Rabu, 30 April 2014

New Authors Reading Challenge 2014 (Progress Jan-Feb)

Yak, berhubung sekarang udah kerja di rumah dan akan selalu berkutat di depan laptop (kayak yang sebelumnya enggak aja), gue akan lebih banyak lagi membuat postingan blog baik berupa review atau apa pun. Padahal tahun kemarin aja jumlah postingan sampai 53, hahaha, elu kesetanan atau apa, Na?

Daripada review-review novel gue dibiarkan nganggur begitu saja, gue memutuskan untuk ikut "New Authors Reading Challenge 2014" yang diadain sama Mbak Ren :)

http://renslittlecorner.blogspot.com/2014/01/new-authors-reading-challenge-2014.html?showComment=1388683706719#c1296983109929244821


Berhubung gue juga ikutan challenge di goodreads untuk membaca sampai 100 buku tahun ini, gue langsung menantang diri ikut level "Maniac", baca lebih dari 50 novel tahun ini. Syarat yang diajukan Mbak Ren adalah membaca novel yang ditulis oleh penulis yang belum pernah gue baca sebelumnya. Baca lebih dari 50 novel dari penulis baru? CHALLENGE ACCEPTED!


Untung kemarin gue udah berhasil menyelesaikan satu novel penulis baru, Eve Shi :D Reviewnya baru di goodreads aja, sih. Pindahin ke blog ah abis ini. Lumayaaan, udah satu, hihihi :3

Habis selesai nerjemah satu komik malam ini, gue akan lanjut baca Khokkiri-nya Lia Indra Andriana :)

Postingan ini akan gue buat sebagai masterpost, jadi semua buku dari author yang baru gue baca akan gue post link review atau link goodreadsnya di sini:

Januari
1. Aku Tahu Kamu Hantu by Eve Shi (goodreads || blogspot)
2. Khokkiri by Lia Indra Andriana (goodreads || blogspot)
3. Tokyo ~ Falling by Sefryana Khairil (goodreads || blogspot)
4. Melbourne ~ Rewind by Winna Efendi (goodreads || blogspot)

Februari
5. Carrie by Stephen King (goodreads || blogspot)
6. Marriagable by Riri Sardjono (goodreads || blogspot)
7. Holland ~ One Fine Day in Leiden by Feba Sukmana (goodreads || blogspot)
8. Amsterdam ~ Ik Hou van Je by Arumi E. (goodreads || blogspot)

Maret
9. Train Man by Nakano Hitori (goodreads || blogspot)
10. 幕が上がる (The Curtain's goes up) by Hirata Oriza (goodreads || blogspot)
11. 放課後はミステリとともに (After School Mystery) by Tokuya Higashigawa (goodreads || blogspot)

April
12. Badut Oyen by Marisa Jaya dkk (goodreads || blogspot)
13. Inferno by Dan Brown (goodreads || blogspot)
14. MOMENT by Takayoshi Honda (goodreads || blogspot)
15. 思い出の時修理します (Fixing the Memories) by Mizue Tani (goodreads || blogspot)
16. How to train your dragon by Cressida Cowell (goodreads || blogspot)
17. In the Bag by Kate Klise (goodreads || blogspot)


Waaah.... bulan April perkembangannya drastis :D
Sempet baca buku bantal pula :3

Sabtu, 05 April 2014

[Review] The Raid 2 - Berandal (Nasionalisme di tengah tindak kejahatan)



WARNING: SPOILER ALERT!!

Segaja, berhubung kayaknya gue udah paling basi baru nonton The Raid 2 hari gini, nggak lama sebelum filmnya ditarik dari peredaran. Nggak apa-apa dong spoiler. Toh kayaknya semua udah pada nonton, hahahaha :D Kecuali untuk yang cuma bisa penasaran karena denger-denger filmnya bagus, tapi nggak berani nonton karena darah yang ngocor di mana-mana (uehem!!)

Adegan awal, kakak Rama (Donny Alamsyah) yang ketangkep di akhir film pertama, dibunuh di ladang jagung. Oke....awal yang bagus. Terus Rama (Iko Uwais) memutuskan jadi intel yang masuk langsung ke sarang musuh. Identitas dipalsukan, keberadaannya ditiadakan. Lalu kepolisian menerima kiriman korban yang mati waktu di film pertama. Muke Joe Taslim cuma muncul di foto 3x4 dalam dokumen kematiannya. Sedih, men...... selain itu cuma bisa liat kantong mayatnya dia, yang kayaknya juga isinya kapuk ato apa, nggak mungkin dia dikontrak main cuma buat masuk dalem kantong mayat. Oom itu masih punya harga diri.....

