Kamis, 15 September 2016

Bibit Korupsi dalam Diri Kita

Pernah nggak merasa kesel sama atasan, pejabat, orang pemerintah, atau malah presiden yang korupsi?

Ya nggak mungkin nggak pernah juga, sih.

Tapi percuma banget kalau teriak-teriak "TOLAK KORUPSI" sementara sama sekali nggak berusaha menjauhkan diri dari korupsi.

"Kapan gue pernah korupsi?"

Mungkin kalo dituduh terang-terangan depan muka, jawabannya pasti gitu. Dulu gue juga gitu. Tapi coba mulai ngaca, deh. Beneran kita nggak pernah korupsi? Masa sih?

Misalnya ada kejadian kalian diminta temen untuk beliin sesuatu. Sekalian karena kalian juga mau beli barang yang sama. Setelah dihitung-hitung, ternyata satu orang kena 14.800 rupiah. Terus, apa kalian akan bilang persis dengan jumlah yang sama, atau langsung membulatkan jadi 15.000?

Lalu misalnya kalian beli sesuatu, dan tanpa sengaja penjualnya ngasih kalian kembalian lebih. Harusnya kembali 2500, tapi dikasih 3000. Dan kebetulan kalian udah jauh dari situ terus baru sadar. Apa kalian bakal lari-lari ke tempat penjual untuk mengembalikan 500 itu atau jalan terus dan mikir "Ah, cuma 500 ini..."

Korupsi itu mengambil uang yang bukan hak kita. Dengan kata lain, mencuri, nilep, apalah apalah. Nggak tergantung besar atau kecil nominalnya. Nilep ya tetep nilep. Sekecil apa pun itu, tetep aja jadinya dosa.

Mungkin selama ini, kita punya kecenderungan untuk meremehkan recehan. Makanya kalau ada masalah uang yang menyangkut receh, mau itu kita yang dirugikan, mau kita yang merugikan orang lain, pasti jarang dianggap serius. Kalau kita berlebihan soal itu, kenalan kalian akan bilang "udahlah, cuma uang segitu aja diributin."

Sayangnya ketika mulai dewasa dan mulai waras, gue sadar kalau bukan jumlah uangnya lah yang perlu diributkan. Tapi pertanggungjawabannya. Begitu gue sadar soal ini, ternyata nggak mudah lo mengubah kebiasaan orang Indonesia yang cukup mendarah daging ini.

Gue yang biasanya kurang teliti soal uang kembalian, sekarang jadi sering ngitung. Terutama kalau kembaliannya kelebihan. Kalau kurang diikhlasin nggak apa-apalah. Tapi kalau kelebihan kan, gue nggak tau penjualnya ikhlas apa nggak. Jadi lebih baik langsung kembalikan sesegera mungkin.

Kalau beli sesuatu bareng temen dengan cara patungan, kasih tahu temen-temen hingga nominal terkecilnya. Jangan sampai langsung dibulatkan ke atas dan berpikir kalau temen kamu nggak akan masalah dengan itu. Kalau setelahnya temen kamu bilang dibulatkan saja, ya nggak masalah. Kalau temen kamu bilang, ambil saja kembaliannya, ya nggak masalah juga. Intinya, nggak ada nominal yang disembunyikan secara sengaja meski itu cuma 50 perak.

Terus, sejujurnya sampai sekarang sih gue agak males untuk menyebutkan hingga nominal terkecil. Iya, gue masih sering langsung membulatkan jumlah uang. Tapi sekarang diganti dengan membulatkan jumlah uang ke bawah, bukan ke atas. Yang jelas rugi gue sendiri, tapi kan gue bisa memastikan kalau gue ikhlas dan nggak ada masalah dengan nominal uang yang kurang itu.

Selain itu masih banyak banget contoh-contoh korupsi yang sebenernya nggak kita sadari. Coba deh teliti lagi kalau soal uang. Mungkin aja tanpa sadar kamu pake uang kegiatan untuk makan dengan dalih 'anggep aja ongkos gue kerja', padahal di catatan kegiatannya nggak ada tuh jatah buat makan. Kalau kamu bilang ke panitia lain sih mungkin akan dimaklumi, tapi kamu kan nggak akan tahu pasti juga. Siapa tahu ternyata uangnya bener-bener mepet bahkan mungkin kurang. Itu berarti kamu bukan cuma merugikan satu orang, tapi juga semua orang yang terlibat dalam kegiatan itu.

Urusan sama uang ini emang ngeri-ngeri gimana gitu. Jadi lebih hati-hati lagi ya soal ini.

Rasanya setelah sadar soal kebiasaan-kebiasaan buruk ini, nggak heran deh begitu dapet kekuasaan yang lebih tinggi, orang-orang nggak merasa terlalu bersalah pas korupsi. Tukang angkot aja banyak yang nggak ngasih kembalian kalau kita ngasih uang lebih, kok :v

Harusnya bukan budaya "pakai uang pas" yang digalakkan di negeri kita. Tapi "berikan kembalian yang sesuai".

Gitu deh....

Kenapa mendadak gue nulis ginian, yak? Padahal pemilu masih lama :v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar