tag:blogger.com,1999:blog-86187495822538621712024-03-05T11:39:20.435+07:00Nana's Haven (It Was Language That Unites Us All)If you speak a language that he understands, that goes to his head, but if you speak his mother tongue, it goes to his heart - Fakta Bahasa (Language Fact)nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.comBlogger282125tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-10241996649501243142021-02-04T01:06:00.000+07:002021-02-04T01:06:01.147+07:00Pada Akhirnya Kenyamanan Adalah yang Kita Cari<p>Belakangan, kalau ketemu temen seangkatan, pasti yang diomongin soal kerjaan. Ya, nggak seangkatan juga, sih. Pokoknya temen-temen yang sama-sama udah kerja beberapa tahun dan ngerasain kerja di beberapa tempat dengan berbagai kondisi (dan gaji) haha. </p><p>Milih tempat kerja itu emang nggak gampang. Nggak segampang waktu kita dulu milih SMP, SMA, atau Universitas. Waktu SMP-SMA, biasanya milih berdasarkan kepopuleran sekolahnya (itu juga kalau nilainya cukup, wkwk). Ya kalo gue sih milih berdasarkan jarak. <strike>Supaya bisa tidur lebih lama dan gak ngabisin waktu di jalan</strike>. Waktu milih Universitas, lebih sulit karena ada pilihan jurusan dan juga urusan uang kuliah.</p><p>Lulus kuliah, sebenarnya pilihannya nggak terlalu sulit. Karena untuk fresh graduate, yang penting kerja dulu dan nggak nganggur kelamaan. Alhamdulillah gue termasuk salah satu yang beruntung karena udah punya kerjaan, bahkan sebelum lulus kuliah.</p><p>Semakin bertambah pengalaman, pada akhirnya kita menjadi semakin pemilih. Nggak mau yang gajinya terlalu kecil, nggak mau yang bosnya rese, nggak mau yang lingkungan kantornya gak asyik, nggak mau kalau gak sesuai passion, nggak mau ini, nggak mau itu. </p><p>Muncul juga pemikiran lain yang akhirnya menjadi pertimbangan seperti "kalo tau kerjanya kayak gini mah gue ogah digaji segini", "gabut banget rasanya gue kerja di sini. Skill gue gak berkembang", "karir gue gak akan naik di tempat kayak gini, gaji aja gak naik-naik."</p><p>Dan banyak lagi hal yang jadi pertimbangan untuk kita bertahan, pindah, atau memilih pekerjaan baru.</p><p>Namun setelah lama kerja, gue sadar kalau pada akhirnya kenyamanan adalah yang kita cari. Bukan perusahaan ternama, bukan gaji besar, bukan karir, tapi pekerjaan yang tidak mengganggu hal-hal lain yang sebenarnya ingin kita lakukan, atau pekerjaan yang tidak mengganggu idealisme atau prinsip yang kita pegang. Sebab, pekerjaan bukanlah yang nomor satu. Pekerjaan hanya salah satu faktor penting untuk bertahan hidup, tetapi tetap bukan segalanya. </p><p>Beruntunglah kalian yang memang melakukan passion sebagai pekerjaan. That's wonderful. Tapi nggak semua orang bisa seberuntung itu, karena nggak semua orang punya kesempatan yang sama. </p><p>Dulu, gue pernah melakukan pekerjaan yang sebenernya gue suka (banget, gak boong), tapi kesenangan pekerjaan itu tidak berbanding lurus dengan gaji dan juga harus dibayar dengan hari sabtu-minggu gue yang nggak pernah libur. Libur gue hari senin, kayak museum. Tapi dibanding pekerjaan itu, ada satu hal yang lebih gue sukai. Sayangnya, gue beberapa kali harus melewatkan momen penting dari hal yang gue sukai itu karena pekerjaan. Terakhir, gue sempet nangis kecewa karena gue menang lomba review novel dan berkesempatan ketemu langsung sama penulisnya, ditraktir makan steak dan dapet kesempatan untuk ngobrol sama dia di restoran, tapi pada akhirnya gue nggak bisa pergi karena gue harus kerja hari Sabtu dan waktu itu belum bisa ambil cuti.</p><p>Sedih. Tapi lebih sedih lagi karena kalau gue terusin, gue akan banyak mengalami kekecewaan kayak gitu lagi. Selain itu juga, gue ketinggalan banyak hal bersama temen-temen gue karena sabtu-minggu gue <i>full booked</i> buat kerja. <i>Basicly, I have no life</i>. Libur hari senen gue mo ke mane? Ke museum juga tutup.</p><p>Berhenti dari pekerjaan yang satu, beralih ke pekerjaan yang lain. Ketika suasana cocok, gaji lumayan, jobdesk sesuai kemampuan, harusnya gue bersyukur. Tapi ternyata, pekerjaan yang satu ini cukup mengganggu idealisme dan prinsip yang gue pegang selama ini. Pada akhirnya gue memutuskan berhenti juga karena nggak mau hari-hari gue dipenuhi kejulidan karena harus ngedumel tiap hari menghadapi kenyataan di tempat kerja. </p><p>Setelah menghadapi banyak hal kayak gitu, kriteria utama yang diperlukan untuk mencari pekerjaan adalah, <i><b>lo nyaman apa nggak</b></i>? </p><p>Tentu saja, hal ini hanya berlaku untuk orang yang sudah berprivilese untuk memilih pekerjaan mereka, yaitu mereka-mereka yang udah lama bekerja dan punya banyak pengalaman. Bukan untuk kamu para <i>fresh graduate </i>yang baru mau cari kerja. Untuk kalian, cari pengalaman aja dulu. Pelajari dunia kerja dan cobalah bertahan sambil mencari apa yang nyaman untuk kalian. Lo maksain untuk langsung nyari pekerjaan yang nyaman pun nggak ujug-ujug bakal ketemu juga. <b><i>Karena kamu baru bisa tau mana yang nyaman setelah merasakan banyak ketidaknyamanan</i></b>.</p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-63504678959877192022020-11-25T23:12:00.001+07:002020-11-25T23:12:35.646+07:00Hidup Tanpa Stress, Hidup Tanpa Penyesalan<p>Hidup itu berat, bikin stress, sampai terkadang rasanya nggak tahan lagi dan mau udahan aja. Tapi, mau bunuh diri juga nggak boleh, dosa. Nanti di akhirat malah lebih stress lagi karena disiksa, gimana?<br /><br />Kata orang-orang sih hidup gue jauh dari kata stress atau pun depresi. Ya iya juga, sih. Mungkin.</p><p>Bukan berarti masalahnya nggak berat. Mungkin sama-sama berat. Tapi karena pada dasarnya gue bukan orang yang overthinking, jadinya nggak gampang stress. Mungkin orang yang dasarnya overthinking, susah untuk menjalani hidup dengan cara gue. Karena banyak dari mereka yang bilang kalau mereka sebenarnya nggak mau overthinking juga, tapi otomatis kepikiran gitu. </p><p>Gue nggak tau juga sih tulisan ini bakal bisa membantu atau nggak, tapi gue mau mencoba merumuskan isi otak gue, apa yang biasanya gue pikirkan supaya gue nggak stress dan happy terus. Ya nggak happy terus, sih, lebih ke... hmm... santai terus. Gitu deh pokoknya.</p><p><b>1. Hari ini pasti akan berakhir</b></p><p>Seberat apa pun hari yang kamu jalani, satu detik tetaplah satu detik. Dan dalam 24 jam, hari ini pasti akan berakhir juga. Walaupun ketika menjalani hari yang berat itu, rasanya seperti ribuan kali lebih lama daripada hari-hari biasa, sebenarnya waktu berjalan sama seperti biasa. Jadi, gue biasanya menanamkan pemikiran itu waktu hari-hari gue terasa berat dijalani. Selama hari berat yang kamu jalani itu nggak sampai mengancam nyawa, nggak apa-apa. Pasti akhirnya terlewati juga. Pasti. </p><p>Kalau sampai mengancam nyawa kamu, itu baru saatnya untuk.... PANIK.</p><p><b>2. Pikirkan nanti, saat memang perlu berpikir</b></p><p>Ketika gue mencium adanya masalah yang akan berkembang besar di kemudian hari, biasanya gue berpikir keras harus melakukan apa untuk mengatasi masalah itu. Tapi kalau dipikir sekeras apa pun tetap nggak ketemu jawabannya, yaudah, nggak apa-apa. Soalnya sampai situlah batas kemampuan otak gue berpikir. Nggak apa-apa, pikirkan nanti ketika masalah itu beneran datang dan memang perlu dipikirkan kembali. Sebelum itu terjadi biarkan takdir melakukan tugasnya. Jalani hari-hari seperti biasa. Kadang-kadang masalah yang kita prediksi malah nggak terjadi sama sekali. Jadi kalau terlalu berpikir keras dari awal sampai saat itu, rasanya malah rugi, sia-sia, dan buang-buang waktu. </p><p><b>3. Ingat kembali pengalaman terburukmu</b></p><p>Tiap orang punya pengalaman buruk dalam hidupnya. Ketika gue mendapat masalah berat, biasanya gue melihat kembali ke masa lalu dan mulai membandingkan. Apakah masalah gue saat ini lebih berat dari masalah gue sebelumnya? Biasanya sih nggak. Jadi karena pengalaman terburuk aja udah bisa gue lewati, nggak ada yang perlu gue khawatirkan untuk melewati masalah yang levelnya nggak lebih berat daripada sebelumnya.</p><p>Kalau ternyata lebih berat, itu baru saatnya untuk.... PANIK.</p><p><b>4. Hati-hati membuat keputusan, pastikan kamu nggak akan menyesal di masa depan</b></p><p>Gue selalu berhati-hati ketika membuat keputusan. Setelah memikirkan semua kemungkinan yang mungkin terjadi, gue biasanya berjanji sama diri sendiri untuk nggak menyesal dengan keputusan gue. Bahkan, ketika sesuatu hal tak terduga terjadi dan ternyata keputusan yang gue ambil salah. Karena di titik gue mengambil keputusan, gue akan pasrah sama hasilnya. Jujur, sih, setelah menerapkan ini gue beneran merasa hidup tanpa penyesalan dan rasanya bahagia. Lagipula, seberapa pun kita menyesal, masa lalu nggak akan bisa diubah. Tenggelam dalam penyesalan cuma buang-buang waktu.