Kamis, 08 September 2016

Signs of a Broken Heart

Pernah enggak kamu benar-benar berharap memiliki sesuatu?

Lalu, pernahkah ketika akhirnya kamu bisa memiliki sesuatu itu, seseorang merebutnya darimu? Apa yang kau rasakan saat seperti itu?

Sakit. Pasti begitu, kan?

Itu reaksi yang normal, kan?

_____

Saat mulai beranjak dewasa, lingkunganmu pasti berubah. Dan perubahan lingkungan itu sedikit banyak pasti juga mengubah pola pikirmu. Tadinya, lingkungan di sekitarmu hanya bertanya 'sudah makan, belum?', 'mau main apa hari ini?', atau 'jajan es krim, yuk!'. Sekarang lingkunganmu berubah total. Terutama, jika kamu seorang anak perempuan.

"Aku suka si ini..."

"Aku suka si itu..."

"Kamu suka siapa?" tanya seorang temanku saat itu yang membuatku gelagapan.

Bisa saja aku bilang 'tidak ada', karena memang saat itu aku belum berpikir sampai sana. For God sake! I'm still ten years old! 

Tapi jika kujawab seperti itu, aku akan dianggap pembohong. Aku akan dianggap tidak mengikuti aturan dasar berada di dalam geng berisi anak-anak perempuan. Aturannya, jika seseorang mengatakan satu rahasia seperti cowok yang ia suka, maka semua temannya harus memberikan rahasia yang sama. Pertukaran setara istilahnya kalau kalian pernah menonton atau membaca Full Metal Alchemist.

Never? Ok, it just me then.

Tak heran teman-temanku menganggapku aneh.

Balik ke pertanyaan tadi. Aku. Suka. Siapa?

Pada akhirnya aku hanya menyebutkan nama teman sekelas yang cukup akrab denganku. Akrab, tapi tidak sampai membuatku ingin terus berada bersamanya, sih.

Dan dengan jawaban itu kuharap mereka puas.

____

Seiring bertambahnya umur. Aku pun mulai berpikir. Kenapa hampir semua teman sekolahku punya orang yang mereka sukai? Kenapa? Apa memang harus begitu? Kalau memang seharusnya begitu, kenapa aku tidak punya seorangpun yang bisa kusukai? Yang bisa selalu kupandang saat aku datang ke sekolah. Yang bisa membuatku sedikit bersemangat datang ke sekolah alih-alih beralasan sakit supaya dibolehkan bolos. Yang bisa kujadikan sasaran permainan tingkat kecocokan menggunakan nama panjang kami berdua.

Aku selalu memikirkan hal itu meski tetap tak bisa kutemukan seseorang yang seperti itu. Anehnya, ketika seharusnya aku fokus ke ujian akhir nasional, seseorang itu justru datang ke depan mukaku. Tiba-tiba saja dia mulai mendekatiku.

Dan anehnya, tidak seperti sebelum-sebelumnya, aku tidak keberatan. Kedekatan kami begitu menyenangkan. Dan dia telah menjadi alasan aku begitu semangat berangkat ke sekolah meski saat itu try out terus menghampiri kami. Tentu saja, saat itu aku mengerti perasaan teman-temanku beberapa tahun yang lalu. Jadi seperti ini rasanya memiliki seseorang yang selalu ingin kau lihat?

Kupikir hubungan kami cukup seperti ini. Tetap menjadi teman, namun lebih akrab ketimbang teman-teman yang lain. Lagipula aku cukup menikmatinya. Biar pun teman-teman yang lain bilang kalau aku tidak bisa disebut 'memilikinya' kalau belum pacaran dengannya, aku tak peduli. Aku memilikinya sebagai alasan supaya aku semangat berangkat ke sekolah setiap hari. Itu cukup.

Suatu hari, dia mengambil langkah tak terduga yang membuat semua kesenanganku lenyap. Meski tak pernah bertanya alamatku, siang itu dia datang ke rumahku. Entah bagaimana caranya dia tahu alamatku.

Saat ia datang, aku sedang 'berantakan'. Tentu saja dengan rambut riap-riapan, celana belel dan kaos rombeng. Meski dia sudah terlanjur melihatku, aku segera berlari ke dalam dan berusaha sedikit merapikan diri--meskipun pada akhirnya hanya sisiran saja, sih.

Aku benar-benar tak bisa menduga kedatangannya. Dan saat itu, jantungku benar-benar berdebar keras. Mau apa dia?

Apa dia mau...

"Gue boleh minta tolong ke lo, nggak? Gue udah lama suka sama temen lo, si Vanya. Tapi susah buat gue mendekat karena kita beda kelas. Dan gue liat, lo sering banget jalan bareng dia."

JEDEERRR!! Suara petir menggelegar.

"Ma! Kecilin TV-nya!" Ternyata ibuku sedang menonton sinetron dengan suara kencang. Dan kebetulan ada adegan ibu tiri yang kesambar petir.

Aku memusatkan kembali perhatianku pada pengakuan cowok di hadapanku. Dia bilang dia suka Vanya? Jadi berarti tatapannya yang selalu ke arahku saat kami berada di luar kelas itu sebenarnya untuk Vanya? Obrolan-obrolan menyenangkan selama ini juga sebenarnya agar dia punya alasan untuk mendekati Vanya dengan aku sebagai perantara?

Jadi ini maksud kamu, Leonard?

Maaf, sengaja pakai nama samaran. Sengaja aku pilih nama samaran yang keren, supaya mirip Leonardo di Caprio.

Sebentar, bagaimana kalau malah ada yang menyangka dia seperti Leonard Hofstadter? Oke dia ilmuwan fisika terapan yang handal, baik hati, dan lucu. Tapi dia cupu. Dan cowok yang berada di hadapanku jelas tidak cupu. Tapi menyebalkan.

Ya, kini aku membencinya karena dia sendirilah yang menjadi alasan hilangnya sesuatu yang pernah kumiliki. Kini, dengan alasan yang telah hilang, aku kembali malas datang ke sekolah setiap hari. Selama tiga hari sekali aku pasti mencoba berpura-pura sakit agar tidak masuk sekolah. Meskipun cara itu tidak pernah berhasil di hadapan ibuku, sih. Tapi tetap saja. Dia menghilangkan alasanku untuk datang ke sekolah dengan perasaan bahagia.

Apa ini patah hati?

Rasanya bukan.

Bagaimana kamu bisa patah hati kalau belum jatuh cinta?

Patah hati itu kalau kau sudah jatuh cinta pada rasa coffee sundae-nya Lotteria, lalu tiba-tiba produk itu menghilang dari pasaran. Selamanya. Tanpa alasan yang jelas.

That's definitely gonna break my heart into pieces.


END

Gue nulis apaan sih, ini? 。゚(TヮT)゚。

Temanya patah hati, sih. Seperti yang gue tulis di atas, "Bagaimana kamu bisa patah hati kalau belum jatuh cinta?"

Patah hati terhebat gue sama cowok ya itu. Begitu. Tapi setelah dipikir-pikir, gue enggak suka-suka banget, makanya enggak terlalu berasa.

Malah patah hati sama es sundae kopi Lotteria itu yang gawat. Udah terlanjur jatuh cinta sama rasanya. Gimana dong? Mana udah kecanduan kafein pula ゜+.(。´>艸<)*.☆ (I NEED THAT COFFEE ICE CREAAMM!!)

Sudahlah, ini kan tulisan seseorang yang telat puber dan nggak berharap apa-apa buat menang. Cuma lagi pengin nulis aja, hehe.

Tulisan gaje di atas diikutkan dalam lomba:

1 komentar: