Jumat, 28 Februari 2014

My Lovely New Job!!

Harusnya gue kerja, harusnya gue kerja, harusnya....

Ah sudahlah....

Udah lama sejak postingan terakhir gue.... Eh, baru seminggu yang lalu ya? Kok kayaknya udah lama banget?

Ini tentang job baru dan pilihan yang baru. Kayaknya beberapa temen gue juga pada dapet job baru akhir-akhir ini.

Sebelumnya gue pernah bilang kalo gue merasa sayang harus meninggalkan kerjaan sebagai jurnalis olahraga yang udah lama gue impikan. Tapi.... sekarang gue dapet kerjaan yang udah gue impikan jauh lebih lama sebelum ngebet jadi jurnalis. Gue....nerjemah komik :D

Kesannya sederhana dan nggak ada wah-wah-nya ya? Tapi.... GOD! I FEEL GOOD!

Gue masih inget jaman-jaman SMP waktu mulai rajin ngumpulin duit sendiri dan mulai beli komik sendiri. Saat itu, gue pengiiin banget jadi penerjemah komik Jepang. Yah, niatnya sih biar bisa baca komik gratisan. Maklum, namanya juga cita-cita bocah, alasan dibaliknya selalu sederhana dan jujur. Tjuiih...

Kenyataanya, meski sekarang gue nerjemah komik, gue nggak bisa minta nerjemah komik yang gue suka. Ya... itu wajar. Apalagi sekarang gue lagi nerjemahin komik jadul yang.... jujur aja, gambarnya nggak banget. Tapi shoganai, ini kerjaan gue sekarang. Apapun kerjaannya, nggak ada tuh yang namanya enak terus-terusan. Hehehe :D

Ngomong-ngomong, beberapa hari yang lalu gue baru ikut tes terjemah novel dari penerbit Haru. Alasannya, gue mau menantang diri sendiri lebih jauh lagi. Sekalian usaha biar bisa jadi penerjemah novelnya Shige kalo jadi diterbitin dimari. Kemarin, gue baru dikasih tahu hasil tesnya. Dan gue....

GAGAL

Yep, gue gagal.

Sebenernya gue agak siok karena gue yakin banget sama terjemahan gue. Malah jauh lebih yakin dari komik-komik yang selama ini gue terjemahin.

Setelah bangkit dari keadaan terpuruk selama beberapa menit (cepet banget!), gue pun nanya sama penanggung jawab dari penerbit haru, apa yang jadi kekurangan terjemahan gue.

Katanya, (sebenernya) terjemahan gue udah bagus dan setia, sayang ada beberapa bagian yang bolong alias belum diterjemahin, mungkin karena kelewatan atau kurang teliti.

WHAAAAAT!!

Uhh.... salah gue sih nggak ngecek lagi terakhirnya. Salah gue karena nggak teliti. Salah gue juga ngerjainnya buru-buru, cuma 2 hari sebelum deadline. Iya, semua salah gue....

Tapi kisah gue sama penerbit haru nggak berakhir di situ. Penanggung jawabnya menawarkan gue untuk jadi freelance reviewer, yang tugasnya mereview novel-novel Jepang supaya redaksi bisa tahu mana novel yang cocok diterjemahin di Indonesia. Itu artinya.... gue disuruh baca novel, dan dibayar. Hehehehe. Serius waktu nerima email itu gue nggak bisa berhenti nyengir.

Bayaran yang ini mungkin emang nggak seberapa dibanding nerjemahin (iyalah). Tapi rasanya bisa kerja di penerbit yang sesungguhnya-sesungguhnya penerbit, rasanya seneng bangeeeet. (FYI untuk nerjemah komik, gue bukan kerja di bawah penerbit karena hasil terjemahannya nggak dicetak, tapi dijual secara online lewat aplikasi Google Play)

Lalu, penanggung jawab penerbit haru juga bilang gue boleh ikut tes terjemahan lagi nantinya. Yah, paling nggak dari evaluasi yang dia kasih, gue tau apa yang harus diperbaiki. Selanjutnya gue pasti lolos! Terus nerjemahin Pink and Grey!

Bersamaan dengan tulisan di blog ini. Gue merelakan kerjaan sebagai jurnalis olahraga dan akan fokus di kerjaan yang sekarang sebagai honyakusha (translator) dan reviewer. Gue nggak lagi berpikir untuk nyari lowongan sebagai jurnalis dalam waktu dekat. Karena kecintaan gue sama buku lebih kuat daripada hobi-hobi gue yang lain. Masuk ke penerbitan buku itu impian gue sejak jaman jebot. Mungkin sejak gue udah mulai bisa baca. Meski waktu itu gue bilangnya mau jadi penjaga Gramedia (lo kira satpam?) karena pasti tiap hari dikelilingi buku. Hahahaha :D Semakin dewasa, ternyata gue nggak banyak berubah. Cuma membuat impian gue sewaktu kecil menjadi lebih spesifik dan detail.

