Kamis, 06 Agustus 2015

Indahnya Aksara


Waktu ramadhan kemarin, ada temen yang jauh-jauh dateng dari semarang dan ngajakin wisata museum. Kebetulan dia emang maniak sejarah sampe-sampe beneran mau kuliah di UK untuk dapetin ilmu supaya bisa jadi peneliti museum. Wow.

Gue sih seneng-seneng aja diajak keliling museum karena gue juga suka museum. Terutama karena tiket masuknya murah. Ehehehehehe. Semua museum yang kita datengin hari itu (Museum Fatahillah, BI, dan Nasional) HTMnya cuma goceng. Ramah banget buat kantong gue :p

Kalo ngeliat isinya sih...
Waah, worth it banget lah, apalagi buat museum BI sama museum nasional yang super duper keren.

Meskipun gue terkagum-kagum sama pemandangan di bawah ini...



Ternyata ada satu hal yang bikin gue seneng banget dateng ke museum. Itu karena ada iniiii....




Walaupun gue gak bisa bacanya (iyalah, dipikir gampang?), tapi gue seneng banget liat prasasti-prasasti yang ditulis dengan aksara yang beda-beda. Ada yang jawa kuno, bali, dll. Bahkan ada daftarnya segala. Wuiih... kalo gue bisa berlama-lama di museum itu, pasti gue perhatiin banget tuh daftar aksaranya, kali aja bisa baca dikit-dikit walopun gatau juga sih artinya apa.

Aksara Jawa aja daftarnya ada sebanyak ini....

Gue emang suka banget sama bahasa yang punya aksara sendiri. Bahasa Jepang yang gue pelajari udah jelas punya aksara sendiri, sampe ada tiga malah. Hiragana sama katakana okelah. Tapi setelah belajar baca kanji, kok gue makin puyeng. Karena kanji itu nggak ada aturan yang bener-bener khusus untuk bacanya, jadi mau gak mau harus mengandalkan ingatan. Sayangnya ingatan gue bisa dibilang SANGAT BURUK. Jangankan ngapalin kanji, nginget naro kunci motor di mana aja susah. Akhirnya kanji yang bisa gue hapal ya cuma kanji-kanji yang sering dipake. Untungnya sih kerjaan gue lumayan make kanji. Yah, paling nggak gue jadi nggak bego-bego banget lah baca kanji.

Sambil belajar bahasa Jepang waktu di kampus, gue sama Ruru iseng banget belajar aksara Rusia. Kenapa? Awalnya sih karena kita niat bikin cerita bareng dan kebetulan dua karakter kita adalah orang Rusia. Jadilah kita belajar aksara Rusia dan beberapa kata-kata yang gampang demi mendalami karakter Lera dan Sveta. Padahal mah gak ngaruh juga karena setting ceritanya di Italia. Ahahahahaha.

Ini si kembar Lera & Sveta. Uwaaaahh~ kangennya....
Ini lucu banget karena waktu awal belajar bisa keder gara-gara huruf P dibaca R, huruf H dibaca N, dll :))

Selepas kuliah, Ruru lebih mendalami bahasa mandarin karena lagi gandrung grup cosplay dari China. Sementara gue belajar bahasa belanda karena waktu itu niat kuliah di sana (meskipun gajadi, huhuhuhu). Yah, walopun bahasa belanda nggak punya aksara khusus yang lucu kayakm rusia, paling nggak menarik belajar bahasanya mantan penjajah itu karena banyak kata-kata yang diserap menjadi bahasa Indonesia dan sebaliknya.


Abis berhenti belajar bahasa belanda karena capek, gue ikutan belajar bahasa mandarin karena waktu itu lagi gandrung nontonin live action Skip Beat yang digarap sama Taiwan. Saking isengnya, gue belajar huruf han dari lirik lagu, ngafalin satu-satu, dan akhirnya puyeng lalu berhenti.

Gak berhenti sampe disitu, gue nyangsang belajar aksara Thailand gara-gara keasikan nonton ATM Error the series dan pelem-pelem Thailand lainnya. Ini cukup berhasil karena akhirnya gue bisa baca tulisan Thailand, meskipun sekali lagi, gue gak paham apa yang gue baca xDD

Selama belajar aksara Thailand pun gue merasa super bahagia karena akhirnya gue paham kalo tulisan Thailand itu nggak serumit kelihatannya. Yah, mirip lah sama aksara jawa. Cuma vokalnya jauh lebih banyak, dan butuh kepekaan pendengaran yang baik untuk bisa nangkep huruf vokal apa yang dimaksud.

