Sabtu, 10 Oktober 2020

Single and Happy

30 Days Writing Challenge

Day 6: Single and Happy



Seharusnya ini tantangan menulis untuk di instagram story. Sayangnya jadinya terlalu panjang dan butuh platform yang lebih mendukung. Maka terpilihlah blog yang sudah mulai berdebu ini. 

Sebelum menikmati,

Peringatan: penggunaan bahasa yang sesukanya-seringkali tidak pada tempatnya dan bukan pendapat populer

Single atau sendiri adalah kosakata yang bersebrangan dengan kata berpasangan atau menikah. Lalu mengapa sampai ada istilah single and happy? Jawabannya, tentu saja karena single diibaratkan sebagai sisi yang negatif, menggambarkan kesedihan dan memiliki gambaran perasaan kesepian. Sebaliknya, menikah mendapat sisi yang positif, menggambarkan segala jenis kebahagiaan. Maka menjadi tidak berterima ketika ada judul married and happy. Karena menikah sudah seharusnya bahagia, kan?. Setidaknya begitulah pandangan orang-orang kebanyakan.

Mari kita kembali lagi. Kenapa ada judul single and happy?
Pada akhirnya kita bisa menyimpulkan bahwa dua kata tersebut adalah dua kata yang memiliki imej berlawanan, oksimoron, atau kontradiktif sehingga menjadi menarik.

Tapi, apa benar begitu?

Apakah ketika orang-orang menyerukan "I'm single and I'm happy!" adalah sesuatu yang memang dia rasakan, atau sekadar menyenangkan diri sendiri karena kebetulan memang belum bertemu pasangan hidupnya?

(Dipersilakan ngedumel, tapi dalam hati aja, ya. Udah dibilang ini pendapat nggak populer)

Semoga dengan penjelasan berikut ini, kalian yang membaca ini bisa memahami sudut pandang gue.

Kebahagiaan tidak ditentukan oleh status, kedudukan, level, kasta, strata, apa pun itu. Setidaknya sampai sini kita semua berada di sisi yang sama, kan?

Bahagia itu, menemukan sisi positif yang bisa membuatmu tersenyum dan merasakan kehangatan dalam hati bagaimana pun kondisinya. Maka ketika menyerukan "single and happy", seolah sumber kebahagiaan itu berasal dari kondisi ketika berstatus single. Setelah seruan itu, muncullah beberapa alasan yang membuatmu bisa mengatakan kalau kamu bahagia sendiri. Tapi akui saja, dalam hati kamu tetap berharap suatu saat nanti tetap akan menemukan pasanganmu, kan?

Iya, kamu memang bahagia. Itu bagus. Tetapi apakah ketika statusmu berubah menjadi tidak single lagi, lalu status kebahagiaan itu ikut berubah? Jika mengikuti logika, seharusnya berubah. Karena sumber kebahagiaanmu adalah status tersebut, maka kebahagiaan akan luntur atau bahkan hilang ketika status tersebut hilang. Seharusnya begitu. Tapi pada dasarnya, nggak begitu, kan? Kamu akan menemukan kebahagiaan dalam bentuk yang lain ketika status itu berubah menjadi tak lagi single.

Maka, kesimpulan paling tepat yang bisa kita ambil adalah, 

Kita bisa bahagia.

Apa pun status yang menyertai kita.
Bagaimana pun keadaan di sekitar kita.
Siapa pun yang kita miliki dan tidak miliki.
Di mana pun kita berada atau tidak berada.