersyukur, kok. Beneran deeeehh. Cuma emang rasanya ada yang nyubit nyelekit gitu di hati. Wahahahaha. Karena kami sulit mengekspresikannya dalam kehidupan nyata, maka jadilah cerpen-cerpen itu sebagai media curhat kami.

Allah kan juga bilang, sebelum datang jodoh, pantaskan diri dulu. Nah, sambil mengisi masa-masa itu kan, nggak ada salahnya kami memanfaatkan kegalauan untuk membuat cerita yang bisa dinikmati orang lain. Toh?

Yakin deh, pasti rata-rata orang-orang yang seumuran kami juga merasakan kegundahan (ceilah....kegundahan) yang sama. Kami berharap sih cerita-cerita kami yang bertema sama ini bisa dinikmati, bukan hanya oleh orang yang sedang galau menunggu jodoh, tapi juga buat kamu-kamu yang masih muda, supaya bisa mempersiapkan mental. Wahahaha.

Meskipun BSH terbentuk secara tidak sengaja, sebenarnya kami punya satu visi yang sangat kuat, yaitu....

BUBAR!!

Iya, kami pengin grup ini bubar secepatnya. Itu tujuan utama kami. Jadi, mohon didoakeun~
Eh? Ada yang tanya kenapa kami mau bubar?
Baca situasi doooong..... masa kami mau sakit hati selamanya? Kami kan juga berhak bahagiaaaa!! *sambil menatap matahari terbenam*

Gue rasa cuma kami yang bikin grup supaya bisa bubar

Oke, jadi intinya itu aja, sih. Perasaan gak ada intinya juga
Baca cerpen-cerpen kami selanjutnya yaaaaahh! Dadaaaaahhhh!

Cerpen BSH Part 1

Nana: Sang Maha Imajinatif
Saa: Jodoh untuk Barisan Sakit Hati
Zu: Sensi

ZBL, KZL, GMZ

Si Kucing Cantik dan Buruk Rupa

Belum lama ini gue diminta untuk menandatangani satu petisi oleh temen gue yang aneh, sebut saja namanya Zu.Petisi itu berisi tentang pelecehan terhadap kucing kampung oleh salah satu acara TV swasta. Rasanya percuma juga gue berusaha menyensor acaranya, orang gue berniat ngasih linknya. Wahahahaha

Nih.....

https://www.change.org/p/eatbulagaantv-minta-maaf-kpd-publik-melalui-tv-karena-melecehkan-kucing-kampung-kpi-pusat-beri-sanksi-kerja-sosial-berkaitan-dgn-kucing-kampung?recruiter=1865976&utm_source=share_petition&utm_medium=facebook&utm_campaign=autopublish&utm_term=des-lg-share_petition-no_msg&fb_ref=Default

Sejujurnya gue kesel-kesel-geli gitu baca petisinya. Mereka yang melecehkana kucing kampung diminta melakukan aksi relawan peduli kucing kampung. Wahahahaha, pasti kesel banget deh mereka, karena disuruh melakukan hal yang menurut mereka menurunkan derajat gitu :p Tapi itu hukuman yang pas, sih. Daripada pake kekerasan kayak yang mereka lakukan sama kucing-kucing itu....

Lagian sampe sekarang gue masih nggak ngerti....

Kenapa sih masih banyak orang yang membedakan kucing ras dan kucing lokal?

Padahal kan, kucing lokal di sini, pasti jadi kucing ras juga kalo dibawa ke luar negeri. Toh?

Lagian, emangnya kucing lokal itu jelek banget sampe nggak level deh kayaknya dipelihara sama orang-orang berstatus sosial tinggi? Kan mereka sama-sama kucing.

Oke persia lebih panjang bulunya, Scottish Fold lebih imut karna bermuka bulat dengan kuping yang terkulai ke depan, Munchkin selalu lucu karena badan mereka yang tidak pernah bertambah besar.

Kucing yang akan cebol untuk selamanya.....