Karakter aksara Thailand adalah, tiap huruf konsonan punya satu kata benda yang mewakilkan cara baca huruf tersebut. Gampangnya, kayak kalo belajar bahasa Inggris "A for Apple" 

Akhir-akhir ini, gue belajar hangul, alias aksara Korea. Ternyata dari semua aksara-aksara yang aneh, hangul lah yang paling gampang dipahami. Gue langsung ngerti meski cuma belajar seharian. Ahahahahahaha. Dan gue bahagia mengetahui kenyataan kalau bahasa Korea punya suara 'e' pepet. LOL. Abis kalo di bahasa Jepang berubah jadi 'u' dan itu jauh banget ya, tolong....
Gue juga bahagia mengetahui kenyataan kalau tulisan korea sama cara bacanya itu sama, nggak beda seperti yang selama ini gue tau. Yang beda itu kalau bacanya dari latin, tapi kalo bacanya dari hangul ya sama aja. Aaaaaaa~ gue beneran seneng!!!

Misalnya aja "Yoo" bukan dibaca "Yo~" dengan pelafalan indonesia, tapi jadi "Yu". Padahal kalau dibaca dari hangul, itu jelas huruf "Yu". Lah kenapa tiba-tiba latinnya jadi Yoo? Bikin pusing.

Menurut gue pribadi, belajar hangul cuma perlu satu hari dan beberapa hari untuk latihan baca dan memperlancar nulis. Asik banget!!

Lalu apakah pembelajaran aksara ini ada gunanya buat gue? Ahahahahaha, sejujurnya sih nggak. Gue cuma didera rasa PENASARAN yang super kuat. Karena tiap nonton film atau acara yang ada aksara-aksara lucu macam aksara yang gue pelajari di atas, gue GATEL BANGET pengin baca. Biarpun belum tau artinya, sebodo amat, minimal gue tau itu bacanya apa gituuuhhh....

Gue belajar baca tulisan macam-macam negara lebih kayak nyari hiburan, sih. Menurut gue ini menyenangkan banget soalnya. Meskipun abis belajar kalo gue gak nonton film yang pake bahasa itu biasanya lupa lagi, sih..... :p

Makanya gue pernah bilang kalo gue pengin banget ngambil jurusan linguistik (terutama Asia yang banyak pake aksara aneh) andaikan gue lanjut sekolah nantinya. Tapi sampe saat ini gue cuma punya satu alasan, yaitu untuk kesenangan gue sendiri. Jadi rasanya nggak guna banget kalau gue ngambil jurusan ini tanpa tau mau gue pake buat apa ilmunya nanti.

Mungkin abis ini gue bakal belajar aksara India. Akakakakakaka xDD

Tim jalan-jalan keliling museum. Kurang satu personel karna doi gamao dipoto :/

Selasa, 04 Agustus 2015

Leo & Alfa - Chapter 6 Hidup Sempurna



"Hidup sempurna itu, kalau Papa beliin aku sepuluh bola pas ulang tahunku bulan depan. Tamat." Leo menutup buku tulisnya dan memegangnya dengan tangan kanan.

"Buat apaan sepuluh bola? Emangnya satu nggak cukup?" sela Alfa dari tempat duduknya yang tepat berada di depan Leo yang masih berada di depan kelas.

"Yee Alfa... Mikir dong. Mainin satu bola aja udah seru, pasti tambah seru dong kalo mainnya pake sepuluh bola!" seru Leo tanpa berpikir panjang.

Sontak seisi kelas pun tertawa, tak terkecuali kepala sekolah yang meminta mereka menuliskan apa makna kehidupan yang sempurna serta membacakannya satu persatu di depan kelas.

"Bukan seru itu mah! Rusuuuh!" seru Kiki dengan nada mencemooh. Kelas kembali riuh.

Leo cemberut. Ia lalu dipersilakan kembali ke tempat duduknya.

Berkat perintah pak kepala sekolah, kelas Leo dan Alfa hari ini ramai. Sejak tadi tak henti-hentinya ocehan para murid begitu mendengar teman sekelasnya membacakan hasil tulisannya. Halimah bilang hidupnya bakal sempurna kalau dia jadi artis sinetron. Tuti bilang hidupnya sempurna kalau dia jadi istri pejabat, atau minimal dokter lah. Kiki bilang hidupnya sempurna kalau mainan robot-robotan yang dibelikan ibunya dua bulan lalu ketemu. Soalnya sewaktu main di luar, robot-robotannya hilang dibawa kabur anjing tetangga. Amir bilang hidupnya sempurna kalau kepala sekolah mereka diganti, dan dia tidak selamat dari jitakan pak kepala sekolah.

Sekarang giliran Alfa.

