Sabtu, 05 Mei 2012

Angkutan umum di Jakarta

Mari membuka blog ini dengan kalimat basmalah. Semoga dengan menuliskan ini gue enggak dikutuk ataupun dijotos sama orang yang berhubungan langsung dengan pengelola angkutan umum di Jakarta. 

Siapa sih yang enggak butuh angkutan umum di Jakarta ini? Tentunya sebagian besar orang Jakarta pasti menganggap sarana transportasi ini sebagai suatu hal yang sangat vital di ibukota. Termasuk gue yang sama sekali enggak lulus kualifikasi naik motor dan enggak punya cukup uang untuk kredit mobil. Termasuk pula orang-orang yang mulai beralih ke angkutan umum karena harga pertamax semakin melambung (tidak termasuk pengendara mobil mewah yang pura-pura miskin dan beli BBM bersubsidi untuk chevroletnya).

Transjakarta pastinya sudah menjadi angkutan umum pilihan warga Jakarta sekarang ini. Betapa tidak, dengan 3500 saja bisa keliling jakarta dari ujung ke ujung. Dibanding angkutan umum yang lain, memang angkutan inilah yang bisa dibilang paling nyaman. Tentunya cukup menyebalkan juga kalau harus menunggu setengah jam lebih dengan penumpang yang berjubel dan jalurnya yang dimasuki kendaraan lain karena kondisi jalanan tidak memungkinkan (seperti daerah kramat jati dan pondok indah). Tapi di luar itu semua, Transjakarta merupakan pilihan yang menyenangkan dibandingkan angkutan umum lainnya, setidaknya menurut gue.

Rasa-rasanya sih semua angkutan umum udah gue coba. Termasuk kereta, meskipun cuma 3 kali seumur hidup sih. Gue enggak akan mau naik kereta kalau enggak terpaksa banget. Seandainya kereta punya sistem kayak Transjakarta yang selalu menyebutkan nama tiap stasiun (itu juga kalau displaynya enggak rusak) sih gue mau-mau aja naik kereta. Kenapa? Soalnya bagi gue, tiap stasiun pemberhentian itu bentuknya sama. Meskipun orang bilang itu serupa tapi tak sama macem kuis, bagi gue tetep aja terlalu mirip. Apalagi kalau harus diliat lewat jendela kereta yang pasti kealingan banyak orang dan bergerak dengan laju super. Sekali-dua kali nanya orang sih enggak apa-apa, tapi kalau setiap kali naik kereta harus nanya turunnya dimana juga malesin.

Bajaj? Yang mana nih? yang masih pake premium apa yang BBG? Bedanya? 
Bajaj tipe baru yang pakai BBG dan berbodi biru emang tarikannya lebih alus dan sama sekali enggak kerasa kayak bajaj. Yu know... degedegedegedeg....berasa lewat jalanan berbatu padahal itu jalanan beraspal super mulus. Harganya? mending enggak usah dibandingin deh. Soalnya menurut gue sama aja, kalo lo enggak bisa nawar, ya mahal. Menurut gue, bajaj itu diciptakan sebagai alternatif kedua setelah taksi dengan tarif yang enggak beda jauh padahal fasilitas tentu beda jauh. Kenapa orang milih bajaj? Biasanya karena ditolak tukang taksi yang enggak mau narik kalo jaraknya terlalu deket. Kampret sekali memang. Kalau taksi-taksi itu mau ngangkut meskipun jaraknya deket, ya mending naik taksi daripada bajaj, kan? Toh harganya 11-12, dengan catatan kalau pinter nawar, kalau enggak ya kemungkinan harganya bisa lebih daripada argo taksi.

Angkot... Hmmm... ini dia nih angkutan wajib para petualang kota, haha. Sebelum naik angkutan jarak jauh lain, biasanya kita memang harus naik angkot dulu untuk mencapai tempat itu. Naik angkot itu sebenarnya mirip tes keberuntungan. Kadang dapet supir angkot yang kalem, hati-hati dan enggak suka ngetem (atau malah kalau beruntung banget, dia juga enggak ngerokok dan menghimbau ke penumpang yang ngerokok untuk matiin rokoknya. I swear I've met this kind of supir angkot). Kalau lagi sial? Dia bisa ngetem sampai setengah jam, sambil ngerokok 234, suaranya cempreng pas lagi ribut sama supir angkot lain, dan ugal-ugalan. Ya, naik angkot itu tergantung nasib.