Dua impian lain yang sampai sekarang belum tercapai adalah buka toko online dan nerbitin buku di penerbit major. Oh iya, sama belajar baca buku sambil berenang.

Salam dari si pisang tukang baca, mampir-mampir juga ke blognya di sini

Sabtu, 15 Februari 2014

Review Film Killers Penuh Spoiler

Rasanya gue nggak mungkin bisa review film yang satu ini tanpa spoiler. Karena itu menjauhlah kalian yang belum nonton tapi mau nonton dan BENCI SPOILER! Tulisan ini khusus untuk orang yang udah nonton dan nggak mau nonton tapi pengen tau.



Killers, film yang dibuat dengan kerjasama Jepang-Indonesia dan katanya bagus. Ini pengalaman pertama gue nonton film kayak gini di bioskop, apalagi genrenya thriller. Gue terlanjur berharap banyak. Sayangnya.... gue harus kecewa.

Film dibuka dengan adegan seks yang sejujurnya amat sangat tidak berguna karena itu bener-bener nggak jelas siapa sama siapa. Adegan kedua ada cewek yang dikejar-kejar di hutan sama pembunuh. Tiba-tiba layar berkedip dan nampilin sponsor, terus kedip lagi, cuplikan cewek dikejar itu lagi, kedip lagi, sponsor lagi. Appeuuuu..... penempatan sponsor yang sangat buruk. Mengganggu ketegangan aja. Ngomong-ngomong harusnya adegan cewek yang dikejar di hutan antah berantah ini harusnya jadi adegan pertama aja, lebih pas.

Akhirnya cewek itu dibunuh setelah di bawa ke rumah pembunuhnya dan digetok pake palu. Abis itu mayatnya disiram air keras dan tulang-tulang yang tersisa dibuang. Sampe saat ini gue masih berpikir pembunuh ini adalah pembunuh profesional yang tau cara ngilangin jejak yang baik dan benar. Sampe.... dia ngebunuh orang karena dendam di sebuah pub.....lebih tepatnya, di toilet umum pub itu....
Gue bengong. Pembunuh ini pede banget nggak bakal ketauan ya?

Ngomong-ngomong pembunuh ganteng asal Jepang itu selalu ngerekam adegan pembunuhannya dan diuunggah untuk kesenangan.Seorang jurnalis bernama Bayu yang tinggal di Jakarta, kayaknya suka banget ngeliat video itu meski ngeliatnya sambil mengernyitkan dahi dan agak jiji....

Saat Bayu nggak sengaja ngebunuh dua orang yang mau ngerampok dia di taksi, Bayu ngerekam saat-saat kematian salah satu dari mereka dan akhirnya diunggah juga, ikut-ikutan si pembunuh ganteng dari Jepang yang diberi nama Nomura.

Video itu pun dilihat sama Nomura, dan akhirnya dia menghubungi Bayu karena ngerasa Bayu itu sama kayak dia. Sama-sama killer, sama-sama mendapat kesenangan dengan membunuh orang.

Setelah dipengaruhi Nomura, Bayu pun ngebunuh orang-orang yang dia benci. Sayangnya, cara ngebunuh Bayu itu sama kayak perampok amatir kurang persiapan. Ya masa ngebunuh orang di hotel tanpa bikin rencana sama sekali? Masuk ke kamar hotel, ngebunuh pake pistol, DOR! dan bingung waktu mau kabur karena pintu digedor-gedor dari luar. Di luar kamar itu pun banyak bodyguard dari 'orang penting' yang dia bunuh di kamar itu. Bayu kesulitan kabur dan sembunyi di lemari.

Ya elo pikirrrr??

Sapa suruh ngebunuh di hotel pake pistol?

Entah ada keajaiban dari mana, Bayu akhirnya berhasil kabur dan lari di lorong hotel di kejar-kejar para bodyguard yang entah kenapa nggak ada yang bawa pistol ato apa. Ngelindungin orang penting cuma modal body building? Pasti bayarannya murah.

Untuk yang kedua kali, secara ajaib Bayu berhasil lolos dari kejaran para bodyguard itu dan pulang ke rumah. Wow, sakti.

Sementara itu nun jauh di Jepang, Nomura nemu cewek yang punya adik cowok autis. Karena tertarik, Nomura pun akhirnya deketin mereka dan jadi lumayan akrab sama mereka. Nomura menemui kenyataan bahwa Soichi (ato Koichi? lupa) sering diijime sama temen-temennya lantaran temen-temennya itu menghina kakak ceweknya. Nomura yang menyadari kalau keadaan Soichi mirip sama dirinya, akhirnya ngajarin Soichi make standgun dan bales perbuatan anak-anak yang mengijime dia.

Soichi berubah jadi brutal. Hisae, kakak Soichi, nyalahin Nomura karena perubahan sifat Soichi. Nomura yang kelihatannya sedikit suka sama Hisae nggak mau ketemu sama cewek itu lagi karena takut dia akhirnya harus ngebunuh cewek itu.