Dengan pengorbanan lahir dan batin, Rama (atau kita sebut aja Iko, biar gampang dibayangin) akhirnya berhasil mengambil kepercayaan bos musuh lewat anaknya, Ucok (atau uco? gue nggak tau mana yang bener karena yakuza-yakuza Jepang itu manggilnya Uco)

Gue masih penasaran kenapa si ganteng ini dikasih peran dengan nama Ucok. Btw, sapa sih nama aslinya dia?
Si Ucok ini berperan penting dalam film. Sebagai anak bos mafia terbesar di Indonesia, dia berharap dikasih kepercayaan lebih sama bapaknya untuk ngurus bisnis yang lebih besar. Selama ini dia ngurus bisnis kecil macam nagih duit ke bisnis dvd porno, karaoke mesum, dan lain-lain.

Sampai akhirnya dia nggak tahan karena dikatain 'preman pasar' sama salah satu cewek panggilan yang agak pemberontak di karaoke mesum. "Lo harusnya takut sama gue, lo nggak tau siapa gue? Tempat kerja lo, tempat tinggal lo, semua yang lo punya, itu milik bokap gue!!" kata Ucok.

Kalau dalam komik cewek, cerita ini akan berkembang ke arah yang berbeda. Si Ucok yang merasa terhina karena ada cewek yang berani nentang dia akhirnya malah penasaran dan dua orang ini pun akan jadian.

That shit isn't gonna happen in this movie.


Perlu gue ingatkan kalo ini film gore dengan darah muncrat di mana-mana. Nggak ada tempat buat cinta yang menye-menye. Menye-menye itu bahasa mana sih ngomong-ngomong?

Alasan kedua, karena bad boy nggak akan secepat itu bisa berubah jadi nice guy. Wahai para cewek yang terbuai sama tokoh bad boy di komik/novel/film cinta-cintaan, sadarlah..... dan kembalilah ke jalan yang benar.

Sebenernya gue juga bingung kenapa otak gue sempet mikir kayak gini di tengah-tengah film. Syit, kebanyakan mengkonsumsi komik/novel romance memang tidak baik untuk jiwa dan mental.

Ucok yang kesal pun akhirnya memilih berkhianat dari sang bapak. Iko yang mengetahui kenyataan ini dari penyadap yang dia taro di dompet Ucok, mulai waspada.

Dengan bantuan geng mafia lainnya, Ucok berencana membuat bapaknya berseteru dengan geng yakuza Jepang yang berkuasa di Jakarta. Mad Dog (yang mati di film pertama dan muncul lagi di film kedua dengan peran yang berbeda, karena kayaknya sayang kalo dia nggak main lagi karena udah terlanjur lebih terkenal daripada Iko) kali ini berperan sebagai penunggu.....eh, penjaga salah satu bar milik bapaknya Ucok, dibunuh oleh backingannya Ucok biar dikira geng yakuza jepang itulah yang cari masalah. Kematian mad dog yang lahir kembali sebagai.....(gue lupa namanya) cukup berseni karena dia mati di tanah bersalju di belakang bar dan darahnya merembes ke salju puth di sekeliling, mengabaikan logika super penting bahwa nggak ada salju yang turun di tempat sepanas Jakarta. Hujan turun di tengah kemarau aja udah syukur alhamdulillah. Untuk yang berpikir itu salah satu bar di Jepang, tolong ingat satu fakta bahwa di Jepang nggak ada yang jualan soto ayam pake gerobak. Setting adegan yang satu ini emang agak krisis identitas.

Sementara salah satu markas si yakuza jepang ini juga diserang sama backingannya Ucok. Sampai akhirnya Ucok dan backingannya tinggal nunggu dua kubu itu perang.

Tapi sayang akhirnya perang antar dua geng ini nggak terjadi karena bapake Ucok minta maaf sama Goto-san, pimpinan yakuza jepang di Jakarta, dan akan bertanggung jawab penuh supaya tidak terjadi perselisihan.

Ucok pun marah besar....

"Lo minta maaf!? Ke orang Jepang!? Dengan bahasa mereka!? Di tanah kita!?" teriak Ucok frustasi.