Dari semua yang gue sebutin di atas, angkutan umum yang bakal gue bahas sekarang ini merupakan angkutan umum yang paling mengerikan. Ya gara-gara pengalaman gue beberapa hari yang lalu juga sih makanya gue memutuskan untuk membahas soal angkutan umum. Angkutan umum yang gue maksud adalah kopaja/metro mini.
Gue enggak tau apa kalian punya pengalaman mengerikan seperti yang gue alami, tapi menurut gue ini pengalaman paling mengerikan yang pernah gue rasain selama naik angkutan umum. Kopaja/Metro mini emang rajanya ngetem. Apalagi yang di daerah jakarta selatan, tepatnya dari lebak bulus yang menuju kampung rambutan. Gue enggak ngerti mereka ada masalah apa sampai harus bersaing sangat ketat untuk mendapatkan penumpang. Bukan cuma bersaing dengan kenceng-kencengan suara kenek manggil penumpang, tapi supirnya juga berusaha sok 'bakal duluan berangkat' dengan memaju-mundurkan kendaraannya. Kalau ada yang mau naik, dia maju perlahan, begitu penumpang sudah naik, dia mundur lagi untuk menunggu penumpang lain. Apa deh maunya. Kalau naik angkot, ngetem sih masih bisa ditolerir, seenggaknya yang naik angkot masih dapat tempat duduk. Kalau kopaja/metro mini biasanya ngetem sampai benar-benar penuh (yang berdiri juga), apalagi kalau itu kopaja/metro mini mau langsung masuk tol, jangan harap bisa bernapas dengan bebas deh di dalem. Kalau ada perumpamaan yang tepat, mungkin pepes kali yak?

Kejadiannya, seperti biasa waktu gue mau pulang, itu kopaja berhenti dulu buat ngetem. Tapi berhubung itu udah malem banget (jam 10 kalau enggak salah) penumpang mulai protes. Yah, wajar sih, secara sebenernya itu kopaja udah lumayan penuh sesak juga. Akhirnya itu kopaja jalan juga begitu protes dari penumpang makin banyak.

Masalahnya, begitu masuk tol, supir kopaja yang kayaknya kesel malah sengaja nyetir ugal-ugalan. Wooh, berasa pembalap F1, aseli. Gue inget banget waktu itu bagian depan kopajanya beneran hampir mau nyentuh bagian belakang truk gede. Buat penumpang yang duduk aja udah bisa bikin skot jantung, apalagi yang berdiri? Penumpang yang makin kesel gara-gara tingkah si supir pun akhirnya mencak-mencak. Sumpah itu satu kopaja jadi berisik banget, penuh teriakan dan sumpah serapah dari penumpang. Gue yang udah terlalu capek males banget deh buat ikutan nyaut juga, ngabisin sisa energi gue yang kayaknya cuma cukup buat jalan pulang nanti. Mungkin karena selama ini si supir merasa sangat berkuasa atas penumpang, dia jadi gampang bertindak semena-mena. Toh biasanya paling banter penumpang cuma 'protes' doang dan enggak bisa bertindak lebih lanjut. Tapi oh sayang sekali, malang nasibmu tuan supir, kebetulan di dalam kopaja itu ada satu orang petugas pemerintahan (mungkin orang kelurahan atau apa) yang baru pulang dinas, masih lengkap pakai seragam ijo buteknya. Dia bapak-bapak yang dari tampangnya sih cukup galak. Dari yang posisinya tadi berdiri di belakang, dia langsung jalan pelan-pelan ke depan dan njambak rambut si supir kopaja. WOOO! MAMPUS! (Sebenernya gue juga agak ngeri karena bisa aja itu supir tiba-tiba hilang konsentrasi dan malah nabrak).

