Jumat, 14 Oktober 2016

My Cute Students

Belakangan ini gue selalu menantikan untuk pergi ngajar ke suatu tempat. Karena yang gue ajar adalah dua anak yang masing-masing berumur 9 dan 13 tahun. Mereka saudara sepupu.

Biasanya, gue malas ngajar bahasa Jepang ke anak yang masih terlalu kecil. Alasan pertama, karena gue menganggap mereka belum butuh bahasa Jepang. Alasan kedua, biasanya mereka les karena emaknya maksa anaknya harus les sebanyak-banyaknya mumpung masih kecil.

Sebelumnya gue pernah membahas soal BLAST yang bisa diderita anak kecil yang terlalu cepat dan terlalu banyak belajar. Nah, gara-gara itu gue nggak mau jadi salah satu penyebab anak-anak kecil itu mengalami BLAST di usia tertentu.

Berapa tahun lalu, gue juga pernah punya murid yang masih SD. Dan setelah tahu dia belajar mandarin juga dari ibunya yang kebetulan guru bahasa mandarin, belajar bahasa Inggris juga karena sekolahnya bertaraf internasional, gue langsung cut kerjaan itu. Kasian. Setiap les bahasa Jepang, dia selalu nggak semangat karena kecapean. Itu pun gue selalu ngajar dia dengan lebih banyak main dan cuma belajar kosa kata aja tanpa belajar pola bahasa Jepang sama sekali. Ya macam anak SD pertama kali belajar bahasa Inggris, lah.

Masalahnya, si emak ini tidak membiarkan gue terus berdua sama anaknya untuk belajar sambil bermain. Kadang-kadang kalau dia lagi di rumah, dia akan mantengin gue ngajar selama dua jam. Dan sambil gue ngajar pun, dia sesekali ngomel ke anaknya yang terlihat malas-malasan belajar. Ya ampun, masih kecil aja beban hidupnya berat banget...

Yang lebih mengerikan lagi, gue ngajar dia itu bilingual Indonesia-Inggris. Soalnya, dia sering nggak tahu kata-kata dalam bahasa Indonesia yang gue pakai buat mengartikan kata bahasa Jepang. Akhirnya terpaksa gue translate lagi ke Inggris. Anak ini memang lebih ngeh dengan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. Dan itu ngeri banget. Bahasa ibunya sendiri dia malah nggak fasih.

Nah, balik lagi ke anak yang gue ajar sekarang. Gue mau ngajar mereka karena ibunya adalah salah satu murid gue dulu. Alhamdulillah dia masih inget sama gue setelah sekian tahun nggak pernah kontak via apa pun. Lalu, tujuan belajarnya pun jelas, anaknya hanya butuh pengenalan dan pelajaran dasar bahasa Jepang supaya tahun depan saat mereka travelling ke Jepang, nggak bengong-bengong amat.

Ngajar mereka pun cukup santai karena banyak main sambil belajar. Karena emang targetnya nggak tinggi-tinggi banget.

Tapi kerjaan gue sebenarnya bukan cuma ngajar aja. Gue juga jadi babysitter :)) Dira, yang paling gede, seneng kalau ada yang dengerin cerita-ceritanya tentang temen-temen sekolahnya. Mika, yang umurnya 9 tahun, suka banget pamer mainan squishy-nya dan betapa dia pengin banget ke Jepang demi beli squishy yang lucu-lucu. Nah, selain mereka berdua, ada lagi Milan, adiknya Mika yang masih berumur 3 tahun. Anak ini capernya ampun-ampunan. Udah gitu, dia belum bisa ngomong dengan jelas, tapi dia bisa ngoceh selama sejam non-stop. Kayak apa jadinya pas dia udah bisa ngomong? Hahaha.