</p><p><b>5. Lakukan demi diri sendiri, jangan demi orang lain</b></p><p>Ketika memutuskan untuk melakukan sesuatu, lakukanlah demi dirimu sendiri. Mau dapat ridha Allah, itu kan demi diri sendiri juga. Kalau kamu melakukannya untuk orang lain, ketika usahamu tidak dihargai, kamu akan kecewa. Sebaliknya, kalau melakukan untuk dirimu sendiri kamu nggak akan peduli apa balasan dari orang lain, yang penting ketika kamu melakukan itu kamu udah bahagia. Penghargaan dari orang lain tidak penting. Ini berlaku bahkan ketika kamu berharap sesuatu yang sepele dari orang lain seperti ucapan terima kasih. Kalau kamu melakukan sesuatu untuk mendapat rasa terima kasih, kamu akan marah ketika bertemu orang yang tidak tau terima kasih. Tapi kalau kamu memberikan sesuatu pada orang lain karena memang kamu ingin melakukannya, kamu senang melakukannya, kamu tidak akan masalah dengan apa pun respon dari si penerima. Nggak diucapin terima kasih nggak apa-apa, tapi kalau diucapin makasih, itu akan jadi bonus dan jadi berkali-kali lipat lebih bahagia. Asyik, kan?</p><p><b>6. Kamu perlu kecewa untuk tau rasanya bahagia</b></p><p>Yang terakhir hak cipta untuk Fiersa Besari dari lagu "Pelukku untuk Pelikmu", wkwk. Ini bener banget, sih. Kalau setiap hari bahagia, pasti itu bukan jadi rasa bahagia lagi, tapi jadi rasa yang biasa aja. Kadang-kadang ketika kita merasa marah, kecewa, sedih, coba dirasain aja jangan dilawan. Karena rasa itu nggak akan selamanya. Balik lagi ke nomor satu, pasti akan berakhir. Karena detik demi detik berlalu dalam tempo yang sama. Rasa kecewa yang kita rasakan karena seseorang pasti akan tergantikan bahagia yang kita rasakan karena seseorang yang lain. </p><p><b> 7. Maklumi dirimu sendiri </b></p><p>Kayaknya ini yang paling sering gue lakukan ke diri sendiri. Gue sering memaklumi diri gue sendiri. Wkwkwk. Ini saran yang sangat berlawanan banget sama saran dari motivator untuk menjadi orang yang sukses. Iya, gue kayaknya bukan pribadi yang akan menjadi orang sukses di kemudian hari. Wkwkwk. Gue sering banget bilang "nggak apa-apa" ke diri sendiri. Kadang-kadang terlalu ekstrem sampai-sampai banyak banget tugas terbengkalai dan gue tetep bilang "nggak apa-apa" ke diri sendiri. <strike>Monmaap ini kayaknya pembenaran atas suatu kemalasan belaka</strike>. Tapi pada intinya, nggak ada pekerjaan yang lebih penting daripada kebahagiaan dan kewarasan gue. Jadi nggak apa-apa.</p><p><br /></p><p>Yah, kira-kira itulah sepotek isi otak gue. Semoga yang melihat gue sebagai pribadi yang selalu santai dan nggak pernah stress bisa sedikit memahami kenapa gue menjalani hidup seperti sekarang ini. Mungkin gue nggak akan sukses di kemudian hari karena nggak bisa mengikuti disiplin rata-rata orang-orang sukses di luar sana. Tapi gue udah membuat keputusan dari jauh-jauh hari untuk lebih mementingkan kewarasan daripada kesuksesan. Eh, nggak gitu deh. Gue akan buktikan bahwa gue tetap bisa sukses dengan cara yang santai dan nggak ngoyo. Wkwkwk.</p><p>Salam empat jempol!!</p><p>Maju terus hidup santuy!!<br /></p><p> </p><p><br /></p>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-70414899294603233622020-10-10T23:57:00.004+07:002020-10-10T23:57:32.846+07:00Single and Happy<p><b>30 Days Writing Challenge</b></p><p><b>Day 6: Single and Happy</b></p><p><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN_7Z06TFyObrdLqphQcDtYqnvBit_ATc7y8oulgu-ZpYm-uJTsks02eTE539nqa-PkoaLYMLQbilUDx-7dXd43b9bwl4dfIhrKmqPvf_saNBGFMV379RX2r5t57k8pcT4hQImRUQez9g/s1280/WhatsApp+Image+2020-10-10+at+11.56.02+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="680" height="628" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN_7Z06TFyObrdLqphQcDtYqnvBit_ATc7y8oulgu-ZpYm-uJTsks02eTE539nqa-PkoaLYMLQbilUDx-7dXd43b9bwl4dfIhrKmqPvf_saNBGFMV379RX2r5t57k8pcT4hQImRUQez9g/w334-h628/WhatsApp+Image+2020-10-10+at+11.56.02+PM.jpeg" width="334" /></a></div><br /><p>Seharusnya ini tantangan menulis untuk di instagram story. Sayangnya jadinya terlalu panjang dan butuh platform yang lebih mendukung. Maka terpilihlah blog yang sudah mulai berdebu ini. </p><p>Sebelum menikmati,</p><p><i><b>Peringatan: penggunaan bahasa yang sesukanya-seringkali tidak pada tempatnya dan bukan pendapat populer</b></i><br /><br /><i>Single</i> atau sendiri adalah kosakata yang bersebrangan dengan kata berpasangan atau menikah. Lalu mengapa sampai ada istilah <i>single and happy</i>? Jawabannya, tentu saja karena <i>single</i> diibaratkan sebagai sisi yang negatif, menggambarkan kesedihan dan memiliki gambaran perasaan kesepian. Sebaliknya, menikah mendapat sisi yang positif, menggambarkan segala jenis kebahagiaan. Maka menjadi tidak berterima ketika ada judul <i>married and happy</i>. Karena menikah sudah seharusnya bahagia, kan?. Setidaknya begitulah pandangan orang-orang kebanyakan. <br /><br />Mari kita kembali lagi. Kenapa ada judul <i>single and happy</i>? <br />Pada akhirnya kita bisa menyimpulkan bahwa dua kata tersebut adalah dua kata yang memiliki imej berlawanan, oksimoron, atau kontradiktif sehingga menjadi menarik.<br /><br />Tapi, apa benar begitu? <br /><br />Apakah ketika orang-orang menyerukan "<i>I'm single and I'm happy</i>!" adalah sesuatu yang memang dia rasakan, atau sekadar menyenangkan diri sendiri karena kebetulan memang belum bertemu pasangan hidupnya?<br /><br />(Dipersilakan ngedumel, tapi dalam hati aja, ya. Udah dibilang ini pendapat nggak populer)<br /><br />Semoga dengan penjelasan berikut ini, kalian yang membaca ini bisa memahami sudut pandang gue.<br /><br />Kebahagiaan tidak ditentukan oleh status, kedudukan, level, kasta, strata, apa pun itu. Setidaknya sampai sini kita semua berada di sisi yang sama, kan?<br /><br />Bahagia itu, menemukan sisi positif yang bisa membuatmu tersenyum dan merasakan kehangatan dalam hati bagaimana pun kondisinya. Maka ketika menyerukan "<i>single and happy</i>", seolah sumber kebahagiaan itu berasal dari kondisi ketika berstatus <i>single</i>. Setelah seruan itu, muncullah beberapa alasan yang membuatmu bisa mengatakan kalau kamu bahagia sendiri. Tapi akui saja, dalam hati kamu tetap berharap suatu saat nanti tetap akan menemukan pasanganmu, kan?<br /><br />Iya, kamu memang bahagia. Itu bagus. Tetapi apakah ketika statusmu berubah menjadi tidak <i>single</i> lagi, lalu status kebahagiaan itu ikut berubah? Jika mengikuti logika, seharusnya berubah. Karena sumber kebahagiaanmu adalah status tersebut, maka kebahagiaan akan luntur atau bahkan hilang ketika status tersebut hilang. Seharusnya begitu. Tapi pada dasarnya, nggak begitu, kan? Kamu akan menemukan kebahagiaan dalam bentuk yang lain ketika status itu berubah menjadi tak lagi <i>single</i>.<br /><br />Maka, kesimpulan paling tepat yang bisa kita ambil adalah, </p><p><b><i>Kita bisa bahagia.<br /><br />Apa pun status yang menyertai kita.<br />Bagaimana pun keadaan di sekitar kita.<br />Siapa pun yang kita miliki dan tidak miliki.<br />Di mana pun kita berada atau tidak berada.<br /></i></b></p><p><br /></p>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-69270764609404138862020-09-05T00:22:00.007+07:002020-09-05T00:22:54.820+07:00Kesan orang asing tentang Indonesia: "Selera Humor Orang Indonesia itu Receh, ya...."<p>Sebagai pengajar bahasa Indonesia untuk orang asing, setiap ngajar pasti ada aja ilmu atau hal baru yang bisa gue dapat dari murid-murid gue sendiri. Hari ini gue mengajarkan tentang komedi di Indonesia. Karena kebetulan murid gue ini udah cukup fasih bahasa Indonesia, jadi gue mau tau sejauh mana dia paham lawakan ala orang Indonesia. Karena ngerti lawakan itu adalah tingkat tertinggi dari pemelajar bahasa. Ketika paham maksudnya dan bahkan paham lucunya di mana, otomatis pemelajar ini memahami seluruh konsep kebahasaan sekaligus kebudayaan yang disampaikan oleh si pembicara. Kalau sekadar paham artinya tapi gak ngerti lucunya di mana, berarti belum paham konteks budaya atau situasinya yang membuat narasi tertentu menjadi lucu.