Senin, 23 April 2012

Detektif Sekolah

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Comics & Graphic Novels
Author:Dimas Abi
Sebelum masuk ke review yang sebenarnya, izinkan gue cerita sedikit kenapa novel ini akhirnya bisa berada di genggaman gue. Awalnya, waktu gue diajak ke Gramedia sama Ruru & Eka, gue sama sekali enggak niat beli buku karena belum gajian dan lagi kere parah. Dan lagi, Gramedia itu buat gue cuma tempat browsing buku bagus, biasanya gue beli buku di online shop karena selain diskon terus-terusan, bukunya juga dianter ke rumah, jadi gue enggak perlu repot. Nah, tadinya sih gue mau beli barang satu atau dua komik langganan kalo ada. Tapi sayang beribu sayang, begitu gue nemu komik Hero tales 5, gue kejang-kejang hampir struk begitu liat harganya. 17500! Demi Toutatis, kenapa harga komik sekarang muahal banget sih? perasaan gue baru kemaren harganya naik dari 15.000 jadi 16.500. Kenapa sekarang naik lagi? Ini pemerasan. Itu komik yang biasa, yang Level Comic? Jadi 20.000! Demi apapun. Bayangin dong kalo tiap bulan gue kudu melengkapi koleksi shonen manga yang tamatnya entah kapan. Berapa duit yang harus gue keluarin tiap bulan untuk komik doang? Oke, komik macem One Piece, Hero Tales, Yona dan lain-lain terbitnya paling sebulan sekali. Tapi gimana dengan Wild Life yang sebulan bisa 2-3 komik? Atau Perfect Girl Evolution yang kalo lagi ngebet bisa keluar langsung 3 volume sekali cetak? Mana Level Comic pula. Bisa-bisa gue ngabisin 200.000 cuma buat ngelengkapin koleksi komik gue! Perasaan gue dulu harga komik itu hanya 3800 rupiah pemirsa sekalian! Kalo gue nyewain komik dengan tarif 200 rupiah sekali pinjem, gue bisa beli komik baru setelah komik gue dipinjem 19 kali. Eh, itu lama juga ya.

Pokoknya! Kenaikan harga komik ini enggak logis! BBM kan enggak jadi naik sampai 6 bulan ke depan! Kenapa harga komik harus naik coba?

Karena tidak baik untuk jantung gue, akhirnya gue enggak jadi beli komik. Mending beli novel kemana-mana deh. Terus, sewaktu Ruru & Eka berhenti untuk baca satu sinopsis novel sambil ketawa-ketiwi, gue jadi penasaran.

Sinopsisnya begini:

Sialnya, Tim TBS melupakan satu detail penting bahwa jumlah siswa SMA Pemuda mencapai seribu lebih, dan sekitar 20 persennya berada di kantin. Khusus di bagian gorengan, terdapat kerumunan yang cukup mengerikan.

"Kira-kira, siapa ya pelakunya?" ucap Tessa retoris, menatap hampa segerombolan siswa SMA yang dahaga akan gorengan.
"Momon akan coba kesana!" ujar Momon.
"Menyelidiki, Mon?"
"Enggak, mau beli gorengan..."
"...."

Momon ngacir meninggalkan Tessa dan Bams. Jempol dan telunjuk Bams membentuk huruf V di dagunya, berpikir. Lima detik kemudian, warna wajah Bams mendadak cerah, ia menjentikkan jarinya tanda mendapat ilham atau semacamnya.

"Gue juga kesana dulu, Tess," ujarnya.
"Menyelidiki, Bams?"
"Enggak, beli gorengan."
"...."



Niatnya sih mau ngakak gelundungan di lantai. Tetapi, berhubung enggak etis dan ada kemungkinan gue ditangkep dan dijatuhi hukuman selamanya di apartemen bobrok dalam film The Raid untuk jadi samsaknya Mad Dog (sumpah ngeri banget), akhirnya gue cekikikan aja dan langsung masukin itu novel ke dalam kantong belanja (kalo belanja online, tulisannya add to cart) tanpa mikir dua kali.