Mengabaikan kenyataan bahwa bisnis yang dijalani Ucok ini menghancurkan negaranya sendiri, dia orang yang cukup nasionalis. Saya bangga..... *salah fokus*

Perang batal, pemberontakan pun terjadi. Backingannya Ucok datang ke kantor saat mereka berdua lagi adu mulut (bukan ciuman!! duh...) sampai akhirnya Ucok nembak bapaknya sendiri (bukan supaya jadian!! duh....). Ada apa sih dengan istilah-istilah berpacaran di Indonesia?? Yang tersisa di ruangan itu tinggal Eka (Oka Antara) tangan kanan bokapnya Ucok. Lalu Iko pun datang! Baku hantam terjadi.

Yang paling hebat di antara mereka semua adalah sang resepsionis yang sejak awal penembakan sama sekali nggak bergeming (bahkan nggak panik) sampai semua orang pergi dari situ. Dedikasinya sebagai resepsionis begitu tinggi, bahkan ketika yang bayar dia tewas di depan mata dia tetap berdiri di belakang meja resepsionis (di awal cerita, dia juga lempeng aja sih liat Iko yang disuruh telanjang. Udah biasa kali yak).

Eka tewas dengan tenang setelah membocorkan rahasianya ke Iko kalau asal mereka sama. Iko yang pengin berhenti dari semua kegilaan ini akhirnya nggak tahan dan mau keluar. Dia sadar harus menghancurkan semuanya untuk bisa bebas. Maka dengan penuh percaya diri, dia pun datang sendirian ke markas musuh.

Mari kita skip adegan berantem super keren dengan efek yang agak lebay tapi tetep wuoke sampai akhirnya Iko ketemu lawan terkuat di dapur, mad dog 2! (gue gak tau namanya, sumpah, tapi ni orang emang nggak mati-mati, sama kayak pendahulunya). Beberapa saat ketika Iko masuk ke dapur yang masih penuh dengan koki yang kerja dan mad dog 2 di tengah-tengah dapur, keadaan menjadi hening. Dengan gerakan teratur para koki pun minggat dari dapur dengan tampang lempeng, "oke saatnya adegan berantem, kalau begitu mari kita menyingkir dari sini dengan tenang. Soalnya tugas kita cuma masak."

Semua pekerja di markas musuh (selain tukang berantem, tentunya) sepertinya sudah terbiasa dengan adegan baku hantam dan bisa minggat dengan tenangnya kalau sudah menemukan tanda-tanda akan ada pertempuran.

Dengan segala peluh dan darah yang bercucuran, Iko pun menang. Sendirian.

Kelompok yakuza jepang datang di saat terakhir dan menyadari musuhnya sudah tidak ada hingga akhirnya mengajak Iko bergabung dengan mereka.

"Nggak...." kata Iko pelan, dengan muka bonyok dan tampang mau mati.

"Cukup...."

TAMAT


BLOOPERS
Ucok: Lo minta maaf!? Ke orang Jepang!? Dengan bahasa mereka!? Di tanah kita!?
Bapaknya: (terkejut) Nak......kamu nasionalis sekali.....bapak bangga sama kamu (peluk)
Ucok: (terenyuh) Bapak.....
Sutradara: WOOOII!!!!
Astrada: 'CUT', pak, bukan 'woi'....
---
Iko: (masuk ke ruang dapur) jalan ke tempat bos kalian benar lewat sini?
Mad dog 2: Sebenernya bukan, sih. Tapi karena kita terlanjur bertemu, ayo kita berantem dulu!
Chef: Oke kawan-kawan, adegan berantem, saatnya minggat. Balik kanan bubar.....jalan!!
Sutradara: CUT!!
Chef: Euh.... maaf kebablasan....obsesi saya dulu jadi paskibraka
Sutradara: Nggak ada yang nanya!
---
Iko: Nggak..... (berdiri dengan susah payah) cukup......
yakuza jepang: kenapa? kamu kuat, kamu pasti langsung dapat posisi penting kalau bergabung dengan kami
Iko: Saya nggak bisa bahasa Jepang, susah.....