"HEH!! KAMU INI LAGI BAWA MANUSIA, BUKAN AYAM! NGERTI ENGGAK KAMU?!" 

itu bapak pokoknya ngomel-ngomel ke supir dengan berapi-api, dan kayaknya si supir juga enggak bisa bales karena dia enggak nyangka ada petugas pemerintahan naik di kopajanya.

Endingnya sih gue enggak terlalu tau apa si supir bakal dilaporin ke pihak yang berwajib atau diselesaikan dengan adu tinju di tempat lain. Soalnya banyak juga penumpang yang kayaknya beneran niat nantangin si supir pas kopaja itu berhenti. Seperti yang gue bilang, gue terlalu capek untuk mencari tahu, jadi gue cepet-cepet turun dan langsung naik angkot pulang ke rumah. 

Sebenernya kalo boleh milih, dengan kejadian itu gue enggak mau naik kopaja/metro mini lagi, sayang gue enggak punya pilihan lain. Yang lewat daerah situ ya cuma kopaja/metro mini doang =__= dan lagi, naik kopaja/metro mini itu enggak kayak naik angkot yang masih bisa mengandalkan keberuntungan, karena 90% dari supir kopaja/metro mini ya kelakuannya sama aja kayak yang barusan gue ceritain.

Ah sudahlah, nikmati saja hidup di Jakarta yang masih penuh dengan kesemerawutan ini. Harapan gue sih semoga calon gubernur yang nanti terpilih tetap berusaha memajukan dan mengembangkan angkutan umum yang lebih nyaman dibandingkan yang ada sekarang, siapapun dia. Menurut gue adanya Transjakarta itu bener-bener kemajuan yang signifikan sih. Semoga jalurnya ditambah lagi dan armadanya juga semakin banyak, amiin.
 

Kamis, 03 Mei 2012

Tipe-tipe menawar barang

Gue ini aslinya bukan orang yang suka menganalisis atau memperhatikan sesuatu secara detail. Hidup gue berjalan biasa-biasa saja tanpa perlu memikirkan hal yang menurut gue enggak penting. Bahkan kalau gue lagi fokus untuk jalan lurus untuk nyari bis pulang dari kampus, gue sampe enggak sadar kalau orang-orang di sekitar situ lagi heboh ngeliatin bajaj yang terbalik di samping gue (kisah nyata). Atau malah, kadang sasaran analisis gue suka salah, malahan terkesan apa banget saking enggak pentingnya, seperti yang mau gue tulis hari ini.

Tipe-tipe menawar barang!

Setelah gue banyak memperhatikan cara orang menawar barang, gue jadi tau beberapa cara jitu untuk menawar barang, meskipun yah... enggak semudah itu dipraktekin juga sih.

Berhubung Indonesia itu negara yang menganut sistem 'memanfaatkan kesempatan', menawar adalah kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang di Indonesia. Untuk yang otaknya agak lemot dan enggak ngerti apa hubungannya 'memanfaatkan kesempatan' sama 'nawar barang' segera merapat, sini gue jelasin.

Memanfaatkan kesempatan itu maksudnya melihat peluang emas dan digunakan untuk merauk untung sebanyak-banyaknya.

Gimana? udah liat hubungannya?

Bagi yang merasa belum nyambung, sini gue jelaskan dengan contoh.

Abang-abang di depan rumah jual ketoprak paling mahal Rp 7000,- tapi di sekitar taman mini harganya bisa melonjak sampai Rp 10000-15000. Kalau di deket event besar yang harga makanan dalam event itu super duper mahal, kemungkinan harganya bisa melonjak sampai Rp.25.000.

Udah ngerti hubungannya?

Kalau belum, mari yuk belajar membaca...

INI. IBU. BUDI.
INI. BAPAK. BUDI.

Mari kembali ke topik, tentunya dengan harga yang berubah seenak udel pedagang menurut situasi dan kondisi, seseorang harus pintar menawar. 