Oke, cukup ceritanya, mari masuk ke review. Ngomong-ngomong, pulang dari Gramedia, gue langsung baca novel ini di TJ. Tapi setelah beberapa halaman akhirnya gue tutup karena gue enggak tahan mau ngakak. Kalo gue nekat ketawa kenceng-kenceng dalem TJ, kejadiannya bisa kayak yang tadi gue beberin. Sori, masih belum punya nyali ketemu Mad Dog, apalagi jadi samsaknya. Karena rasanya enggak puas kalo baca novel ini tanpa ngeluarin hasrat untuk tertawa, akhirnya gue tahan enggak baca sampe di rumah.

Kalo baca cerita gue barusan, udah tau dong ya, ini novel komedi. Tulisannya sih cerita detektif, tapi daripada jadi detektif, gue rasa karakter-karakter dalam novel ini lebih cocok ngelawak aja. Apalagi yang namanya Momon si Panda Cina. Kalo makhluk itu boleh dipelihara, bakal gue kandangin deh.

Dari segi karakter, gue suka banget. Masing-masing karakter punya keunikan sendiri yang enggak bisa begitu saja dilupakan pembaca. Momon si Panda Cina, Bams si Ubur-ubur, Tessa si kutu buku, sampai Mila si cantik penggemar dangdut koplo. Bahkan karakter sampingan macam Ketua Osis enggak rasional yang berniat membuat kompetisi debus di sekolah pun bukan karakter yang gampang dilupakan. Belum lagi karakter Rambo yang alih profesi jadi tukang masak sejak keluar dari penjara, dan entah kenapa gue ngebayangin si Rambo mirip karakter Alfridus Godfred sebagai Ambon galak di The Raid. "Saya trada waktu tipu tipu, ekalo saya muak saya menggila!"

Dari segi cerita, simpel dan enggak terlalu berat walaupun ini novel detektif. Bahkan gue rasa novel ini juga bisa dimengerti sama orang yang awam soal perdetektifan sekalipun. Untuk yang maniak novel atau komik detektif, gue rasa sih pada bisa nebak jalan ceritanya. Tapi tenang aja, novel ini bukan cuma menawarkan cerita detektifnya saja, pengalaman baca kalian akan sangat menyenangkan karena bakal banyak dialog-dialog tak terduga di setiap adegannya yang bikin perut keram. Sebaiknya jangan membaca novel ini sambil makan atau minum kalau enggak mau makanan atau minumannya nyembur keluar.

Detektif TBS (Taman Belakang Sekolah) yang beranggotakan 3 orang, Bams, Tessa dan Momon, terbentuk secara tidak sengaja berkat usulan Tessa yang kebetulan sedang membaca novel detektif. Mungkin mereka akan menjadi pengusaha Lele kalau saja Tessa sedang membaca buku berternak Lele. Dan cerita ini akan lebih menarik karena mereka harus bekerjasama dengan Mila yang membantu bisnis orangtuanya di pasar ikan. Ini gue nulis apa sih?

Iya intinya, detektif TBS terbentuk begitu saja tanpa ada persiapan matang. Dan rasa-rasanya yang punya bakat jadi detektif sesungguhnya cuma Bams yang memang dianugerahi kemampuan untuk selalu berpikir out of the box. Soal ilmu dan pengetahuan umum lainnya bisalah mengandalkan Tessa. Tapi yang gue masih bingung, peran Momon di tim ini selain jadi samsak Bams dan Tessa kalau lagi kesel apa ya?

Setelah Tim TBS terbentuk, pembaca akan disuguhi beberapa kasus yang terjadi di lingkungan sekolah serta petualangan Tim TBS yang berjuang susah-payah menyelesaikan kasus tersebut. Meski banyak halangan dan dalam beberapa kejadian ada usaha mereka yang sia-sia, Tim TBS tidak menyerah begitu saja. Petualangan mereka bertiga yang super kocak memang terlalu seru untuk dilewatkan.

Bagaimana Momon mengatasi kekecewaannya karena dijadikan babu di tim basket?
Bagaimana Bams meyakinkan ketua osis kalau kompetisi dangdut di SMA itu bukan ide yang bagus?
Bagaimana cara Tessa mengasuh Panda Cina dan Ubur-ubur?

Dapatkan jawabannya dalam novel DETEKTIF SEKOLAH!

Daripada nanti gue spoiler terlalu banyak soal novel ini, mending langsung baca aja buat yang tertarik. Dijamin enggak nyesel deh! :D