Kamu mau apa, Dek? Ikan? Ayam? Daging? Sini tante beliin....
 Tapi bukan berarti kucing lokal itu jelek, lho. Mungkin kebanyakan orang menganggap mereka jelek karena yang kebanyakan mereka liat adalah kucing kampung liar yang sering lalu lalang di sekitar rumah. Ya iya mereka buruk rupa! Tapi itu karena mereka terpaksa nyari makan di tempat sampah, pas nyolong ikan di warteg apes karena disiram air panas sampe kulitnya melepuh, belum lagi menghadapi keisengan anak-anak bandel yang kerap melempari mereka dengan batu! Wajar aja mereka bulunya nggak teratur, korengan dan jamuran di sekujur tubuh, kurus kering dan kelaparan.

Emosi nih gue....

Aku kucing lokal, tapi aku unyuuh kan, Kak? Kakak boleh toel-toel perut aku kook~

Tapi abis itu aku boleh cakar muka kakak ya.....

Lagian kalo mau jelek-jelekan, kucing yang harganya puluhan juta ini jauh lebih buruk rupa daripada kucing lokal (menurut gue). Cuma karena kucing ini kucing ras yang termasuk langka, dan perawatannya super susah, jadi mahal....

Ini kucing jenis sphynx, kucing tanpa bulu. Geli, kan? Kayak anak tikus baru mbrojol
Lagi buka mulut aja gak ada manis-manisnya. Tapi harganya bisa 20-30 juta untuk satu ekor -_-

Kucing tetap kucing, apapun jenis mereka....

Masa kadar kasih sayang bisa berkurang karena beda ras? Itu sih namanya bukan kasih sayang, tapi pilih kasih! :(

Sejujurnya gue juga pernah merasakan beberapa kali tatapan meremehkan tiap kali gue bawa sapi ke dokter pas dia sakit. Malah sampe ada yang bilang "Itu kucing mungut di jalan?" sambil menatap gue heran seolah berkata "ngapain sih kucing jalanan di bawa ke dokter segala? Buang-buang duit aja...."

EMANGNYA SALAH APA GUE BAWA SAPI KE DOKTER KALO DIA SAKIT!?

Terus gue harus diem aja gitu ngeliat dia terkulai lemah tak berdaya di rumah? Nunggu dia sekarat sampe mati? Gue gak setega itu....

Lagian....

Sekarang ini di jalan bukan cuma bisa nemu kucing lokal aja, kucing ras yang akhirnya dibuang ke jalan juga udah mulai banyak :( Sedih banget kan ngeliatnya. Mereka cuma jadi korban lucu-lucuan orang yang sok-sok an pengin melihara kucing tanpa mau bersusah payah merawatnya seumur hidup. Iya kucing ras memang beda perawatannya, karena habitat asli mereka bukan di sini. Makanya mereka gampang banget sakit kalau nggak dirawat dengan benar dan dikasih makanan yang sesuai. Di lain sisi, perawatan kucing lokal emang nggak terlalu susah karena pada dasarnya mereka memang lebih tahan penyakit.

Kucing lokal kalau dibuang ke jalan, masih punya kesempatan hidup yang lebih tinggi daripada kucing ras. Kasian banget kalau ada persia yang keliaran di jalan dengan bulu yang menggimbal dan mulai tumbuh jamur di mana-mana.

Bahkan, saking banyaknya orang yang buang kucing ke jalan, shelter tempat penampungan kucing pun beberapa kali berkeluh kesah di media sosial. Penampungan mereka semakin penuh dengan kucing karena orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan menyerahkan kucing yang mereka pelihara ke shelter begitu saja. Seolah-olah setelah puas bermain-main dengan kucing itu, mereka bosan dan berniat untuk tidak memeliharanya lagi. Bukan, yang mereka titipkan itu bukan kucing-kucing lokal lagi, tapi kucing-kucing ras mahal yang benar-benar harus rutin diperiksakan ke dokter dan perlu perawatan intensif.

Kalau emang nggak sanggup ya jangan beli laaaahhh....
Toh Rasulullah juga melarang....

