Rabu, 22 Februari 2017

[Story Blog Tour: FRIENDSHIP] Chapter 1 - Misteri Dana Operasional

SBT adalah kepanjangan dari Story Blog Tour, yang merupakan salah satu program komunitas menulis One Week One Paper. Dengan adanya SBT ini, anggota belajar untuk menyelesaikan satu cerita bersama-sama.

Kebetulan kali ini gue dapet giliran pertama. Hehe. Dan temanya udah bukang angst lagi kayak waktu itu. Temanya FRIENDSHIP!! UHUYY!! 

Semoga cerita SBT kali ini tetap bisa dinikmati seperti SBT-SBT sebelumnya. Semalat membacaaaa :) Komen yah. Kritik dan sarannya ditungguuu <3 <3 <3

Chapter 1 - Misteri Dana Operasional


‘BRAAK!’

“Nggak bisa begitu dong, Pak!” seru Hadyan tidak sabar seraya menggebrak meja dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba saja, ia naik pitam begitu Pak Wagi, wakil kepala sekolahnya mengatakan akan memotong biaya operasional ekskul basket.

“Ini… sudah keputusan sekolah…” Sekali lagi, Pak Wagi berusaha menjelaskan pada salah satu muridnya, yang saat ini menjabat sebagai ketua ekskul basket. Pak Wagi sempat memberi jeda pada perkataannya karena sepertinya agak ragu dan tidak terlalu paham bagaimana menghadapi murid yang berperangai seperti Hadyan.

“Tapi sebentar lagi tim kita kan mau ikut turnamen tingkat daerah! Justru seharusnya biaya operasional ditambah!” Hadyan tidak juga menurunkan nada bicaranya.

Ia kesal. Sebab ini tidak seperti apa yang dijanjikan padanya sebelumnya. Kepala sekolah berjanji akan memberikan dana lebih untuk ekskul agar mereka bisa lebih fokus lagi berlatih menjelang turnamen. Tapi tiba-tiba saja, ia dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk bertemu Pak Wagi. Sesuai dengan perintah sekolah, biaya operasional tiap ekskul akan dipotong, termasuk ekskul basket.

Pak Wagi mengatakan bahwa sekolah tidak mendapat dana penuh tahun ini. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan memotong anggaran ekskul, terutama ekskul yang memakan terlalu banyak biaya seperti basket. Masalahnya, yang membuat Hadyan kesal adalah karena Pak Wagi baru mengakui hal tersebut setelah obrolan mereka memutar ke sana ke mari. Hadyan dan teman-temannya di ekskul basket sempat dituduh menggunakan dana dari sekolah untuk hal-hal yang tidak berguna. Mereka terlalu sering mengadakan latih tanding sehingga terus-menerus mengeluarkan uang untuk menjamu pihak lawan. Tak hanya itu. Hadyan dan teman-temannya juga dianggap tidak bisa menjaga sarana sekolah karena beberapa kali membeli bola basket baru karena yang lama sudah rusak. Hadyan tentu saja terang-terangan membantah karena sejak awal itu sudah termasuk dalam biaya operasional. Toh keuangan ekskul tidak pernah sampai defisit.

____

“Gue nggak ngerti lagi maunya apa…” Hadyan mendesah seraya menggelengkan kepalanya, masih kesal dengan apa yang dialaminya barusan.

“Ini sekolah bener-bener kekurangan dana apa gimana sih sampe nyusahin kita gini jadinya?” Wanda ikut protes.

Bukan hanya ekskul basket yang jadi korban. Wanda dan ekskul cheers-nya juga mengalami masalah yang sama. Meski sudah berkali-kali membantah kalau kostum cheers tidak termasuk dalam biaya operasional melainkan masuk ke dalam kas anggota, ekskulnya tetap dicurigai dan mengalami pemotongan biaya operasional sekian persen. Sebagai ketua, Wanda ikut bingung memikirkan nasib ekskul cheers ke depannya.

“Kalian masih mending cuma kena pemotongan dana, oke…” Fiki yang sejak tadi duduk bersama mereka di kantin akhirnya ikut nimbrung. “Ekskul pecinta alam malah terancam dibubarkan,” lanjutnya lagi dengan wajah ditekuk.

“Itu karena ekskul lo makan terlalu banyak biaya! Salah siapa naik gunung tiap bulan?” tuding Bayu, ketua ekskul sains.

“Heh! Ngaca dong brooo… Lo pikir ekskul lo ngabisin duit berapeee?” Fiki membalas ucapan Bayu yang memiliki tampang rata-rata anak pintar. Rambut klimis disisir miring ke arah kanan, seragam rapi yang dikancingkan hingga leher, ujung baju masuk ke dalam celana sepenuhnya, sepatu hitam dan kaos kaki setinggi 20 sentimeter dari mata kaki. Yang kurang hanya kacamata pantat botol. Untunglah matanya masih sehat walau sering membaca buku hingga larut malam.