Berikut adalah tipe-tipe menawar yang gue tau:

1. Tanya harga dan bandingin harga dengan toko/tempat lain
Ini yang paling sering digunakan oleh ibu-ibu kalau lagi nawar di pasar. Biasanya sih ngomongnya diketus-ketusin, mungkin supaya penjual merasa tidak berdaya untuk adu bacot dengan si ibu. 
Sebenarnya tipe kayak gini masih bisa dibagi lagi, antara penawar yang benar-benar tahu harga dan main tembak, alias bohong. Kalau yang tahu harga, biasanya nawarnya masih dalam batas wajar, setengah harga yang disebutkan penjual ditambah sedikit. Yang bohong? gini nih...

"Bang, ini tas berapaan?"

"150 ribu aja buat ibu, mah..."

"Mahal amat?! Perasaan di tempat laen cuma 40 rebu!"

Penjual bengong, "Wah, dimana tuh bu? Boleh minta alamatnya? Saya beli stok disana aja deh besok-besok." 

2. Tipe poker face 
Tipe ini menurut gue tipe tukang tawar yang paling enggak bisa dihadapin sama penjual. Enggak keliatan mau beli apa enggak, mau beli nawarnya amit-amit, kalo enggak dikasih pasti langsung ngeloyor tanpa ngomong apa-apa. Singkatnya, enggak mempan bujukan. Biasanya tipe kayak gini enggak pake basa basi nanya harga segala, dia langsung tembak harga yang dia mau. Dan biasanya (entah kenapa) tipe kayak gini yang paling sering dapet apa yang dia tawar tanpa perlu waktu lama.

"Bang, ini singlet 5 ribu ya." (Perhatian, ini bukan kalimat pertanyaan, melainkan paksaan)

"Wah belum dapet, mbak...naik dikit lah."

"5 ribu. Beli 2."

"Dua, lima belas aja deeh..."

Si mbak-mbak poker face ngeloyor pergi setelah melihat singlet yang ia pegang sambil pasang mimik enggak butuh.

"Mbak, tiga belas aja deh mbak! Oooi, biar jadi mbak.... dua belas deh! Duh, iya deh mbak, mbak, sini!"

Cerita pun berakhir bahagia dengan 2 singlet di genggaman seharga sepuluh ribu rupiah saja.

3. Tipe melas
Ini sebenernya tipe yang jarang ada. Mungkin ada beberapa orang yang memang diberkahi untuk bisa menerapkan cara ini. Biasanya sih yang berhasil itu cewek-cewek ABG yang masih cling. Kalo penjual di melasin sama makhluk-makhluk begini, ya takluk juga. Sayangnya kalo orang yang enggak tepat tapi maksain diri untuk nerapin cara ini, hasilnya malah sebaliknya. Si penjual malah menganggap kalau itu orang bener-bener mau beli barang dagangannya dia, jadi dia bakal kekeuh untuk enggak nurunin harga, soalnya si penjual yakin kalo orang ini pergi, pasti bakal balik lagi saking pengennya. Buat yang punya muka pas-pasan mending enggak usah pake cara ini.

4. Tipe sok kenal/akrab
Tipe ini kadang ada yang jujur ada yang bohong juga. Kalo yang jujur biasanya harganya enggak terlalu jauh dari harga yang ditawarkan si penjual. Misalnya saja si penawar bilang kalau kemarin ibunya beli di toko itu juga, tapi harganya enggak semahal itu. Terus, dia dititipin beli lagi sama ibunya, jadi dikasih uang pas. Kalau yang begini sih pasti dikasih sama abangnya. Yang bohong?

Dari empat tipe di atas, gue sama sekali enggak diberkahi satupun kemampuan kayak gitu. Gue ini payah banget soal meraba-raba harga normal sama berpura-pura terlihat enggak butuh padahal gue pengen banget. Sekalinya gue nawar, pasti langsung dikasih, itu artinya harga normalnya masih jauh dari harga yang gue tawar. Dem. 

Kalian termasuk tipe yang mana? Kalo gue sih maunya jadi tipe yang kedua, tapi sayang gue ini orang yang terlalu ekspresif, jadi susaaah D:

Atau mungkin ada tipe selain yang gue sebutin? Tell me! :D

pic taken from : nyunyu.com (kebetulan nyari dari gugel dan pas banget, meski yang tipe poker face enggak ada, hehe)
Kalo soal tulisannya sih gue mikir sendiri, sori gue bukan tukang plagiat.