Milan emang nggak ikutan belajar (ya nggak mungkin juga, sih). Tapi dia seneng banget masuk kamar tempat kami belajar, terus ngacak-ngacak mainannya Mika. Terus dia dudukin itu mainan, terus dilempar-lempar, diinjek-injek, digigit-gigit, terus dibuang. Walah, rame banget kalo Milan udah ngerusuh.

Milan gampang akrab sama orang baru, termasuk gue. Baru sekali ketemu, dia udah mau digendong-gendong dan tampak bahagia. Hari kedua ketemu, dia bersorak gembira liat gue. Hari ketiga ketemu, dia mulai manggil-manggil gue dengan sebutan "Yoyo" yang entah dari mana dia dapet. Untung tadi dia bisa nyebut nama gue dengan benar. Wahahaha. Bangga.

Pokoknya, tiap kali gue ngajar, gue bukan hanya jadi tempat curhat dan teman main Dira dan Mika. Tapi juga sekaligus jagain Milan supaya nggak jatoh gara-gara lompat-lompatan di kasur, nggak luka gara-gara ngelempar barang-barang yang cukup gede, dan lain-lain.

Bukannya belajar malah makan es krim sambil wefie :p

Dikasih gudetama dengan muka malasnya ini juga sama Mika :')


Minggu, 09 Oktober 2016

Story Blog Tour Romance/Angst - Chapter 4: Dua Sisi Koin

Ini adalah kelanjutan Story Blog Tour Romance/Angst OWOP II. Yang genre-nya jelas bukan keahlian gueh. Tapi gue udah berusaha keras membuat cerita ini senyambung-nyambungnya. And, here weeee go!

Chapter 1 - Luka Elisa (Nifa)
CHAPTER 4 - DUA SISI KOIN

Sabtu, 08 Oktober 2016

Story Blog Tour Mistery - Chapter 3: KONSEKUENSI

Ini adalah kelanjutan Story Blog Tour Misteri OWOP. 

CHAPTER TIGA: KONSEKUENSI

Urvi berkali-kali mengerjapkan matanya sebelum sadar sepenuhnya di mana ia berada. Tak ada tempat lain yang memiliki warna serba putih hampir di tiap sudut ruangan selain kamar rumah sakit. Dengan cepat, Urvi juga mampu mengurutkan kejadian hingga akhirnya ia terbaring dengan rambut keriting yang makin acak-acakan di kamar ini.

Tak ada orang lain selain dirinya sendiri di ruangan itu, dan Urvi maklum. Ibunya sudah lama meninggal, dan ayahnya pergi dengan wanita lain, entah ke mana. Ia juga sudah cukup lama tinggal sendiri dengan hasil kerja sambilannya. Jadi, mustahil ada kerabat yang datang kalau bukan dia sendiri yang memberikan informasi mengenai dirinya yang saat ini terbaring lemah di rumah sakit.

Ketiga teman sesama penari, pelatih, dan semua penonton yang menyaksikan mereka pasti melihat dengan jelas kematian Pak Rama yang aneh tadi. Urvi mengusap kasar kedua matanya, namun tetap tidak bisa mengenyahkan imaji mengerikan empat penari lain yang menusuk Pak Rama dengan keris di akhir pertunjukan mereka. Urvi juga ingat kalau saat itu ia ingin berteriak, namun tak ada apa pun yang terjadi. Tubuhnya bagai dikuasai oleh sesuatu yang lain.

"Jadi itu balasan untuk Pak Rama, Ni? Kematian..." Urvi berbisik sendirian, karena Agni tak sedang di sini bersamanya.

Mungkin Naara dan Auri tidak tahu menahu soal alasan sebenarnya di balik pembalasan dendam yang ingin dilakukan Agni pada Pak Rama. Mereka berdua terlalu baik dan pasti akan meminta Agni untuk melaporkan langsung dekan mereka itu ke polisi jika mengetahui alasan yang sebenarnya. Yang mereka tahu, tarian barusan adalah bentuk protes atas kesemena-menaan Pak Rama terhadap penggunaan dana yang seharusnya mengalir langsung ke jurusan mereka. Dan meski Urvi tahu alasan Agni adalah untuk membalas dendam atas pelecehan seksual yang ia terima, gadis berambut keriting itu mengira Pak Rama hanya akan mendapat beberapa kesialan sebagai ganjarannya. Bukan kehilangan atas nyawanya.

