Minggu, 11 Desember 2016

The Genius

Baru saja selesai menamatkan TV series Korea "The Genius" season 1.


Gue bukan mau review soal acaranya, sih. Karena sayang banget kalau itu harus dispoiler. Wahahaha. KEREN BANGET abisnyaaaaa.... Dari yang tadinya cuma tahu dan suka sama Hong Jinho karena kejeniusannya, abis nonton ini jadi hampir suka semua. Because they really are geniuses. Yah, ada beberapa yang cuma masuk kategori 'pintar', sih. Tapi dibanding orang biasa emang mereka jauh di atas rata-rata.

Yang mau gue omongin masih berkaitan, sih. Tapi jelas bukan soal TV seriesnya. Lagipula, gue mau mencoba nulis sesuatu yang ringan-ringan di blog karena postingan gue akhir-akhir ini tampaknya cukup berat.

Setelah dipikir-pikir, dari duluuuuu banget gue emang selalu tertarik sama orang-orang yang punya kemampuan otak di atas rata-rata. Rasa tertariknya bukan ke arah 'sana' sih. Tapi pokoknya tertarik aja, gitu. Kayak temen SD gue dulu yang selalu langganan ranking 1 tanpa ada yang bisa mengganggu gugat. Bahkan gue yang masih SD pun sadar kalau kemampuannya dia sama yang ranking 2 itu lumayan jauh. Jadi kalau dia nggak mendadak sakit perut dan nggak bisa ikut ujian akhir, pasti dia tetep bertengger di peringkat satu.

Waktu kelas 6 SD juga gitu. Tapi ada dua orang yang selalu berebut ranking satu. Dan gue pun mengakui kalau kemampuan mereka emang setara. Lalu diam-diam gue pun mengagumi mereka berdua, yang kebetulan cowok dan cewek. Dan diam-diam gue memasangkan mereka dalam imajinasi gue.

Waktu SMP dan SMA, gue juga punya orang-orang tertentu yang jadi favorit karena kepintarannya. Dari film dan buku-buku juga gue selalu suka sama karakter yang jenius. Kalau karakter yang pinter aja mungkin kurang nampol untuk cerita fiksi. Yang jenius, itu baru sesuatuh!

Sejujurnya gue mau bikin peringkat sendiri karakter-karakter jenius yang gue suka. Tapi namanya pelupa, gue nggak bisa inget semua karakter buku atau film yang pernah gue baca dan gue tonton.

Sementara gue list aja dulu siapa-siapa aja karakternya deh.

Youichi Hiruma (Eyeshield 21)

Komandan dari neraka sebutannya. Ahli strategi tim American Football Devilbats yang jadi otak dari 99% pergerakan timnya (1%nya baru karena Sena :v). Betapa bahagianya gue menemukan ada karakter semacam dia di dunia animanga. Karakter dia terlalu kuat sampai menggeser karakter utama aslinya. Trik-triknya dia selalu bikin gue nggak habis pikir kenapa dia bisa kepikiran sejauh itu. Terutama waktu akhirnya Devilbats kalah sama tim NASA dan justru dapet keuntungan tiket pesawat gratis untuk latihan khusus di Amerika. Ckckck. Pokoknya gimana pun situasinya, bisa berbalik menguntungkan kalau ada Hiruma di baliknya :v

Light Yagami dan Lawliet (Death Note)

Pada dasarnya mereka sama jeniusnya. Makanya sampe berapa belas volume manganya, nggak ada yang bener-bener menang telak. Di filmnya pun, untuk menang dari Light, L harus ngorbanin nyawanya sendiri. Kalo ditanya suka siapa, ya jelas gue lebih suka L yang baik dan doyan makanan manis. Tapi gimanapun karakternya, gue tetep suka cara mereka berpikir untuk memecahkan masalah. Mereka berdua emang jenius sejati.

Newt (The Maze Runner)

Sebenarnya, kalau dalam kisah The Maze Runner sih, semuanya jenius. Secara mereka adalah orang-orang spesial yang dikumpulkan untuk dijadikan percobaan. Dan emang keliatan sih mereka semua pintar. Tapi menurut gue, Newt selangkah lebih jauh dibandingkan temen-temennya yang lain. (Apalagi dibanding Minho yang ngandelin otot :v). Bisa dibilang, dia otak utama dari koloni cowok-cowok yang terjebak dalam labirin itu.

Shikamaru Nara (Naruto)

Si pemalas dengan IQ 200. Tapi sayangnya orang-orang jarang yang sadar kalau dia itu jenius karena emang sikapnya yang males-malesan kalo disuruh apa-apa. Kejeniusan dia baru keliatan waktu ujian chunin dan waktu terpaksa bertarung sama musuh-musuhnya.Dan penampilan dia yang paling keren adalah waktu ngelawan salah satu anak buahnya Orochimaru.

Artemis Fowl (Artemis Fowl)

Kejeniusan dia agak sulit digambarkan. Karena awal-awal baca novelnya aja gue dudah ibikin pusing. Adegan yang paling wow buat gue mungkin waktu dia menyimpan semua rahasia peri dalam satu disk dan berhasil dapetin disk itu lagi meski ingatannya udah hilang. (Lupa detilnya gimana, tapi asli itu keren banget.) Ini semacam Light Yagami yang membuang deathnotenya sampe dia nggak dicurigain lagi, dan berhasil dapetin deathnote-nya balik meski semua ingatannya soal deathnote hilang.

Dr. Sheldon Lee Cooper (The Big Bang Theory)
Sejujurnya gue bingung mau masukin nama dia ke list karakter jenius yang gue suka apa nggak. Soalnya gue sendiri meragukan dia itu jenius apa nggak. Masalahnya, meski dia itu emang pintar keterlaluan, tapi hampir dari semua episode filmnya gue merasa kalau dia itu pintar teori doang. Makanya kalo pas ada masalah-masalah yang sepele, dia malah bikin jadi tambah ribet. Ya... tau sih emang TV seriesnya genre komedi. Dan justru di situ titik lucunya. Tapi akhirnya tetep gue masukin karena emang ada beberapa episode yang nunjukin kejeniusan dia, sih.

Gue nge-list nama-nama ini sambil liat referensi dari website-website lain. Dan gue nggak percaya dari segitu banyak website yang ngebahas karakter jenius dalam anime, NGGAK ADA SATU PUN YANG MASUKIN NAMA YOUNII (Youichi Hiruma) please!! Padahal kalaupun nanti gue bikin ini jadi urutan, dia akan selalu berada di peringkat pertama.


Rabu, 07 Desember 2016

Si Manusia Abu-Abu

Diriku tidak menyangka setelah 212 selesai, timeline FB memanas lagi karena banyak kejadian. Padahal Jakarta nggak diapa-apain aja udah panas, pake ditambah panas lagi. Hari biasa aja harus makan es krim atau es kenyot untuk menjaga suhu tubuh. Kalo sekarang kayaknya kipas angin mah udah nggak mempan yah. Kudu pake AC yang suhunya bisa diturunin sampe 0 derajat deh biar pada kedinginan sekalian :v

Padahal (lagi) udah banyak yang gue unfollow karena kebanyakan berubah spesies jadi nyinyiers, sekalian berusaha menghindari penyakit hati. Kalau masih difollow, nanti aye ikut-ikutan nyinyirin mereka kan bahaya. Jadi sama aja dong :v

Eeeehhh.... ternyata setelah 212 muncul lagi nyinyiers yang belum sempet tersaring. Sepertinya mereka memilih diam waktu 212 masih rame banget gaungnya di FB, jadi nggak bisa aye unfollow waktu itu. LOL. Giliran sekarang rame soal ketidakadilan yang diterima agama sebelah, langsung deh pada muncul dan mulai rame. Ealah mbak, mas, waktu agama sendiri dizholimi kalian kemanaaahh? Padahal kami kangen kalian. Secara masih saudara seiman getoh.

Tapi kalau kalian diam waktu agama kita (iya kitaaaa, bukan kami doang) dizholimi, dan malah bersuara waktu agama sebelah dizholimi, kami-kami kan jadi ragu. Kalian masih saudara seiman kami bukan, sih?