<br /><br />Hari ini, gue sengaja kasih tonton stand-up comedy Raditya Dika yang cuma berdurasi sekitar 2 menit. Kosakata yang dipakai juga gak susah-susah amat dan gue bisa memastikan si murid paham arti bahasa Indonesianya. Setelah gue kasih tonton, dia gak ketawa. Padahal gue yang nonton berkali-kali aja masih susah nahan ketawa. <br /><br />Ketika gue tanya, ternyata dia paham 80-90% bahasa Indonesia yang dipakai, tapi sama sekali gak paham lucunya di mana. Wkwk.<br /><br />Ya, inilah yang gue maksud. <br /><br />Akhirnya mulailah waktu belajar bahasa Indonesia dan gue menjelaskan isi video itu dari awal. Mulai dari artinya, konteksnya, dan bagian mana yang membuat suatu dialog itu menjadi lucu untuk orang Indonesia. <br /><br />Si murid mengangguk-angguk paham, tapi tetap nggak paham. Karena sebenarnya, dia nggak menganggap itu lucu. Sampai akhirnya dia bilang kalau temannya ada yang pernah bilang ke dia, インドネシア人ってさ、笑いツボが浅すぎ!<i>Indonesia-jin tte sa, wairaitsubo ga asasugi!</i> yang maksudnya, selera lawak orang Indonesia itu retjeh banget.<br /><br />Dan gue ngakak kenceng banget.<br /><br />IYA ORANG ENDONESYAH EMANG RETJEH PARAAAAAAHHH!!!!<br /><br />Sumpah ya, kadang kalo dipikir-pikir hal-hal yang biasa aja bisa jadi lucu banget sampe bikin ngikik berhari-hari kalo keinget. <br /><br />Gue bahkan nyimpenin meme lucu yang sering muncul di beranda facebook atau twitter. Pas gak sengaja liat lagi, tetep aja ngakak.</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlj6gHvmWeBRypUzPY-9GVCdbcgFXB4HfJ2YhPzS8-fOzVesK5frKZc-hiHd2fVffn_G29TPl0iPuhG3vuWDb_IPV1AVl9qpTENAA24_NQrI3MxCXFiteliLGzfSFIMUXrkbiaSgpopZc/s640/044635400_1454404569-memetahucov.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="640" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlj6gHvmWeBRypUzPY-9GVCdbcgFXB4HfJ2YhPzS8-fOzVesK5frKZc-hiHd2fVffn_G29TPl0iPuhG3vuWDb_IPV1AVl9qpTENAA24_NQrI3MxCXFiteliLGzfSFIMUXrkbiaSgpopZc/w400-h225/044635400_1454404569-memetahucov.jpg" title="Nemu meme tentang tahu di FB, dan beberapa hari setelah itu masih ngakak kalo keinget" width="400" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Nemu meme tentang tahu di FB, dan beberapa hari setelah itu masih ngakak kalo keinget</i><br /></td></tr></tbody></table><p> </p><p>Kenapa bisa seretjeh itu sih?<br /><br />Lalu kami ngobrol soal itu. Emang
tipikal komedi tiap negara itu beda-beda. Iyalah, ya. Namanya juga beda
budaya dan beda cara berpikir. Tapi kalo menurut gue sih komedi Thailand
sama recehnya kayak komedi Indonesia. Hmm... mungkin se-Asia Tenggara
mirip-mirip kali ya. Sama-sama negara ketiga yang sering diremehin sama
negara adidaya dan punya selera humor yang sangat receh. Setidaknya cuma
salah satu kata aja udah bikin kami bahagia karena bisa ketawa.<br /><br /><br /></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi09z28HaRSpETEztLUSml_Is-LKV8oMnZsBRl3rzSt_70gzND7X2vEzT9aa5x09akrrzx62ai-1jADj0Cx70vPBgF2OWjrXzlPP_K1eSz83QoJcG0tOiJ6Kr7eR0LaY8QZzvS523l5RnE/s663/1120812-spanduk-tukang-jahit-bikin-mikir-keras.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="382" data-original-width="663" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi09z28HaRSpETEztLUSml_Is-LKV8oMnZsBRl3rzSt_70gzND7X2vEzT9aa5x09akrrzx62ai-1jADj0Cx70vPBgF2OWjrXzlPP_K1eSz83QoJcG0tOiJ6Kr7eR0LaY8QZzvS523l5RnE/w625-h360/1120812-spanduk-tukang-jahit-bikin-mikir-keras.jpg" width="625" /></a></div><br />nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-24908990928982657442020-05-22T02:25:00.001+07:002020-05-22T02:39:43.837+07:00Tentang Book Shaming: "Iya gue masih baca komik dan teenlit. Mang ngapa sik!?"Book shaming sebenarnya bukan masalah baru. Tapi mungkin, istilahnya baru aja mencuat belakangan ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3UuE2YA82BDBZcjod6Ix4UTznGwLvXwvd7Ndbd-tAlD2LSqODOs0i6RBZIqIxzA1Ocn_HXdKB6C9guiM5qm_XXjRal3g_b4HyGWH7op7JnO30W02fYqclyCV0o_NJW6wUExdnNDwMa3U/s1600/photo-1507842217343-583bb7270b66.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="586" data-original-width="1000" height="374" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3UuE2YA82BDBZcjod6Ix4UTznGwLvXwvd7Ndbd-tAlD2LSqODOs0i6RBZIqIxzA1Ocn_HXdKB6C9guiM5qm_XXjRal3g_b4HyGWH7op7JnO30W02fYqclyCV0o_NJW6wUExdnNDwMa3U/s640/photo-1507842217343-583bb7270b66.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Beberapa hari yang lalu dikirim link sama <a href="http://ruruna99.blogspot.com/">Ruru</a> mengenai book shaming dan kejadian yang sempat heboh di jagat twitter. <br />
<br />
Untuk yang mau tau apa itu book-shaming dan ada masalah apa belakangan ini, silakan baca di sini:<br />
<a href="https://www.sintiaastarina.com/book-shaming/">https://www.sintiaastarina.com/book-shaming/</a><br />
<br />
Macam body shaming aja ya ini soal book shaming.<br />
<br />
Sebagai seorang pembaca buku yang super random, gue nggak pernah peduli namanya book shaming walaupun sering banget diperlakukan kayak gitu.<br />
<br />
<i>"Ya ampun, udah gede masih baca komik aja."</i><br />
<br />
<i>"Itu teenlit? Gak ah, gak seru." </i>--> Ini setelah gue kasih rekomen novel yang menurut gue ceritanya bagus.<br />
<br />
<i>"Ih, masih baca wattpad aja. Udahlah, cari yang lain."</i><br />
<br />
<i>"Lo gak punya buku puisi? Serius?"</i><br />
<br />
<i>"Hah? Lo gak tertarik sama bukunya Pram! Parah!"</i><br />
<br />
Dan banyak lagi.<br />
<br />
Gue antara udah terlalu biasa, atau udah nggak peduli sih di-book-shaming-in (wakaka, bahasa apa pula ini).<br />
<br />
Karena dari kecil, gue baca apa pun. Literally, APA PUN. Buku dan komik udah abis dibaca, lari ke majalah, majalah udah abis dibaca, lari ke buku pelajaran (cerita yang ada di buku, ya, bukan soal pelajarannya), cerita dalam buku pelajaran udah abis dibaca, lari ke ensiklopedia, sampai akhirnya bacain semua buku resep masakan mama dan semua plang di jalanan karena gak ada lagi yang bisa dibaca.<br />
<br />
Gue suka komik, novel fantasi, teenlit, novel wattpad, bukan berarti gue gak baca sastra dan puisi.<br />
<br />
Gue baca. Bahkan hampir semua buku sastra yang ada di perpustakaan SMP dah abis gue baca (karena waktu itu belum punya cukup uang untuk beli novel sendiri). Layar terkembang, Anak Perawan di Sarang Penyamun, Bumi Manusia, Wayang, dll dah khatam. Mulai dari sastra lama sampai yang modern, mulai dari yang bahasanya masih pakai melayu sampai yang udah full bahasa Indonesia.<br />
<br />
Tapi pada akhirnya, buku-buku itu adalah buku yang gak akan gue koleksi. Apalagi buku puisi.<br />
<br />
Masalahnya emang kagak selera aja.<br />
<br />
Yang gak suka sastra sama puisi berarti seleranya rendah gitu?<br />
<br />
Widiiih, tar dulu tuan.<br />
<br />
Apakah anda-anda sekalian yang mengaku intelek karena bacaannya sastra dan puisi pernah coba baca One Piece atau Hunter x Hunter? Secara bungkus cerita memang jauuuh dari kehidupan nyata karena itu cerita fantasi. Tapi banyak banget adegan yang sebenarnya memproyeksikan realita dengan cara yang berbeda. Kesenjangan sosial, pemerintahan yang otoriter, rasisme, dll.<br />
<br />
Penyampaiannya mungkin berbeda jauh, tapi pesannya gak bisa dibilang lebih rendah dari sastra-sastra yang kalian banggakan. Menurut gue pribadi sih komik yang bagus sudah menjadi sastra untuk para penggemarnya.<br />
<br />
Gue malah kurang selera baca sastra (walaupun sesekali tetap baca, kalau lagi keabisan bacaan). Karena cerita sastra itu terlalu realistis. Realita udah susah dan menyesakkan, perlu banget gitu diingetin lagi lewat buku?<br />
<br />
Lain lagi soal puisi. Gue selalu nggak selera baca puisi karena kesannya sengaja banget pakai diksi yang susah. Bahkan sampai ada ungkapan "semakin sulit dimengerti, semakin bagus." atau "puisi itu bebas, tiap orang punya interpretasi masing-masing." Alasan yang pertama mungkin gak semuanya gitu, ya. Tapi gak sedikit juga yang beranggapan seperti itu. Untuk yang "banyak interpretasi", dalam pandangan gue itu adalah kegagalan penulis dalam menyampaikan pesannya. Misalnya si penulis ingin menyampaikan A, tapi diinterpretasikan dengan B,C,D,E dst. Lah, berarti pesan yang A ini gak nyampe, dong?<br />
<br />
Tapi itu adalah alasan pribadi gue gak selera sama sastra dan puisi. Orang lain boleh punya selera dan pandangan yang berbeda. Silakan. Ya asal nggak ngerendahin selera orang lain aja, sih.<br />
<br />
Lagian, bukan berarti gue anti sastra dan puisi juga, kok. Belakangan ini gue beli buku puisi KTBB (Kamu Terlalu Banyak Bercanda) dari orang yang juga nulis NKCTHI (Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini). Biar kekinian? Hahaha, gak ada hubungannya.<br />