“Lagipula, ekskul gue bukan mau dibubarin gara-gara itu,” lanjut Fiki.

“Lah, terus kenapa?” tanya Wanda yang ikut penasaran.

“Pasti supaya nggak perlu ngeluarin biaya operasional buat ekskul lo lagi, deh,” tuduh Hadyan tanpa dasar.

“Bukan. Ekskul pecinta alam bakal dbibubarin soalnya… ”

Semua menunggu kelanjutan kalimat Fiki.

“…anggotanya kan cuma gue sendiri.”

Jawaban dari Fiki mendapat sorakan berjamaah.

“Makanya… Bikin ekskul pecinta alam itu nggak usah muluk-muluk naik gunung terus, lah. Tuh cintai bebek-bebek piaraan sekolah di kebon belakang. Mereka kan bagian dari alam juga,” ejek Hadyan.

“Daripada sendiri gitu, kenapa lo nggak gabung ekskul sains aja, sih? Seru loh…”

Fiki memberikan tatapan meremehkan pada Bayu. “Kalau percobaan-percobaan lo ada yang sampe bikin lab meledak, itu baru namanya seru. HAHAHAHA!”

Jawaban Fiki dihadiahi pukulan cukup keras ke arah lengan atasnya. Fiki mengaduh kesakitan dan mengomel tanpa henti pada Bayu. Namun tak satupun dari mereka yang memperhatikan omelan Fiki. Sebab kini di hadapan mereka muncul seseorang yang tidak terduga.

“Ngomongin pendanaan ekskul, ya?” tanya Darma santai.

“Iya, nih. Ekskul lo kena pemotongan dana juga?” Wanda balik bertanya.

Darma menggeleng. “Dari awal ekskul gue nggak pernah minta dana dari sekolah,” jawabnya penuh percaya diri.

Keempat orang di hadapannya saling pandang. Tapi mereka sama-sama mengangkat bahu karena tak ada satupun dari mereka yang tahu persis keadaan ekskul Darma. Yang mereka tahu, Darma adalah ketua ekskul detektif. Yup, mirip yang ada di komik atau novel. Ekskul tersebut terlalu misterius untuk diselidiki apakah merupakan ekskul resmi atau tidak. Anggota ekskul detektif yang lain pun tak pernah ketahuan. Hanya Darma saja yang terang-terangan mengaku kalau dia adalah ketuanya. Murid-murid yang membutuhkan pertolongan dari ekskul detektif, sekalu menghubungi Darma. Namun hampir semua murid di SMA Global ini tahu kalau sekurang-kurangnya ada lima anggota lain selain Darma. Sebab murid yang meminta bantuan mereka cukup banyak, dan hampir 90% berakhir memuaskan. Tidak mungkin Darma sendiri yang melakukan semuanya. Dia lebih terlihat sebagai perantara saja.

“Kalian nggak curiga?” tanya Darma tiba-tiba. Kini ia mendapat perhatian penuh lagi dari keempat ketua ekskul lainnya.

“Jangan-jangan kepala sekolah kita terindikasi korupsi sampai bisa kekurangan dana segitu banyak,” bisiknya dengan nada yang membuat keempatnya berpikir lebih jauh, berusaha mencerna dan memikirkan semua kemungkinan yang ada.

BERSAMBUNG….

Yak, para ketua ekskul di SMA Global berkumpul dan mencoba menguak misteri dana operasional ekskul. Benarkah kepala sekolah mereka terindikasi korupsi sampai harus memotong semua dana operasional tiap ekskul?

Entahlah... Kupun tak tauuu xD

Itu terserah penulis selanjutnyaaah :)
Silakan dilanjutkan ya teteh Depiiii

SBT OWOP II (FRIENDSHIP)
1. Nana - Chapter 1 - Misteri Dana Operasional (http://chocobanana99.blogspot.co.id/2017/02/story-blog-tour-friendship-chapter-1.html#more)
2. Depi (punyadepi.tumblr.com)
3. Nai (imajinasinaimas.blogspot.com)
4. Kiki (penyukabungamatahari.blogspot.com)
5. Achev (karyamu33.blogspot.com )
6. Putri (sakurazakaohime.livejournal.com )
7. Nifa (nanonikki.blogspot.co.id)
8. Arini (arini0111.wordpress.com)
9. Ana (Anafalesthein.com)
10. Dini (diniriyani.blogspot.com)