Dan sepertinya sebagian dari kalian salah mengartikan toleransi. Agama kalian (yaa, kalo kalian masih yakin sama agama kita ini, sih) selalu memberikan perintah yang jelas soal toleransi, kok. Soal jual-beli, berteman, saling menolong, semuanya BOLEH, kecuali soal akidah. Gampang, kan?

Jahat banget lho nuduh semua yang ikutan aksi 212 itu intoleran. Hanya karena kebetulan yang diminta pertanggungjawaban itu seorang nasrani dan seorang keturunan negara tetangga :(

Padahal udah berkali-kali ditekankan, sampe kayaknya posternya cukup viral tuh. Nggak ada urusan sama agama dan etnis si bapak, yang kami minta kan cuma keadilan.

Tapi udahlah. Berkali-kali dibahas juga sepertinya kalian tetap pada pendirian. Gimana lah omongan orang macam gue mau didengar kalau anjuran-anjuran dari ulama-ulama kita tercinta aja diantepin.

Mungkin kalian merasa lebih mulia berada di pihak abu-abu, di pihak netral. Beranggapan kalau membela agama sendiri itu berlebihan, Allah kan nggak perlu dibela. Dan beranggapan kalau agama sebelah itu perlu banget dibela. Kenapa? Yah aye mah kaga tau alesannya. Mungkin kalian menganggap mereka tertindas banget karena minoritas, dan perlu banget dibela.

Saking ramenya kalian yang gue anggap saudara seiman malah membela agama sebelah, gue malah merasa agama kita kok kayak minoritas jadinya? Keseringan dianaktirikan gitu. Nggak pernah dibelain! Sedih....

Lucu banget sampe ada yang bikin pernyataan "Cuma di Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar, tapi harus membela Islam di negeri sendiri..."

MIRIS

Ah, jangan dikata gue nggak ngerti perasaan kalian, nggak ngerti logika kalian. Gue ngerti, kok. Because I was there before.

Gue pernah berada di area abu-abu dalam waktu yang cukup lama. Menganggap yang ngomongin Islam terus itu lebay banget. Toleran dikit, lah. Kan di media sosial itu temen-temennya bukan muslim aja. Nggak enak lah posting tentang Islam teruuuss...

Percaya atau nggak, gue pernah berpikir seperti itu.

Sampai suatu ketika temen-temen gue yang menganut agama-agama sebelah mulai terang-terangan menyerang dan menyudutkan Islam. Gue yang awalnya diem aja, mulai pasang badan. Sesarap-sarapnya gue, nggak bakal pindah ke area sebelah sono buat belain mereka yang menyudutkan agama gue lah. Sesarap-sarapnya gue waktu itu, masih bisa sakit hati waktu agama gue yang dihina dan disudutkan.

Gilak. Ini gue udah se-toleran ini sampe nggak pernah bahas-bahas agama di TL gue, mereka malah kayak gitu? Nggak mikirin perasaan muslim yang ada di TL mereka? Jahat!

Lalu gue pun berkaca. Jangan-jangan mereka jadi mulai berani karena emang temen-temennya sendiri pun nggak merasa perlu untuk membela agamanya. Termasuk gue... *tertohok*

Mereka mulai berani begitu karena manusia-manusia abu-abu macam gue makin banyak. Dan mereka jelas tidak merasa akan menyakiti perasaan si manusia abu-abu. Kan manusia abu-abu ngakunya netral. Nggak bakal sakit hati dooong...

Dan saat itu gue sadar kalau manusia nggak bisa selamanya berada di area abu-abu. You have to choose.

Berada di area abu-abu hanya membuat diri lo menjadi seorang pengecut. Nggak bisa mengambil keputusan mana yang salah dan mana yang benar.

"Semua agama itu benar, karena semua agama mengajarkan kebaikan."