<br />
Gue cuma merasa, ini buku puisi paling sederhana yang pernah gue baca, tapi pesannya sampai. Nggak perlu diksi yang terlalu berbunga-bunga sampai sulit dimengerti. Ini kata-katanya biasa banget, tapi ngena banget. Dan menurut gue, wajar banget buku ini akhirnya jadi populer.<br />
<br />
Gue baca buku untuk hiburan. Sehingga, menurut gue cerita dalam buku itu harus punya konsep dasar, yaitu konflik yang relevan, plot cerita yang bagus, penyelesaian yang baik, dan kalau bisa plot twist yang tak terduga. Sayangnya, gue gak bisa mendapatkan ini dalam novel-novel sastra. Yang pada akhirnya, gue gak merasa terhibur baca buku sastra. Karena pada dasarnya, tujuan utama novel sastra biasanya bukan itu. Yang utama adalah isu sosial yang kental dan penyampaiannya dalam novel. Seringkali, novel sastra itu berisi konflik, tanpa penyelesaian yang jelas. Iya, paham sih maksudnya, kalau dalam kehidupan yang sebenarnya, jarang banget ada penyelesaian yang memuaskan karena justru terkesan tidak realistis dan natural.<br />
<br />
Tapi kan ini novel fiksiiiii!!!<br />
<br />
Kalo mau tau realita, ya mending gue baca buku non-fiksi sekalian!!!<br />
<br />
<strike>Lah dia emosi.</strike><br />
<br />
The Little Prince itu beken banget di seluruh dunia, tapi gue tetep gak selera setelah baca. Aneh, menurut gue, sih. Bumi Manusia gak perlu diragukan lagi soal isu sosial yang terkandung di dalamnya, <i>but still.... not my cup of tea</i>. <br />
<br />
Ya intinya, yang seleranya sastra dan puisi, silakan aja. Bagus kok
pilihan kalian. Bukan berarti kalau gue gak selera, terus buku itu jadi
jelek, kan? Kalian juga kalau gak selera sama teenlit atau komik, gak
serta merta menjadikan buku-buku itu 'rendah'. Tiap buku punya pasarnya
masing-masing, punya penggemarnya masing-masing.<br />
<br />
Lagian, walaupun memang teenlit kebanyakan menye-menye dan sinetron banget, tetep ada teenlit yang bagus dan kece kaliiiiikkk. Belum pernah baca bukunya Lexie Xu, ya? <br />
<br />
Bahkan novel yang dianggap lebih rendah, fantasteen, aja tetep ada yang kece parah. Gak kenal Ziggy Z. ya?<br />
<br />
<span data-offset-key="a133i-0-0"><span data-text="true">Nggak ada namanya kasta dalam jenis buku. Buku sastra gak selalu suci, dan komik gak selalu kekanakan. </span></span><br />
<span data-offset-key="a133i-0-0"><span data-text="true"><br /></span></span>
Gue gak pernah nge-judge buku dari genre, penerbit, atau jenisnya. Gue cuma nge-judge buku dari penulisnya. Wkwkwk. Gak akan ya gue bisa suka novel kalau yang nulis macam Agnes Davonar. Gak sudi!<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgULvYBylFx7o22ASPlOp1wDdURnVqTGybiKXk5ZZzV77W_xH2VFtIAleWzDn_iGQURMUXmb1La7q428oB0NvIHLmtow35dk3-Ggguofnd0JxZbzZgShJowEPuWMVH-kDlpULjx8wGy_1Y/s1600/e25dfd426d73449a2d28e840aa1ee4ce.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1063" data-original-width="1600" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgULvYBylFx7o22ASPlOp1wDdURnVqTGybiKXk5ZZzV77W_xH2VFtIAleWzDn_iGQURMUXmb1La7q428oB0NvIHLmtow35dk3-Ggguofnd0JxZbzZgShJowEPuWMVH-kDlpULjx8wGy_1Y/s400/e25dfd426d73449a2d28e840aa1ee4ce.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">"Ingat, tiap buku itu spesial. Kecuali bukunya Agnes Davonar."</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Gue gak pernah malu baca buku apa pun di publik. Mang ngapa kalo baca komik? Mang ngapa kalo masih baca bukunya Neil Gaiman meski bukan anak umur 10 tahun lagi?<br />
<br />
Satu-satunya buku yang gak akan owe baca di publik adalah buku yang covernya gak banget macam cowok-cowok pamer roti sobek gitu. Wkwkwkwk.<br />
<br />
Ya kaga pernah beli juga sih.... <br />
<br />
<br />
<br />nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-74076031813011817132020-05-08T03:26:00.001+07:002020-05-08T03:26:20.074+07:00Story Blog Tour: CHAPTER 4 : TROUBLESOME PERSONALITYIni adalah challenge menulis bernama 'STORY BLOG TOUR', dimana member lain yang sudah diberi urutan melanjutkan cerita sesuai imajinasinya di blog pribadinya. Jadi, jika ingin tahu kelanjutan cerita di atas sampai akhir, silakan mengikuti link blog yang ditampilkan di setiap akhir cerita yaa :)<br /><br />Ep 1 : Ep 1 : An Unspeakable Word by Saa | http://smilingsaachii.blogspot.com/2020/04/an-unspeakable-word.html <br />Ep 2 : A New Journey: Love? by Kenti | https://handken.blogspot.com/2020/04/a-new-journey-love.html<br />Ep 3 : Longing For You by Dhira | http://www.nadhiraarini.com/2020/04/story-blog-tour-ep-3-longing-for-you.html?m=1<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>CHAPTER 4 : TROUBLESOME PERSONALITY</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:DoNotShowRevisions/>
<w:DoNotPrintRevisions/>
<w:DoNotShowComments/>
<w:DoNotShowInsertionsAndDeletions/>
<w:DoNotShowPropertyChanges/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>JA</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
<w:UseFELayout/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</b></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"></span></div>
<a name='more'></a>"Ja, giliran
lo tuh..." seru Aziel mengingatkan.<br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Apa? Ooh...
tebakan, ya? Okee. Nah, kalian coba tebak, ya. Daerah mana di Indonesia yang
ceweknya gak sabaran?"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Hahaha,
mana, yak? Jakarta?" jawab Yayat asal tebak.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Bukan.
Hahaha, hayo apaa?"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Apa sik?
Seluruh Indonesia, ya? Semua cewek gak sabaran. Hahaha," tebak Adit.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Salah!"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Apa
dong?" Aziel dan yang lainnya menyerah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Jawabannya
cikarang," sebut James bangga.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Hah? Kok
Cikarang?" Yayat penasaran.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Iya,
soalnya gak mau entar, maunya cikarang." Jawaban garing dari James
disambut gelak tawa dari laki-laki di kamar kosannya yang cukup luas itu. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hanya Yayat yang
terlambat tertawa.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Wah, Yayat
gak bakal lulus probation kalo gini caranya nih," sindir Aziel.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Tapi yang
tadi emang garing." Yayat melakukan pembelaan diri yang sungguh sangat
tidak penting.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Perlu
beberapa tahun lagi sampe Yayat bisa lulus jadi bapak-bapak ya, Gaes.
Hahahaha." </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Liat noh
James, umur baru 30 tapi pembawaan dah bapak-bapak," ujar Adit, sesepuh
kumpulan bapak-bapak dan bapak-bapak wanna be di ruangan itu.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Iya, ya.
Kalo Jaja nikah bentar lagi kan langsung jadi bapak-bapak. Bisa membuncit
dengan segera." Kali ini Aziel nimbrung. "Eh iya, dia lagi deket tuh
sama anak bosnya dulu, si Bia. Ciee... bentar lagi, nih."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Hahaha,
bisa aja Pak." Meski sambil tertawa, dalam hati James ketar-ketir
memikirkan kejadian saat Bersama Gabia baru-baru ini.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">___</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">James harus
datang ke pertemuan pejabat kota hari ini. Harus.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kepalanya pening
memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Hari ini Gabia akan bertugas
di desk politik. Semua reporter baru selalu dirotasi agar bisa merasakan
menulis berita di semua bidang, baru setelah itu diberikan desk tetap sesuai
kemampuannya. Inilah yang membuat James khawatir. Orang-orang di dunia politik
adalah orang yang sangat sensitif. Ia takut jika pertanyaan yang diajukan Bia
terlalu menyudutkan politikus tertentu yang akan berujung reporter dari
perusahaannya diblacklist oleh orang-orang penting.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Presdir Asia
Associated Press itu tahu kalau dia telah membuat keputusan yang sangat
berisiko dan sedikit berbau kkn. Ya, dia telah menerima Gabia—putri tersayang
atasannya dulu—di kantornya sejak dua minggu yang lalu. James bukannya
menganggap Gabia tidak kompeten dan tidak pantas untuk menjadi karyawannya.