Kalau tahu begini jadinya, Urvi tak akan mau ikut-ikut terlibat hanya karena dibujuk Kak Tio, pelatihnya yang tampan itu. Padahal sudah jelas Agni lah yang memperalat Kak Tio yang terlanjur jatuh hati pada temannya itu.

Meski tampak tenang dan emosi terkendali, dalam hati Urvi sangat takut. Ini artinya dia telah mengambil bagian tersendiri pada pembunuhan Pak Rama. Dan seperti yang kebanyakan orang tahu, bermain-main dengan sesuatu yang ghaib untuk mengambil nyawa orang, konsekuensi tak akan lebih ringan daripada kematian.

Saat pikiran Urvi sedang berkecamuk, terdengarlah suara jeritan seseorang yang ia kenal dari ruangan lain.

"Naara!" serunya panik dan segera menyibakkan selimutnya, mengambil cairan infusnya dari gantungan, dan berlari keluar.

Urvi berpapasan dengan Auri yang juga mendengar jeritan yang sama. Mereka saling memandang dengan kepanikan yang sama dan segera berlari menuju kamar Naara, sumber jeritan itu terdengar. Saking paniknya, mereka tak memperhatikan bahwa lorong dan ruangan-ruangan di situ terlalu sepi untuk sebuah rumah sakit umum.

Tak butuh waktu lama bagi Urvi dan Auri untuk sampai di depan kamar Naara. Urvi membuka kamar itu dengan satu hentakan keras. Lalu, mereka berdua mendapati Naara yang histeris dan terus berteriak seperti orang gila. Padahal tak apa-apa di sana.

"Sudah mulai...." bisik Urvi ketakutan.

BERSAMBUNG

Nantikan kelanjutan kisahnya di blog mbak Happy :D

Rabu, 05 Oktober 2016

50 THINGS WE CAN DO TO TURN JAKARTA INTO THE BEST CITY ON THE PLANET

Sejujurnya gue mau nulis soal yang akan gue bahas ini bertahun-tahun lalu. Mungkin sekitar 4-5 tahun lalu....

Tapi apa daya gue lupa nyimpen di mana gambar yang gue butuhkan buat pembahasan ini. Baru nemu setelah nggak sengaja nyari data-data lain di harddisk. Dan harap maklum kalau kualitas gambarnya jelek banget. Hape gue 4-5 tahun lalu kan gak secanggih itu....

Waktu nunggu salah satu murid berkebangsaan Jepang yang minta diajarin bahasa Inggris, gue ngaso-ngaso cantik di lobi apartemennya. Dan karena pada dasarnya enggak bisa liat apa pun yang berbentuk buku, gue pun iseng baca majalah yang ada di atas meja. Awalnya enggak tertarik baca majalah, tapi di dalamnya ada satu artikel yang menarik minat gue.

Judulnya "50 THINGS WE CAN DO TO TURN JAKARTA INTO THE BEST CITY ON THE PLANET"

Wah... 50? Banyak juga. Apa aja tuh idenya?

Langsung lah gue baca.

Awalnya sih gue masih mengangguk-angguk setuju bacanya. Termasuk ide untuk memperbarui angkot, kopaja, bus, dan sejenisnya.

Minggu, 02 Oktober 2016

[Fanfiction] Kim Jongmin x Shinji - SOME


Fanfic berdasarkan acara reality show Korea, 2 Days 1 Night season 3 episode 76-78 (Friendship Trip). One of my favorite trip in 2 Days 1 Night. Jongmin-Shinji yang paling kiri di foto. Duh, nikah aja sih kalian... #ikutcampur

_____