Sayangnya, Hisae akhirnya nggak tahan sama perubahan Soichi dan datang ke rumah Nomura. Ini menunjukkan kalau Nomura nggak bakat sebagai pembunuh profesional. Oom Jigsaw pasti ketawa kalo dia tau ada pembunuh yang ngasih tahu alamat rumah yang sebenarnya sama orang lain, terlebih kalau ruang tempat pembunuhannya nggak kedap suara.

Hisae datang di waktu yang sangat nggak pas, yakni waktu Nomura baru mau membunuh seorang cewek secara langsung dan ditunjukkin pake webcam ke Bayu di Jakarta.

Nomura akhirnya cerita kalo Hisae sama aja kayak dia, berusaha ngebunuh Soichi dengan nyuruh anak itu berdiri di jalan raya dan nunggu ada yang nabrak, sayang gagal karena mobilnya berhenti persis depan mereka. Sementara Hisae membantah itu mati-matian karena dia sebenernya berniat mati bareng Soichi dengan meluk Soichi di tengah jalan, nunggu ada yang nabrak.

Apa yang diliat Nomura sama yang diceritain Hisae bener-bener beda jauh. Ini kalo bukan kesalahan script, pasti salah satu dari mereka ada yang delusi....

Hisae pun akhirnya tahu kalo Nomura itu sakit, dia pun teriak "あんた病気のよ!" yang tulisan sub-nya adalah "Kamu kejam!" gue pun menepok jidat.

Lalu teriakan cewek yang mau dibunuh pun terdengar.... Hisae pun makin curiga...

Lalu gue menepok jidat lagi....

Makanya jangan tukeran alamat sama cewek segampang itu dong oom!

Cerita thriller selalu punya rahasia, sayangnya nggak ada cerita rahasia dalam film ini. Ah, bentar.... kisah kakak perempuannya Nomura itu bisa dibilang rahasia bukan, sih? Hmm... Nomura cuma bilang kalau dia terlalu cinta kakaknya sampe akhirnya ngebunuh kakaknya itu dan ngawetin jasadnya di salah satu ruangan, kan? Rahasia yang cetek untuk ngebunuh-bunuhin orang nggak jelas....

Psikopat, adalah alasan yang tepat. Sayangnya seorang psikopat punya kecenderungan untuk memanipulasi, menipu, dan segala hal nggak masuk akal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk menghapus jejak-jejak pembunuhan yang dia lakukan. Nomura masih terlalu hijau.... Bayu, muridnya, lebih hijau dari hijau.... bahkan perampok aja mungkin lebih pinter dari dia....

Pembunuhan-pembunuhan di film ini keren, ngerinya juga dapet, sayangnya masih terlalu kasar. Cerita cuma fokus di pembunuhan tanpa ada penghapusan jejak yang memuaskan. Yakali ngebunuh orang di perumahan elit bisa segampang itu karena nggak ada satpam seorang pun.

Gue bisa memikirkan pembunuhan yang jauh lebih bersih dari yang mereka berdua lakukan. Penulis cerita film ini masih terlalu awam dalam bidang bunuh-membunuh....

Endingnya juga nggak memuaskan. Nomura akhirnya ke Jakarta dan ngebunuh istri Bayu di rumahnya, yang entah gimana caranya dia bisa nemuin rumah Bayu dalam waktu sesingkat itu. Terlebih, satu-satunya info yang bisa didapet Nomura cuma wajah Bayu dan IP address laptopnya Bayu. Lain cerita kalau dia pembunuh sekaligus hacker.

Saat itu Bayu lagi menerima pembalasan akibat ngebunuh orang penting di hotel waktu itu. Anaknya diculik dan dia disiksa di depan anaknya.

Gue kira akan jadi happy ending dengan Nomura ngebunuh-bunuhin semua pengganggu Bayu dan mereka akhirnya bikin duo.

Sayangnya Bayu yang dia kira ngerti perasaannya sebagai pembunuh malah berniat ngebunuh dia.

"がっかりしちゃった。" kata Nomura yang kecewa yang di sub-nya diartiin "Kukira kau mengerti aku."

Cerita selesai setelah akhirnya Bayu dan Nomura sama-sama jatoh dari gedung.

Alhamdulillah...

Tapi endingnya, ada seorang anak orang miskin (jangan salahin gue, keliatannya emang gitu) yang ngeluarin hape keren dari kantongnya (seakan beli hape android semudah beli chiki) dan ngerekam saat-saat kematian Nomura.

Tamat

Mungkin dari semuanya, yang paling bikin nggak banget itu translatenya. Banyak yang ilang dan terjemahannya juga terlalu bebas. Sebagai penerjemah, gue terganggu....

Tapi kalo dibilang gue kecewa nonton film ini.... nggak juga sih. Yah meskipun sempet ngantuk pas tengah cerita, lumayan lah buat hiburan denger orang Jepang ngomong Inggris yang agak gimanaaaa... gitu. Juga denger bahasa Jepang si Ahmad, pemilik nama indah dengan pergaulan yang salah.