Hanya saja, karakter Gabia memang agak spesial.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Beberapa hari
yang lalu, ia dan Gabia pergi jalan-jalan ke taman untuk menikmati udara segar—Iya,
salah satu usaha payahnya untuk mendekati anak mantan bosnya dulu. Saat itu di
taman ada penjual gula-gula kapas dan James berpikir membelikan Gabia gula-gula
kapas adalah ide yang sangat brilian. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Bia, mau
gula-gula kapas, nggak?" tanya James dengan senyum paling manis yang dia
bisa.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Gabia yang sedang
menyilangkan tangannya di depan dada sambil menikmati pemandangan di taman itu
akhirnya menoleh pada James sebelum melihat penjual gula-gula kapas yang berada
tak jauh dari mereka. "Dibayarin, gak?" tanyanya gak tau malu.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Jadi mau
nih? Iya abang yang beliin," tambah James.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebelum James
sempat berbalik dan berjalan ke arah tukang gula-gula kapas itu, Gabia sudah
berlari ke arah sana mendahuluinya. Ternyata dia mau mengantri sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">James tidak
merasakan ada pertanda akan terjadinya petir di siang bolong saat itu. Sehingga
dia biasa saja memperhatikan Gabia yang wajahnya berubah menjadi seperti
anak-anak ketika tukang gula-gula kapas di depannya memasukkan gula berwarna ke
dalam mesin dan menangkap serat-serat kapas dengan satu batang kayu yang cukup
tebal. Malah, James sempat senyum-senyum sendiri melihatnya. Namun senyumnya
tiba-tiba menghilang ketika ada seorang ibu yang menghampiri tukang gula-gula
kapas itu dan berkata pada anaknya yang masih kecil, "diri di sini ya,
Dek," sembari memosisikan anaknya di samping anak yang mengantri di depan
Gabia, dan bukannya menyuruh si anak berdiri di belakang.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Senyum di wajah
Gabia menghilang. Ia mulai menatap punggung ibu dari anak itu dengan tatapan
tajam.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Tapi,
Ma..." anak si ibu itu seolah ingin mengatakan bahwa dia seharusnya ikut
mengantri. Walaupun masih anak-anak, dia bisa merasakan aura kebencian yang
sangat pekat mengarah padanya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Udah gapapa
di sini aja," kata ibunya lagi. "Kamu kan masih kecil."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Orang lain yang
masih mengantri merasa keki, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka ingat
prinsip utama hidup dalam tatanan masyarakat Indonesia--jangan ngelawan
emak-emak. Sayangnya Gabia menganut prinsip yang berbeda.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sebelum James
sempat mencegah, Gabia sudah meraup gula berwarna-warni—bahan dasar gula-gula
kapas—dengan tangan kanannya dan melemparnya ke muka ibu di sampingnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jantung James
berhenti.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Jantung
orang-orang yang mengantri di sekeliling tukang gula-gula kapas ikut berhenti.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tangan terampil
tukang gula-gula kapas berhenti bergerak dan wajahnya mendadak pucat melihat
kejadian itu.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Anak laki-laki
berumur sekitar empat tahun di depan Gabia, mencomoti gula-gula kapas yang
sudah mulai menumpuk di mesin pemutar. Dia belum bisa membaca situasi.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Orang-orang di
sekeliling taman mulai ngeh ada sesuatu dan mengeluarkan HP mereka. Kalau video
rekaman ini viral, lumayan bisa untuk pansos—pikir mereka.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"KURANG AJAR
KAMU!! NGAPAIN LEMPAR-LEMPAR!? KENA MATA SAYA TAU GAK!?"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mendengar
lontaran makian itu, Gabia tetap berwajah datar. Ia mengambil botol minuman
berukuran kecil dari tas selempangnya dan meminumnya dengan santai, sama sekali
mengabaikan amukan emak-emak di hadapannya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"MALAH
MINUM!! DENGER GAK KAMU HEI!!"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tanpa tedeng
aling-aling, Gabia menyiram air dari botolnya ke wajah ibu itu.
"BERISIK!!"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Udah tau
salah, gak usah sok marah-marah! ANTRI!!" tunjuk Gabia ke antrian
belakangnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ibu itu sepertinya
akan meledak lagi, tapi dia sadar kalau orang-orang di sekeliling mulai
memperhatikannya. "Udah, Dek. Kita cari jajanan lain, ngapain sama orang
gila di sini!" Ia menarik lengan anaknya dan mulai menjauh.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Daripada
cari jajanan, sana cari sekolah yang bener! Asramain aja anaknya! Soalnya
didikan orangtuanya cuma bikin anaknya jadi sampah masyarakat yang ngantri aja
gak bisa! DASAR TOL*L!" </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah situasi
mulai mereda, Gabia minta maaf kepada tukang gula-gula kapas karena sudah
membuang-buang gulanya untuk mengusir hama. Tukang gula-gula kapas yang masih
takjub dengan kejadian tadi bicara dengan tergagap, "Ga...gapapa, Neng.
Gula murah, kok. Ini saya kasih dua buat Neng dah..."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Wah! Asyik!
Makasih ya, Bang!"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Gapapa
Neng... jangan lempar saya pake gula ya, Neng..." kata si abang lirih,
hampir tidak terdengar.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">_____</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Bang
Jamees! Bang Jameeeees! Mana sih tu orang?" Gabia celingak-celinguk
mencari sosok bosnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dari balik pohon
besar, wajah James yang pucat nongol setengah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Kenapa,
Bang?" tanya Gabia polos.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Ada badai
lokal barusan," katanya. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Hari itu, James
mulai membayangkan hidupnya kalau pada akhirnya menikah dengan Gabia. Mungkin
dia yang bakal kena semprot setiap hari. Mulai hari ini dia harus belajar cara
meminta maaf walaupun tidak salah. Mungkin di youtube ada tutorialnya. James
mengingat kembali kata-kata Pak Sarwani tempo hari, 'dia hanya sedikit
temperamen bukan kelainan mental'. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">INI SIH
KELAINAN MENTAL AKUT! </span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">James
membayangkan seperti apa Gabia sebelum kenal temannya yang psikiater. Mungkin
mulutnya lebih pedas dari Chef Juna dan Chef Arnold digabung jadi satu. Kalau
kata Bapak Menteri cabai mahal, lebih baik tanam sendiri. James merasa tidak
perlu repot-repot menanam cabai. Makan saja dengan bumbu bacotan Gabia. Gratis
dan bisa menghemat anggaran biaya rumah tangga masa depan mereka.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">___</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Acara yang
diadakan di hotel yang tak jauh dari Balai Kota hari ini adalah sebagai
peresmian terpilihnya satu perusahaan kontraktor sebagai tender yang akan
mengerjakan taman kota baru. Sebagai gubernur, keberadaan Aditya Ismail di
acara hari ini akan menjadi sorotan. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lalu, orang yang
menjadi sorotan itu saat ini berada di kamar mandi hotel. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Pak,
acaranya udah mau mulai... Masih lama? Bapak udah sejam di dalam, lho,"
ujar Shania, baby sitter kepercayaannya yang selalu menemani dia untuk menjaga
Tio, anak laki-lakinya yang baru berusia lima tahun. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Sebentar...
10 menit lagi," respon Aditya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Shania
memperhatikan jam tangannya dan mulai khawatir majikannya itu akan terlambat
turun. Karena itu ia terpaksa membuka pintu kamar mandi yang ia tahu memang
tidak terkunci. Ia sudah cukup terbiasa dengan kebiasaan Aditya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Udah
ngacanya, Pak. Nanti kacanya pec—</span>E<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">h, nanti Bapak terlambat," ucap Shania dengan wajah datar.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aditya tidak
menggubris hinaan Shania yang buru-buru diralat. Ia masih sibuk merapikan
beberapa helai rambutnya yang masih mencuat. Wajah tampannya hari ini harus
sempurna.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Di dunia ini
banyak orang yang sadar kalau diri mereka tampan, termasuk salah satunya Aditya
Ismail. Shania cukup maklum dengan hal itu. Mungkin sejak kecil majikannya itu
selalu mendapat pujian bertubi-tubi karena wajahnya. Tapi berkaca sampai satu
jam lebih memang agak tidak normal, sih. Pertama kali Shania bekerja lima tahun
yang lalu, waktu rata-rata Aditya berkaca hanya 10 menit. Waktu ia berkaca
bertambah 2 detik setiap harinya selama 5 tahun sehingga sekarang waktu
rata-rata berkacanya sampai lebih dari satu jam. Shania cukup kagum dengan
kekonsistenan majikannya itu menambah jadwal bersoleknya secara rutin. Ia
berharap kenaikan gajinya juga bisa berbanding lurus dengan bertambahnya waktu
Aditya mengagumi parasnya sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Udah cakep,
belum?" tanya Aditya yang akhirnya menoleh.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Udah, Pak.
