Selasa, 09 September 2014

Leo & Alfa - Chapter 1 Bola Magnet


Taman belakang sekolah selalu jadi tempat bermain anak-anak sekolah SD Mars. Diberi nama seperti itu bukan karena SD tersebut berada di planet Mars. Melainkan karena sang pemilik sekolah ngefans berat pada aktris cantik, Marshanda. Disingkat, Mars.

Leo, salah satu anak kelas 3 yang tak terlalu peduli akan persiapan ujian sekolah, bermain bola dengan teman-teman lainnya di lapangan yang cukup luas tersebut. Sementara Alfa, teman baiknya yang peduli dengan nilai-nilainya nanti saat ujian, memilih untuk duduk di bawah pohon yang cukup rindang dan membaca buku pelajaran matematikannya. Mereka berdua bersahabat sejak kecil meski memiliki hobi yang jauh berbeda.

Kata anak-anak lain, matematika itu menakutkan. Tapi bagi Alfa, matematika itu menyenangkan. Nilai matematikanya selalu sempurna. Kalaupun ada yang salah, itu karena gurunya salah menulis angka satu dan tujuh. Anak-anak lain tidak tahu bagaimana Alfa bisa menjadi begitu pintar. Tapi Alfa memang punya rahasia. Rahasia yang membuatnya tak pernah salah mengerjakan soal matematika. Itu karena hobi yang ia miliki, yaitu menghitung uang milik ibunya di warung.

Alfa yang sedang asyik membaca tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara bola. Daun-daun berjatuhan ke atas buku matematikanya, menandakan bola tersebut nyangsang pohon tempat Alfa duduk

“Yah! Nyangkut!” teriak Leo kecewa.

Ia menghampiri Alfa yang sedang duduk di sana dan memberi tanda padanya untuk bergeser sedikit.

“Minggir Fa, aku mau manjat,” katanya.

Alfa berdiri. “Manjat? Ini pohon tinggi banget kali!”

“Ya abis gimana lagi dong? Aku masih mau main bola nih,” kata Leo seraya mendesah pelan. Dia juga sebenarnya tahu, agak mustahil memanjat pohon beringin yang tinggi itu.

“Pake otak dong Leo, cari tangga.”

“Duh, lupa ya? Sekolah udah tutup. Nggak mungkin pake tangga.”

“Coba goyang-goyang pohonnya.”

“Nggak bakal bergerak. Ini pohon beringin keramat dengan batang super gede, mana mungkin bisa digerakin sama badanku ini?”

“Lempar batu sampe bolanya jatuh?” Alfa belum kehabisan akal.

“Hmm... boleh dicoba!”

Leo pun mengambil beberapa batu yang cukup besar untuk menjatuhkan bola tersebut. Sayangnya, dari beberapa kali lemparan, tak ada satu batu pun yang mencapai ketinggian bola. Leo berhenti mencoba saat batu yang dilemparnya terpental kembali dan membuat kepalanya benjol.

“Aaaahh, payah! Cari ide lain dong Fa! Kamu kan katanya jenius....”

Alfa mendesah. Susah jadi orang jenius, selalu jadi tumpuan orang lain, pikir Alfa seraya menggeleng-geleng kepalanya pelan. Sebenarnya dalam otaknya ada ide lain yang jauh lebih brilian daripada ide-ide standarnya barusan. Tapi ia tak yakin Leo akan mengerti apa yang akan ia katakan.

“Oke, aku punya ide lain yang lebih brilian. Gimana?”

“Apa?”

“Di dunia ini ada yang disebut kutub magnet utara dan selatan. Kedua kutub ini saling tarik menarik. Daya magnet terbesarnya ada di kutub utara dan kutub selatan, tapi kita nggak lagi belajar geografi sekarang, jadi gue nggak akan bahas—”

“Lama! Langsung intinya aja coy!”

Tuh kan, dia nggak ngerti, kata Alfa dalam benaknya. “Ehem... jadi intinya, dua kutub magnet ini punya daya yang kuat dan saling tarik menarik. Kita bisa manfaatkan ini.”

“Maksud kamu?”

“Maksud aku, kita terapkan teori tarik menarik itu untuk bola yang nyangsang. Jadi kita nggak perlu repot ke atas. Biar bolanya yang jatuh sendiri karena daya tarik dari bawah.”

Leo semakin bingung dengan teori fisika yang dijabarkan Alfa.

“Caranya?”

“Kita bentuk bola itu jadi magnet U, dan pegang magnet S di bawah.”

“Cara bikin bola jadi magnet gimana?”

“Ya tempel magnet U-nya di bola lah, gimana sih?”

“.....” Leo bengong.

“Lah, nempelinnya harus manjat juga dong?” tanya Leo akhirnya.

“.....”

Kali ini Alfa yang bengong.

“Oh iya, ya....”

Mulai detik itu, tak ada yang percaya kalau Alfa bilang dirinya jenius.

4 komentar:

  1. Apaan sih? =))))))


    Nana bikin cerita anak-anak sekarang? :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak jelas ya? Emang gitu sih maksudnya.....
      Namanya juga iseng....

      Hapus
    2. Kalo ini cerita buat anak-anak, masih masuk. Soalnya cerita anak-anak ya begitu deh.
      Cuma ga ada 'pesan' nya. Cerita anak-anak harus punya pesan.

      Ayo Na! Bikin cerita anak-anak lagi!

      Hapus
    3. Ini ada pesannya kooook~

      Pesannya gampang, jangan sok pinter :)) *tampolin Alfa*

      Hapus