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ثمن الكلب والسنور
“Rasulullah SHallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang harga dari Anjing dan Kucing.” (HR. At Tirmidzi 1279)

Nah, lebih aman kalau mau pelihara kucing ya ambil aja di shelter kucing. Pasti orang-orang shelter merasa sangat terbantu. Yang mau kucing ras, di sana juga banyak, kok. Nunggu hibahan temen-temen yang punya kucing juga oke. Karena biasanya mereka tidak berniat menjual, tapi untuk pelihara semua anak kucingnya juga pasti kerepotan.

Gue juga sadar diri kok kalo perawatan kucing ras itu nggak main-main. Gue pengin banget punya kucing ras, dan beberapa kali berkesempatan untuk dapet anakan himalaya/persia dari temen. Tapi pada akhirnya nggak bisa gue ambil karena gue baru aja pindah rumah dan masih ada Sapi di rumah yang kecil nan sempit ini. Udah gitu masih aja ada yang protes soal gue pelihara Sapi ini. Jadi, nanti lah, kalo gue punya rumah sendiri, gue baru bisa mikir untuk nambah kucing lagi. Hahahaha.

Tenang saja nona sapi, meski kamu pengecutnya keterlaluan, sama bola aja takut, sama mobil lewat takut, ada petir menggelegar langsung ngumpet di kolong meja, sama kucing tetangga yang masih bayi aja takut, meski kamu sering ngeselin gara-gara bikin kulit akuh yang super mulus ini tiba-tiba penuh bekas luka gigitan dan cakaran, akuh gak akan menelantarkan kamu, kok.... #cium #terusdicakar


Rabu, 03 Juni 2015

[Flash Fiction] Hitori Kakurenbo

Menjawab tantangan Mimi yang bilang narasi gue Senin lalu hanya sebatas prolog, akhirnya gue edit cerita ini supaya lebih menarik lagi

________


Ini mudah, kok. Hanya perlu menyiapkan boneka berbentuk binatang, beras, benang merah, pensil, dan garam. Robek perut boneka, buang kapasnya dan ganti dengan beras. Masukkan potongan kuku atau setetes darah sebelum menutup kembali perut boneka dengan benang merah. Larutkan garam dalam segelas air, dan sisakan garam yang tidak dilarutkan. Persiapan beres!

Ah, aku benar-benar tak sabar untuk bermain. Salah Mama dan Papa juga, sih, masa aku ditinggal sendiri di rumah besar begini? Rasanya sepi, tauk! Setidaknya, kalau mereka pergi dinas kan bisa biarkan aku menginap di rumah teman atau saudara.

Tapi sekarang tidak apa-apa. Kan ada Bunny yang akan menemaniku main.

"Kita main sampai puas! Kamu setuju, kan, Bunny?" ujarku pada boneka kelinci biru kesayanganku yang baru saja kulilit dengan benang merah agar beras dalam perutnya tak berceceran.

Temanku bilang, ini permainan 'Hitori Kakurenbo' yang populer di Jepang. Artinya 'Petak Umpet Sendirian'. Wajar saja permainan ini populer di Jepang, mungkin di sana banyak anak yang ditinggal sendiri di rumah seperti aku. Ini benar-benar ide brilian! Bayangkan, kau bisa main petak umpet tanpa teman! Praktis sekali, kan?

Semua persiapan beres. Aku mematikan semua lampu kecuali lampu kamar mandi. Aku mengambil air dalam gayung dan menceburkan Bunny ke dalamnya.

"Violet yang jaga, Bunny ngumpet! Violet yang jaga, Bunny ngumpet! Violet yang jaga, Bunny ngumpet!"

Setelah berseru dengan semangat, aku pun berlari ke ruangan lain dan mulai menghitung.

"1....2....3...."

Setelah hitungan kesepuluh, aku segera berlari ke kamar mandi dan berseru, "Bunny ketemu!" Lalu aku menancapkan pensil tajam di dadanya.