Kalau Narcissus lihat muka bapak, dia pasti minder." Shania mengancungkan
dua jempolnya. Masih dengan wajah datar. <i>Kalau bapak lahir duluan, mungkin
yang bakal kecebur danau dan meninggal gara-gara kelamaan ngaca di permukaan
air juga bapak. Bahkan istilah narsis mungkin akan diganti dengan Adit</i>,
lanjut Shania dalam hati. "Selfie mulu! Adit banget sih lo!" Shania
membayangkan dialog imajinasi tersebut dan tertawa dalam hati. Di luar, dia
masih tersenyum manis menanggapi Aditya. Ya, demi keutuhan gajinya bulan ini.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Hahaha,
bisa aja kamu! Narcissus itu siapa? Teman kamu yang ganteng, ya?" ocehnya.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tahan...
tahan...</span></i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"> ujar Shania
berulang-ulang dalam hati. Bibirnya sudah mulai merapat, menahan tawa.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Iya,
Pak," jawabnya dengan susah payah.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Gak salah
memang kamu saya pilih jadi baby sitter. Gaji kamu bulan ini saya naikin!"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Shania bersorak
riang dalam hati. "Makasih bapak gubernur yang tampaaan..." katanya
sambil berharap gajinya bakal naik lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sayangnya tidak.</div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">___</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Eliana tiba di
hall Hotel Mutiara ketika sudah ramai tamu undangan. Untuk kesekian kalinya, ia
mendapat undangan langsung dari sang gubernur. Sebenarnya ia ingin menolak
undangan ini. Hanya saja, Eliana berpikir ini adalah kesempatan yang tepat
untuk memberikan jawabannya pada sang gubernur. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Xander berjalan
tidak jauh di belakang Eliana. Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu,
Xander tidak lagi merasa ragu. Ia berhasil mengungkapkan hal yang selama ini ia
pendam dalam-dalam. Dan walaupun Eliana tidak menjawabnya secara jelas, entah
bagaimana ia yakin Eliana merasakan hal yang sama. Terutama setelah menangkap
pandangan mata perempuan itu ketika ia berbicara pada ayahnya. Meski demikian,
datang ke acara di mana laki-laki saingannya berada bukanlah suatu rekreasi.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Gabia!
Ngapain di sini?" seru Eliana ketika melihat sosok Gabia dengan kemeja dan
celana bahan. Agak terlalu formal dibandingkan Gabia yang biasa.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Kerja,
nih," katanya seraya menunjukkan name tag reporter yang ia kalungkan. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">James yang
melihat itu langsung bergabung dengan mereka. "Teman kamu?" tanyanya
seraya menoleh pada Gabia.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Yang ditanya
mengangguk. "El, kenalin ini atasan gue yang baru, James." Ia menoleh
pada bosnya dan memperkenalkan Eliana. "Bang, kenalin ini Eliana. Dia
psikiater, lho. Kalo abang ada masalah kejiwaan, bisa konsultasi ke dia. Murah."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mata James
menyipit. <i>Yang butuh konsultasi itu kamu!</i> teriaknya dalam hati. Tapi ia
tahan karena tidak mau jadi sasaran bacotnya Gabia.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Wah-wah,
tamu-tamu kehormatan. Sudah dicoba hidangannya?" Tiba-tiba, Aditya
menghampiri mereka berempat untuk menyapa. Ia tentu saja ingin menghampiri
Eliana. Tapi ia juga mengenali presdir Asia Associated Press di situ. Menurut
jadwalnya, ia sudah bersedia diwawancara secara eksklusif oleh pihak Asia
Associated Press sebelum acara dimulai. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Eliana, Gabia,
dan James membalas sapaan bapak gubernur dengan senyuman. Sementara satu
manusia lagi menarik ujung bibirnya ke atas membentuk senyuman meski matanya
sama sekali tersenyum. Ia terlalu malas menanggapi Aditya dengan jenis respon
apa pun. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Saya dengar
perusahaan kontraktor yang menerima tender pengadaan taman ini kualitasnya
sangat terjamin ya, Pak?" kata Gabia membuka pembicaraan.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Pastinya.
Nggak mungkin kan proyek sebesar ini diserahkan ke perusahaan abal-abal?
Ngomong-ngomong kamu..."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Ah, maaf
saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Gabia," ucap Gabia seraya
menyerahkan kartu namanya. "Saya reporter baru di Asia Associated
Press."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aditya
mengangguk. "James bisa juga ya nyari reporter yang cantik begini.
Biasanya perwakilan dari Asia Associated Press semuanya bapak-bapak."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">James tertawa
garing.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Mendapat
tender proyek besar bukan hal yang mudah. Apalagi dengan cara-cara yang bersih.
Iya kan, Pak?" Xander tiba-tiba melanjutkan obrolan soal tender dengan
nada sedikit menyindir.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aditya
memperhatikan Xander. Ia merasa pernah melihat Xander sebelumnya namun tidak
yakin. "Iya, benar. Justru karena tidak mudah, saya yakin mereka akan
berusaha keras membuat proyek ini berhasil," jawabnya dengan tenang dan
diplomatis.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Memang
jaminan apa yang bisa bapak berikan? Sudah ada dua proyek besar yang mandek di
bawah pimpinan bapak, padahal bapak belum lama menjabat, kan?"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aditya ingat
sekarang. Xander adalah pengacara yang sempat disewa oleh Pak Kusuma, mantan
gubernur yang ia gantikan posisinya. "Mungkin maksud kamu proyek pengadaan
Rumah Sakit Daerah dan Rumah Susun, ya? Saya bisa saja membela diri dengan
memberikan banyak alasan. Tapi berhentinya dua proyek itu memang fakta—"</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">'BRUK!' </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tiba-tiba seorang
anak menabrak kaki Xander dan mengotori celana hitam laki-laki itu dengan es
krim vanilla yang ia bawa. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Tio!"
seru Aditya yang kaget dengan kemunculan anaknya yang tiba-tiba. "Aduh,
maaf ya. Celananya jadi kotor. Tio! cepat minta maaf!" </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Anak yang
dipanggil Tio itu menatap Xander dengan wajah sebal. "Week!" Ia
menjulurkan lidahnya lalu kabur. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Aditya salah
tingkah dengan perlakuan anaknya. "Aduh, maaf ya. Anak saya bandel."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Nggak
apa-apa, cuma celana. Ngomong-ngomong, Pak Aditya ada waktu? Saya ingin bicara
secara pribadi." El angkat bicara.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Oh, maaf ya
Eliana. Mungkin setelah acara ini selesai. Saya sudah janji wawancara dengan
mereka dulu," jawabnya sembari membuka telapak tangannya pada James dan
Gabia. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Eliana mengangguk
mengerti. "Iya, nggak apa-apa, Pak. Saya tunggu."</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tak lama kemudian
James, Gabia, dan Aditya meninggalkan ruangan untuk melakukan wawancara di
tempat terpisah. James berharap mimpi buruknya tidak jadi kenyataan hari ini. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">___</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"TOS!
YEAYY!" seru Shania di sudut ruangan. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Tio ikut
merayakan keberhasilannya membalas dendam dengan wajah sumringah. "Om itu
jaat sama Papa. Gak suka!" </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">"Iya. Papa
kamu memang orang hebat. Pasti banyak yang mau jahat sama dia," jelas
Shania. "Hebat kamu, bisa belain Papa kamu!" ujar Shania bangga.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Meskipun narsis
dan banyak tingkah, Shania tahu persis bahwa Aditya adalah sosok pahlawan bagi
anaknya. Dan demi apa pun, Shania tidak ingin imej itu tercoreng. Sebab, Shania
tahu tidak mudah bagi Aditya untuk menjadi sosok yang bisa selalu dibanggakan
oleh Tio. Terutama karena ia terpaksa ditinggal mati istrinya setelah
melahirkan Tio. Demi anaknya, Aditya berusaha bangkit dari keterpurukan dan
menyimpan kesedihannya dalam-dalam.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">BERSAMBUNG </span></div>
<b><br /></b>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-53815833710420698872020-04-26T03:38:00.002+07:002020-04-26T05:16:29.506+07:00[Story Blog Tour] CHAPTER 6 - Cold Blooded BodyguardSebelum gue menyelesaikan rangkaian Story Blog Tour (SBT) ini, izinkan gue mengatakan sesuatu yang penting...<br />
<br />
TOLONG YA KALIAN-KALIAN YANG HOBI NGASIH MISTERI SEBAGAI BUMBU CERITA, TOLONG DIPIKIRKAN JUGA PENYELESAIANNYA WALAUPUN BUKAN GILIRAN KALIAAAANNNN!!! GUE HAMPIR BOTAK NIH MIKIR BENANG MERAH DARI SEMUA CERITA CHAPTER 1-5!!<br />
<br />
Tentang SBT:<br />
<br />
Story Blog Tour adalah cerita yang dibuat beramai-ramai. Yang ditentukan di awal hanya genre cerita. Karakter, plot, alur cerita, konflik akan berkembang seiring cerita. Diskusi mengenai kelanjutan cerita dilakukan seminim mungkin agar tidak mengurangi keseruan, efek kejutan dan plot twist yang terjadi pada tiap chapter. Ini adalah chapter terakhir dari cerita kami yang bergenre action, thriller. Silakan baca chapter sebelumnya di sini.<br />
<br />
<div dir="auto">
<span style="font-size: large;"><b>Chapter 1 : (Zu) <a href="http://zu-chocoaizu.blogspot.com/2020/04/story-blog-tour-capable-of-destroying.html?m=1">Capable of Destroying Anything</a></b></span> </div>
<div dir="auto">
<span style="font-size: large;"><b>Chapter 2 : (Saa) <a href="http://smilingsaachii.blogspot.com/?m=1">The One Who’s Watching From Afar</a> </b></span></div>
<div dir="auto">
<span style="font-size: large;"><b>Chapter 3 : (Sai) <a href="https://saidahumaira.blogspot.com/2020/04/mystery.html">Mystery</a> </b></span></div>
<div dir="auto">
<span style="font-size: large;"><b>Chapter 4 : (Dhira) <a href="http://www.nadhiraarini.com/2020/04/story-blog-tour-ep-4-am-i-lucifer.html">Am I Lucifer?</a> </b></span></div>
<div dir="auto">
<span style="font-size: large;"><b>Chapter 5 : (Kenti) <a href="http://handken.blogspot.com/2020/04/revenge.html">Revenge</a></b></span> </div>
<div dir="auto">
<br /></div>
<div dir="auto" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>CHAPTER 6</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>COLD BLOODED BODYGUARD</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: center;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div dir="auto" style="text-align: left;">
<span style="font-size: large;"><b>
</b></span><br />
<div class="MsoNormal">
Aku mencoba membuka mata dengan susah payah. Namun meski
mengerjap beberapa kali, hanya gelap yang terlihat. Napasku juga terasa sesak.