BEHIND THE SCENE
Cewek karaoke pemberontak: Kenapa saya nggak jadian sama Ucok pak, kenapaaaaa?
Sutradara: Duh, adegan kalian berdua itu sama sekali nggak mengarah ke percintaan. Kok kamu ngotot gitu, sih??
Cewek karaoke pemberontak: Ah si bapak, nggak peka! Kita kan berantem paakk.... Artinya kita saling benci. Dan kata orang, benci itu beda tipis sama cinta, pak....
Sutradara: Kamu kena penyakit delusional akut..... ikuti arahan saya, atau saya cari pemain lain!
Cewek karaoke pemberontak: ("3") buuu......
 ---
Sutradara: Kamu bisa 'kan tetap duduk di bangku resepsionis dengan tenang meski di dalam kantor yang hanya terpisah selembar kaca bening itu ada Iko Uwais lagi buka baju?
Cewek resepsionis: Bisa pak! Mental saya baja! Saya janji nggak akan ngeces atau apa....
Sutradara: Yakin banget kamu....
Cewek resepsionis: Soalnya dia bukan tipe saya, pak.
Sutradara: Di saat cewek-cewek lain tergila-gila sama dia, kamu malah bilang nggak tertarik? Kenapa??
Cewek resepsionis: Soalnya dia.....euh.....pendek.....masih tinggian juga saya, pak.
Iko: (pundung di ladang jagung)
---
Di lokasi syuting Killers....
Nomura (Kazuki Kitamura): aaand......katto!
...
Sutradara: Yak! Ayo semuanya ganti baju! Langsung pindah ke syuting the raid 2 di sebelah ya!! Jangan lupa dandan dulu!!
Kazuki: Pak, tapi saya capek pak....abis jatoh dari bangunan tinggi gitu. Syutingnya bisa besok aja nggak pak?
Sutradara: Nggak bisa, kalian kan pada pulang ke Jepang sebentar lagi. Demi menghemat biaya pesawat dan makan kalian yang maunya mahal-mahal itu, kita sekalian syuting the raid 2!
Oka Antara: Saya juga ikut, pak?
Sutradara: Iya doooong.....
Oka Antara: Mati juga, pak?
Sutradara: ......iya. Maaf ya. Tapi kali ini kamu matinya tenang kok.
Epy Kusnandar: Saya jadi apa, pak? Protagonis? Antagonis?
Sutradara: Antagonisnya peran antagonis lain....jangan lupa, kamu mati juga nanti.
Epy Kusnandar: Euh.....dibakar hidup-hidup lagi, pak?
Sutradara: Nggak....tenang aja, kamu mati abis ditembak dan dipukulin
Epy Kusnandar: Saya boleh pilih mati dibakar aja nggak, pak? 


Kesan selama menonton
Sengaja gue taro terakhir karena, yah.....jarang ada yang mau baca ginian. Di luar bercandaan di atas, gue mau menobatkan film ini sebagai film Indonesia terkeren. Dari the raid pertama, gue udah ngerasa ceritanya memang akan berkembang sebagus yang kedua ini. Masalah di the raid pertama adalah kurangnya waktu dan ending yang kurang nggantung, jadi banyak orang yang bilang "berantemnya oke, ceritanya biasa aja". Seandainya ending film pertama itu cliff hanger yang keren, pasti akan jadi lebih bagus. Karena film pertama memang kayak pembukaan aja.

Di film kedua, cerita rumitnya gembong mafia di negara ini dibahas abis. Mantep banget! Semua akting pemainnya keren! Adegan berantemnya keren! Nggak sangka Jullie Estelle bisa main sebagus itu!! Efek kamera dan gerakan slow motionnya pas banget! Adegan kejar-kejaran mobilnya keren! Milih jalannya juga pas banget! Jalan ceritanya oke banget!!

Yang menurut gue kurang sedikit, harusnya Iko nggak sendirian waktu nerobos markas musuh di akhir cerita. Pasti seru kalau tiba-tiba ada temen sesama intel yang nyamar juga dan akhirnya mereka berdua memberantas semua musuh. Peran Oka Antara punya potensi, tapi dia terlalu cepat mati. Sejujurnya sih.... gue masih berharap Joe Taslim nggak mati di film pertama dan jadi partner Iko di film kedua.....(Iyaaa!! Gue emang masih belum move on!!)

Buat orang-orang Indonesia yang masih apatis dan bilang "Ngapain nonton film Indonesia di bioskop? Buang-buang duit. Mending nonton film Hollywood," sini tak kepret. Kalo orang-orang Indonesianya sendiri meremehkan, kapan film Indonesia maju? Nonton film-film Indonesia di bioskop juga membantu para pembuat film itu balik modal dan bisa menyeleksi mana film yang bagus dan nggak, sehingga mereka bisa bikin yang lebih bagus lagi kedepannya. Yang akhirnya untung kan kita-kita juga yang nonton.

Gue nonton film produksi PT Merantau ini sejak film "Merantau", dan makin ke sini kualitasnya makin oke. Semoga film produksi lainnya bisa mencontoh dan mulai memikirkan kualitas di atas keuntungan semata.