"Sekarang Bunny yang jaga, Violet ngumpet!"

Secepat kilat aku berlari ke kamar Mama dan Papa. Aku membuka lemari mereka yang super besar dan bersembunyi di sana. Hahaha, Bunny pasti tak akan bisa menemukanku di sini. Meski sendirian, permainan ini seru juga.

Menurut petunjuk, aku harus menyimpan air garam di mulutku. Kalau ada sesuatu yang menyerang, tinggal sembur saja. Tapi.... gawat! Aku lupa membawa garam sisanya dari dapur! Bagaimana ini!?

Ah tidak apa-apa, semoga saja air garam yang ada di mulutku cukup untuk melindungi diri.

Tiba-tiba saja suasana yang tadinya hening mulai terusik oleh hujan yang perlahan turun. Aku dapat mendengar suara dentingan kawat pengait gorden yang melambai tertiup angin. Sepertinya hujannya akan menjadi deras tak lama lagi. Hawa pun menjadi sedikit lebih dingin hingga aku bergerak ke arah belakang yang tertutupi pakaian agar lebih hangat. Seperti yang sudah kuperkirakan, hujan semakin deras.

Hingga detik ini belum ada tanda-tanda Bunny yang datang mencariku. Apa permainan ini hanya bohongan? Ah, mungkin saja memang begitu. Bisa-bisanya aku percaya akan ada yang mencariku di dalam lemari. Konyol sekali. Lebih baik aku segera keluar dari sini, membereskan semuanya, dan pergi tidur. Besok pagi, orangtuaku pasti sudah pulang.

Aku membuka pintu lemari perlahan-lahan. Terdengar bunyi derit yang cukup keras dari daun pintu. Aku melangkah ke kamar mandi tempat aku meninggalkan Bunny. Namun belum ada setengah jalan, aku mendengar sesuatu dari ruang tamu.

"Suara apa, itu?"

Suaranya terdengar seperti rintik hujan, namun aku tahu pasti ini suara yang berbeda. Dengan takut-takut aku melangkah ke ruang tamu. Tanpa menyalakan lampu, aku tahu dari mana suara itu berasal. Entah sejak kapan TV menyala dan menayangkan siaran kosong. Layar TV menampilkan  rombongan semut yang bersuara seperti rintik hujan.

Aku bergidik. Siapa yang menyalakan TV? Seingatku, semua alat elektronik sudah kumatikan. Aku pun berjingkat-jingkat mendekati TV dan segera menekan tombol power.

'TING!'

Aku menoleh dengan cepat ke arah dapur. Itu jelas suara microwave. Tapi kenapa?

"Bunny!?" seruku dengan gemetar.

Ini gawat. Aku harus segera menghentikan permainan ini. Untuk menyelesaikan semuanya, temanku bilang kalau aku harus segera membakar Bunny. Untung saja aku tidak lupa membawa korek api di kantongku.

Aku berlari-lari kecil agar segera sampai di kamar mandi. Lampu kamar mandi yang tadi menyala kini gelap gulita.

'CTAAARRRR!!!'

Tiba-tiba petir menyambar. Dengan bantuan cahaya petir yang berlangsung tak sampai sedetik, aku terkesiap saat sadar kalau Bunny menghilang.

"Di mana Bunny!?"

Aku harus segera menemukan dan membakarnya! Temanku bilang, permainan ini aman selama aku tidak ketahuan. Gawat! Gawat! Gawat!

Aku menjauhi kamar mandi dan berjalan sangat pelan agar suara langkahku tak terdengar. Aku berniat kembali ke kamar orangtuaku dan bersembunyi hingga situasi kembali aman. 

Saat melewati ruang tamu, petir kembali menggelegar. Namun yang kali ini kulihat adalah Bunny yang terduduk di sofa ruang tamu. Kedua mata merahnya menatap tajam padaku....

TAMAT
(with no alternate ending)

Cerita terinspirasi dari gambar ini. Jago banget yang bikin ini terkesan lucu padahal horor banget