Sepertinya kepalaku dibungkus dengan semacam kain hitam. Yang kutahu pasti,
tangan dan kakiku diikat. Selain itu aku juga bisa mendengar suara mobil
menderu halus. Ketika mulai menyadari keadaan di sekelilingku, perasaan takut
langsung menyergapku. Seseorang menculikku dan entah akan membawaku ke mana.
Semua kejadian akhir-akhir ini langsung berkelebat di benakku. Kematian demi
kematian, tertembaknya Gabia, orang-orang yang menakutkan sekaligus
mencurigakan, sampai fakta terakhir yang dibeberkan ayahku lewat telepon.
Mungkinkah penculikan ini berhubungan dengan semua kejadian menakutkan
belakangan ini?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku masih tidak bisa percaya seseorang mengincar jantungku
hanya karena ingin balas dendam pada ayahku. Maksudku, itu terlalu absurd, kan?
Memangnya dia yakin tidak akan kena tindak pidana setelahnya?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Selagi mobil melaju kencang, aku berusaha menggerakkan
tangan dan kakiku, berharap ikatan talinya melonggar. Tapi sepertinya sia-sia.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tiba-tiba saja terjadi hentakan keras dari bagian sampping
mobil dan mobil ini mengerem keras sebelum akhirnya berhenti total. Gara-gara
hentakan itu aku hampir terhempas dari jok mobil. Lalu terdengar suara ribut
dan orang berkelahi. Aku berusaha sedapat mungkin memperbaiki posisiku supaya
terduduk lalu menggesek-gesekkan tanganku yang terikat pada kain yang menutupi
wajahku. Membukanya tidak semudah perkiraanku. Meski begitu, aku berhasil menyingkirkan
sebagian kain itu sehingga sebelah mataku bisa melihat lagi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mobil yang kunaiki sudah kosong. Sepertinya si pengemudi
diseret keluar dan dihajar oleh seseorang. Jantungku berdentam sangat keras
melihat adegan perkelahian di balik kaca mobil. Aku tidak bisa di sini
lama-lama. Aku harus kabur! </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Dengan panik aku mencari pegangan pintu dan mencoba
membukanya dengan tanganku yang masih belum bisa bergerak bebas. Namun, sebelum
berhasil, seseorang telah terlebih dahulu membuka pintu itu. Kebalikan dari keadaan
sebelumnya, rasanya jantungku justru berhenti berdetak sama sekali. Apa lagi
kali ini?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sosok laki-laki yang membuka pintu mobil lalu berusaha
mengeluarkanku dari mobil. Namun karena aku kesulitan bergerak, ia terpaksa
membuka ikatan tangan dan kakiku terlebih dahulu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Kamu..." seruku dalam keterkejutan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Kagetnya nanti saja! Cepat keluar!"<br />
</div>
<div class="MsoNormal">
Ia lalu menarik tanganku dengan kuat dan membawaku ke mobil
lain yang berada tidak jauh dari mobil yang kunaiki tadi. Aku duduk di kursi
tengah sementara dia duduk di depan, di kursi penumpang. Aku mengusapkan
telapak tangan ke pergelangan tanganku yang satunya untuk meredakan nyeri
karena ikatan tali yang begitu kuat. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Ada apa ini sebenarnya?" tanyaku masih dalam
kepanikan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun sebelum orang itu menjawab, laki-laki yang menghajar
penculikku barusan akhirnya masuk ke dalam mobil dan mengambil posisi
pengemudi. Ia membanting pintu sambil ngedumel tidak jelas. Di wajahnya
terdapat percikan darah dari orang yang dihajarnya. Aku bisa melihat wajahnya
lewat spion tengah mobil. Namun karena ia memakai kacamata hitam, aku tidak
tahu pasti siapa dia.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Goblok!! Rencananya jadi kacau semua gara-gara
lo!" seru laki-laki itu sambil menunjuk-nunjuk laki-laki di sebelahnya
dengan kesal. Ia segera tancap gas dan segera meninggalkan tempat itu.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Laki-laki di sebelahnya, yang biasanya memasang tatapan
tajam, kini tertunduk bersalah tanpa menjawab apa-apa. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Udah tau posisi dia lagi bahaya! Bisa-bisanya lo bawa
dia ke klinik umum!" omelnya lagi. Sepertinya ia membicarakan soal aku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Aku udah boleh tanya ini ada apa?" seruku menyela
mereka. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Laki-laki di sebelah Xander akhirnya berhenti mengomel dan
menoleh ke belakang. Ia membuka kacamatanya dan tersenyum getir padaku.
"Halo El. Lama nggak ketemu."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Kak Tian!!"</div>
<div class="MsoNormal">
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div>
<div class="MsoNormal">
Aku memegangi kepalaku yang tiba-tiba sakit. Ini semua
terlalu tiba-tiba dan membingungkan. Kak Tian masih hidup, aku harusnya senang.
Tapi rasa senang tersebut segera terhapus dengan kegelisahan karena
bertambahnya misteri baru. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Sekarang kita ke mana?" tanya Xander.<br />
</div>
<div class="MsoNormal">
Kak Tian sudah kembali ke posisinya semula dan menjawab,
"Rumah El."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mendengar nada bicara mereka yang begitu tenang, kekesalanku
tiba-tiba memuncak. Aku menarik kerah baju mereka dari belakang kuat-kuat.
Mereka berdua panik karena tidak menduganya sama sekali. "Kalian hutang
penjelasan padaku!"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Oke, El! Lepasin! Tenang dulu, nanti mobilnya
nabrak!" seru Kak Tian sebal.</div>
<div class="MsoNormal">
Setelah aku melepasnya, Kak Tian kembali berkata, "Biar
si kunyuk ini yang jelasin."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Xander menoleh cepat dan memberikan Kak Tian tatapan
membunuh. Tapi akhirnya ia buka mulut. "Nyawamu diincar."<br />
</div>
<div class="MsoNormal">
Seolah aku tidak bisa menyimpulkan sendiri dari kejadian
belakangan ini, dan juga penculikan barusan. "Tolong katakan lebih
spesifik. Aku ini dokter, aku nggak sebodoh itu."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Xander akhirnya menjelaskan bahwa sejak awal memang aku yang
diincar. Dia adalah bodyguard yang disewa ayahku untuk menjagaku. Sebagai ketua
KPK, ancaman memang makanan sehari-hari ayah. Ancaman terbesar datang dari
gubernur kota yang sekarang berkuasa, Pak Kusuma. Menurut pengakuan Xander,
kasus korupsi Pak Kusuma sebelum menjadi gubernur sudah banyak tercium oleh
ayahku. Namun ayah belum bisa menangkapnya karena tidak cukup bukti. Bukti
rekaman Tirta dengan Pak Indra sebagai pejabat pemerintah yang sengaja
dimasukkan Xander ke tas Gabia hanya bagian kecilnya saja. Tidak bisa menjadi bukti
kuat untuk menahan Pak Kusuma karena hubungannya dengan Pak Indra tidak bisa
dijelaskan. Meskipun, sudah jelas pengadaan perumahan mewah yang dimaksud Pak
Indra adalah di wilayah kekuasaannya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Jadi cerita di klinik itu semua bohong?" rugi aku
sudah sempat merinding mendengar kisah tragis sekaligus caranya membunuh
orang-orang tanpa turun tangan langsung.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Sebagian benar," sela Kak Tian. "Yang belum
kamu tahu. Kunyuk ini juga kerja untuk Pak Kusuma."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Hah? Gimana..." aku menoleh pada Xander dengan cepat
dan kembali menuntut penjelasan. Saat di rumah sakit, memang aku sempat melihat
di TV kalau dia mendampingi Pak Kusuma pada kasus terbarunya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Lucifer, ya? Memang sebutan yang sangat cocok untuk
pengkhianat!" seru Kak Tian kesal sembari mendekatkan wajahnya pada Xander
saat berteriak.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Hanya orang bodoh yang enggak tau kalau informasi
adalah senjata terbaik di dunia yang mulai membusuk ini," balas
Xander.<span style="mso-spacerun: yes;"><br /><br />Aku tak terlalu peduli dengan perdebatan mereka. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Bia..." seruku lirih. "Aku mau ke tempat
Bia!"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Informasi yang kuserap hari ini terlalu banyak. Dan rasanya
aku tidak sanggup kalau harus dibawa pulang ke rumah untuk berhadapan dengan
ayahku. Dengan ini sudah berapa kebohongan yang disumpalkan ayah padaku?
Ingatan soal Kak Tian yang hilang? Keberadaan Kak Tian saat ini? Bodyguard?
Ancaman pembunuhan? Donor jantung? </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Bisakah aku percaya begitu saja padanya setelah semua
kebohongannya selama ini? </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Xander yang bekerja untuk dua pihak yang bersebrangan juga
sulit dipercaya. Bagaimana kalau sebenarnya kesetiaan justru untuk Pak Kusuma
dan menceritakan ini semua untuk menjebakku? Lalu Kak Tian? Kak Tian yang dulu
memang bisa dipercaya. Tapi aku tidak tahu Kak Tian yang sekarang. Dia jelas
sudah bekerjasama dengan ayah supaya aku tidak tahu menahu soal keberadaannya.