"Ehem. Oke teman-teman, sekarang saya akan membacakan hasil tulisan saya tentang hidup yang sempurna." Alfa membenarkan letak dasi merahnya yang berujung karet celana. "Hidup adalah bergerak, sebab semua makhluk hidup pasti bergerak. Sementara sempurna adalah segala hal yang berjalan mulus atau sesuatu yang tanpa cacat. Maka hidup yang sempurna bagi manusia adalah bisa bernapas, makan, minum, dan terutama berkembang biak. Selesai."

Seisi kelas terdiam.

"Pak guruuu... berkembang biak apaan siih?" tanya Tuti dengan muka mau nangis karena nggak ngerti.

Pak kepala sekolah tidak menjawab pertanyaan Tuti dan langsung menyuruh Alfa untuk duduk sehingga tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan rumit lainnya. Bapak kepala sekolah pun bingung kenapa sekolahnya memiliki anak yang kelebihan otak seperti Alfa. Mungkin seharusnya anak itu masuk kelas akselerasi empat atau lima kali berturut-turut sampai ketahuan kelas mana yang akan menjadikan Alfa berkemampuan rata-rata kelas.

"Kalau hidup sempurna menurut pak guru apa?" tanya Leo sambil mengangkat tangannya.

Pak kepala sekolah pun kembali berdiri di tengah kelas sambil berpikir jawaban apa yang sebaiknya ia berikan pada murid-muridnya.

"Pasti kalau punya rambut ya, Pak?" kata Halimah nyari mati.

"Hush! Nggak boleh gitu Halimah! Pak Guru kan pasti tersinggung kalo rambutnya--eh, kepalanya dibahas!" sela Alfa berusaha memperbaiki keadaan. Sayangnya tidak bagi pak kepala sekolah.

Sambil menahan guratan-guratan kekesalan yang timbul di dahinya, pak kepala sekolah akhirnya berkata, "Hmm... menurut bapak, hidup sempurna itu... bisa mengajar anak-anak seperti kalian."

Seisi kelas kembali terdiam.

Apa mereka semua diam saking terharunya? pikir pak kepala sekolah.

"Ah, klise!" seru Halimah.

"Bapak ngomong gitu supaya kita-kita seneng, kan? Gombal..." sela Tuti.

"Jawabannya kurang ilmiah dan logis, Pak!" Ini pasti Alfa.

Pak kepala sekolah geleng-geleng kepala menghadapi kelakuan murid-muridnya. Ia mendesah pelan, namun di tengah desahan itu, ia juga tersenyum. Memang, anak-anak SD Mars membuatnya sakit kepala tiap ia mengajar, juga membuatnya mengalami kebotakan dini karena celotehan mereka yang mengesalkan. Tetapi di sisi lain, pak kepala sekolah juga bisa selalu tersenyum karena kelakuan anak-anak.

Ia pikir hidupnya tak akan pernah sempurna karena diusianya yang sekarang ia dan sang istri belum juga dikaruniai seorang anak. Namun jika melihat dari sisi yang lain, ia sudah memiliki anak yang jumlahnya sangat banyak. Anak-anak SD Mars adalah anak-anak kesayangannya. Meski ia bukan orangtua kandung mereka, pak kepala sekolah tetaplah guru mereka, orangtua kedua mereka. Pak kepala sekolah tak bisa meminta lebih karena ini adalah karunia yang sangat besar yang diberikan padanya.

Hidup yang sempurna bukanlah soal seperti apa dan bagaimana, tapi soal cara seseorang melihat hidupnya dari sudut pandang yang berbeda.

END

Seri Leo & Alfa
Chapter 1 Bola Magnet
Chapter 2 Teh Gelas Botol Kotak
Chapter 3 Sushi Palembang
Chapter 4 Empat Akar Dua
Chapter 5 Amal Gula

___________________________________________________

Tjieeee.... cerita Leo & Alfa akhirnya punya makna juga!!!
Wahahahahahahaha :))


Padahal sebelumnya iseng aja bikin ini cerita. Tapi minggu lalu ada member OWOP (a.k.a Mbak Depiiiii~) yang ngasih tantangan untuk bikin cerita tentang "Hidup Sempurna". Jadilah gue pake karakter-karakter anak-anak yang lucu, imut, sekaligus mengesalkan ini sebagai bahan. Dan tanpa disangka-sangka, tulisan ini menang karena jadi favorit Mbak Depi yang bikin sayembara itu. Ahahahahahaha. Makasih Leo, Alfa, Halimah, Tuti, Kiki, Amir, dan tentu saja Pak Kepala Sekolah!! Aku cinta kalian :*