Kalimat yang sering banget dipake sama manusia-manusia yang berada di area abu-abu. Padahal kalau mau make logika sedikiiit aja, pernyataan tersebut jelas salah. Kalau menurut kalian semua agama benar, yaudah nggak usah memeluk Islam, lah. Ikut agama sebelah aja. Sama aja, kan? Justru kita memeluk Islam karena yakin Islam agama yang paling benar, toh? Umat sebelah juga memeluk agamanya sekarang karena yakin agamanya lah yang paling benar. Dan itu sah-sah aja. Justru kalian yang berada di area abu-abu lah yang membingungkan. Mau ikut siapa? Mau ikut yang mana?

Jadi, teman-teman yang masih merasa sakit ketika agama kalian dihina atau disudutkan, tentukanlah sikap kalian sekarang. Jangan sampai menyesal nanti. Jangan sampai ketika mendadak umur kita di dunia habis, kita nggak punya jawaban atas kepercayaan yang kita anut.

Kalau kalian merasa masih muslim, sakit kah hati kalian begitu mendengar berita-berita mengenai diskriminasi umat muslim di negara lain? Rohingya? Syria? Palestina? Atau kalau ngeliat beritanya malah langsung scroll ke bawah dan pasang tampang nggak peduli? Mereka jauh ini. Ngerasa simpati di sini juga nggak ada gunanya. Mereka orang negara lain ini. Emangnya gue bisa bantuin apa? Udah banyak yang bantuin ini. Mereka nggak perlu bantuan dari gue lah yang nominalnya juga pasti nggak seberapa. Kan udah terwakilkan juga sama yang lain.

Kalau kalian merasa dan masih berpikir begitu, berarti emang ada yang salah sama kalian. Coba ngaca deh. Muhasabah. Jauhin manusia abu-abu lainnya dan mulai berpikir dengan jernih, sendiri. Siapa tau Allah menggerakkan hati kalian.

Nggak usah bilang gue sok suci atau apa. Gue juga bukan orang yang sempurna. Gue masih banyak kekurangan. Gue bilang kayak gitu karena (sekali lagi gue bilang) gue pernah berpikir seperti itu.

"Walah, Palestina mah jauh. Mikirin dalam negeri dulu deh yang masih banyak masalah." Begitulah dalih yang gue keluarkan untuk membela diri karena nggak ikut merasakan penderitaan saudara-saudara seiman di Palestina sana.

Padahal mah berusaha untuk memperbaiki negeri sendiri juga nggak, tuh :(

Sampai akhirnya gue sadar kalau memang ada yang salah dalam diri gue. Semua umat muslim itu bersaudara. Kalau saudaranya sakit, tentu kita ikut merasa sakit. Terus, kenapa waktu itu gue nggak ngerasa sakit? Itulah yang terus gue pertanyakan ke diri gue sendiri. Kalo gue nggak bisa merasakan sakitnya penindasan yang mereka rasakan, berarti emang gue yang salah. Gue yang nggak punya empati. Gue yang belum merasa bersaudara sama mereka :'(

Tapi selama masih bernyawa, manusia masih dikasih kesempatan untuk belajar. Masih dikasih kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Jadi, pergunakanlah waktu di dunia sebaik mungkin.

Maaf yah yang merasa gue unfollow. Gue justru lagi berusaha menjaga hati supaya nggak menyimpan kebencian sama kalian. Kalo gue nggak tau kalian bikin status apa, kan gue juga nggak akan kesel atau apa. Tanda gue bukan unfriend dan cuma unfollow adalah karena gue masih menganggap kalian teman. Yang kalau ketemu, ya tentu gue dengan senang hati masih akan ngobrol dengan kalian dan main dengan kalian. Tentu aja selama nggak melewati apa-apa yang gue yakini sekarang :)

Maaf kalo gue berubah. Maaf kalo gue bukan gue yang dulu lagi. Maaf kalau gue memutuskan untuk tidak menjadi si manusia abu-abu lagi. Maaf kalau gue memutuskan untuk mengambil sikap dan membela terang-terangan apa-apa yang gue yakini sekarang.

Kalo nggak dimaafin juga nggak apa-apa, sih. Hahaha.

Udah ah. Bobo :v