Dan selama 20 tahun, dia bahkan tidak mau repot-repot memberitahukan soal dirinya
yang selamat dari penculikan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sejak awal, hanya Gabia yang bisa kupercaya. meskipun dia
keras kepala, jahat, semaunya sendiri dan seringkali tak punya hati, hanya dia
yang selalu menceritakan segalanya padaku tanpa ada yang ditutupi. Sekarang dia
tak berdaya di rumah sakit.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Tenang, El. Gabia aman," kata Kak Tian yang
sejujurnya sama sekali tidak menenangkan. "Kita benar-benar harus ke
rumahmu sekarang."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Ya. Sekarang semuanya sudah terbongkar. Posisimu yang
paling tidak aman. Rumahmu adalah tempat teraman saat ini," ucap Xander.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku mencium rahasia yang lain. Dan sebelum sempat aku
berpikir lebih jauh, suara tembakan membuat kaca mobil bagian belakang pecah.
Kami otomatis merunduk. Kak Tian membanting setir ke kiri, berusaha menghindari
tembakan susulan.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kalau memang mereka enggan untuk memberi tahu, maka akan
kucari tahu sendiri.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Tapi sebelum itu, orang-orang brengsek ini harus diberi
pelajaran.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku memajukan badanku ke jok bagian depan dengan cepat dan
merebut pistol dari pinggang Xander. Sejak tadi aku perhatian bagian yang agak
menyembul dari jasnya itu. Sebagai seorang bodyguard, tidak aneh kalau dia
membawa senjata. Aku lalu membalikkan badan dan mengarahkan tembakan pada mobil
di belakang kami. Sasaranku terlihat jelas karena kaca belakang mobil sudah
pecah. Satu tembakan sudah cukup meremukkan kaca bagian depan mobil itu dan
membuat orang yang di dalamnya merunduk.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"EL!" teriak Xander yang tak bisa mencegah saat
pistolnya kuambil.</div>
<div class="MsoNormal">
"JALAN!" teriakku pada Kak Tian. Kak Tian segera
menanggapi dengan melepas rem tangan dan menarik persneling lalu tancap gas.
Aku masih dalam posisi siap menembak ke arah mobil belakang. Ketika menyadari
orang di mobil itu mengangkat kepalanya, aku menembak sekali lagi, memberikan
jeda yang cukup untuk kami mengambil jarak dari mobil itu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Aku gak tau kamu bisa pakai pistol," ujar Kak
Tian dengan nada memuji. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Aku juga gak tau Kakak masih hidup," balasku
dengan nada menyindir.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku sebenarnya ingin berusaha menyembunyikan pistol itu di
balik baju untuk berjaga-jaga. Sayangnya Xander tidak mungkin tidak menyadari
kalau pistol itu sangat berbahaya jika terus dipegang olehku. Dengan agak
memaksa, ia meminta pistolnya kembali.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Ngomong-ngomong, pengejar kita sudah jauh. Boleh
minggir ke toilet dulu sebentar?" pintaku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kak Tian dan Xander bertukar pandang ragu, namun akhirnya
mengiyakan juga permintaanku. Kami berhenti di pom bensin terdekat. Selagi aku
ke toilet, mereka sekalian menyempatkan diri untuk isi bensin. Diam-diam, aku
menyelinap keluar dari wilayah pom bensin tersebut dan kabur sejauh mungkin.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
___</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kunci misteri ini ada dalam genggamanku. Aku selalu menaruh
flashdisk yang kuterima dari Gabia di sakuku. Untungnya, tidak ada yang
mengambil flashdisk ini. Aku merutuki kebodohan diriku karena tidak terpikirkan
untuk melihat isi flashdisk itu bahkan setelah Gabia tertembak. Semua kejadian
ini membuat otakku tiba-tiba tumpul. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku mencari warnet terdekat dan mengambil bilik yang paling
ujung. Setelah yakin aman, aku mendengarkan isi rekaman suara Gabia sepanjang
lima menit yang ada di dalam flashdisk tersebut. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"El, kalau kamu mendengar rekaman ini, pastikan kamu
sedang sendiri."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku menoleh ke sekeliling, memastikan kembali tidak ada yang
tertarik dengan apa yang kulakukan. Suara Gabia kembali terdengar. "Ini
fakta yang mengerikan. Masahiro membayarnya langsung dengan nyawanya. Kalau
kamu terlalu takut untuk mendengarnya, serahkan langsung rekaman ini ke
polisi."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lalu rekaman berhenti sejenak. Aku ragu fakta apa pun bisa
lebih mengerikan dari kondisi sekarang. Saat nyawaku memang sudah diujung
tanduk. Pergi ke kantor polisi pun belum tentu aku akan selamat di jalan. Suara
rekaman berlanjut. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Sudah kuduga kamu akan tetap mendengarkan, ya. Kamu
memang senekat itu. Oke, kumulai ya. Kejadian ini ada setelah pesta pernikahan
yang kukacaukan waktu itu. Aku tidak tahu Tirta dapat informasi dari mana, tapi
Masahiro dan aku mendapat ancaman pembunuhan berkali-kali. Kami lalu mencari informasi
lebih jauh soal Tirta. Dia ternyata bukan penipu kelas teri yang bisa diserang
hanya dengan membuka aibnya di pernikahan. Dia pemain kelas kakap yang selalu
berhubungan dengan orang pemerintah dan terlibat kasus-kasus besar. Salah
satunya dengan Pak Kusuma, ayah Yunita. Seperti yang kamu tahu, aku juga
kemudian mendapatkan bukti kuat berupa rekaman suara Tirta dan Pak Indra. Kami
tidak tahu itu info dari siapa. Yang jelas, orang itu pasti sudah mengawasi
kami sejak lama. Mendapatkan bukti secara cuma-cuma justru membuat kami takut.
Jangan-jangan kami memang sengaja dijebak untuk membocorkan informasi itu.
Kalau kami membocorkannya, entah apa yang akan terjadi pada kami selanjutnya. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Masahiro terus membantuku mencari informasi. Namun semakin
digali, kami mendapatkan kenyataan yang lebih mengerikan lagi. Tirta dan Pak
Kusuma ternyata berniat mengancam ayahmu yang sudah mulai menangkap ekor
mereka. Mereka berencana menculik dan mengancam ayahmu dengan mengambil
jantungmu agar ayahmu tidak bisa macam-macam. Tapi... Masahiro juga mendapat
info besar bahwa data yang akan digunakan untuk mengancam ayahmu, bukan
informasi tentang dirimu. Itu adalah informasi pribadiku. Sepertinya ayahmu
sengaja melenyapkan keberadaan dirimu untuk menyelamatkanmu dan mengganti
informasi soal anaknya dengan dataku."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Jantungku serasa diremas kuat. Jadi itu alasan ayah
membuatku lupa keberadaan Kak Tian, tidak berusaha membuatku kembali ke rumah
setelah kejadian penculikan itu, dan melarang Kak Tian menghubungiku sama
sekali? Aku akhirnya paham mengapa Gabia menerima segala ancaman sampai
membahayakan nyawanya seperti ini. Juga soal pernyataan Kak Tian bahwa Gabia
sudah aman. Sebab, musuh pun tahu siapa yang seharusnya mereka incar sekarang.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Masahiro terpaksa membunuh Tirta untuk mendapatkan
semua informasi itu. Setelah itu, kami berdua mendapat ancaman dari orang yang
berbeda. Yang pertama jelas dari Pak Kusuma, yang masih menganggap aku adalah
anak ayahmu. Yang satu lagi... kamu tahu orangnya. Masahiro membunuh Tirta dan
dia dendam. Aku tahu Masahiro tak akan bertahan lama karena dia juga punya
kuasa. Mungkin saat aku membuat rekaman ini, Masahiro sudah mati. Aku juga
mendapat ancaman jelas kalau setelah Masahiro, akulah yang selanjutnya. Dia
orang yang sewaktu 2 SMA dulu pernah ku-hack dan kubongkar aibnya. Ingat?"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kata-kata Gabia masih terus terdengar. Ya, tentu saja aku
ingat siapa cewek itu. Cewek yang memanfaatkan kuasanya untuk mengeluarkan
Gabia dari sekolah, yang kemudian hidupnya hancur karena Gabia membalas dendam
dengan me-hack semua akun sosial media sebagai sumber penghasilan utamanya
sebagai seorang influencer. Caci maki yang diterima cewek itu di dunia maya
membuat ketenarannya habis dalam sekejap mata.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yunita.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kami berdua tentu saja mengenalinya di pesta pernikahannya
dengan Tirta. Tapi itu justru membuat Gabia lebih bersemangat menjatuhkan
Tirta. Aku sedikit kasihan pada Yunita karena masalahnya dengan Gabia sudah
lama berlalu. Kupikir, dia berhak untuk bahagia juga. Saat Gabia berkata kalau
ia menyelamatkan Yunita dari kejahatan Tirta, dalam hati aku tahu, Gabia tidak
sepenuhnya berniat seperti itu. Melempar dua burung dengan satu batu, itulah
yang sebenarnya dipikirkan Gabia. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Cerita Xander memang sebagian benar. Siapa yang dibunuh,
siapa yang membunuh. Hanya saja dia membalutnya dengan cerita cinta picisan
supaya terdengar meyakinkan. Dia tidak bisa memberitahu alasan Gabia bilang
akulah yang sebenarnya diincar karena mungkin dia sendiri yang mengusulkan pemalsuan
informasi itu pada ayahku. Bekerja untuk dua pihak, manipulasi, kebohongan,
entah apa lagi sebenarnya yang telah dia lakukan sejauh ini? Apa tujuan dia
sebenarnya?</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Flashdisk dari Gabia tidak hanya berisi rekaman suaranya, ia
juga menyertakan semua informasi yang telah ia kumpulkan bersama Masahiro. Aku
melihatnya satu-persatu. Aku membuka akses facebook dan mengirim pesan pada
Yunita dengan melampirkan salah satu bukti yang dikirim Gabia. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Temui aku di Jembatan Timah jam 5 kalau tidak ingin
info ini kusebar. Datang sendiri."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah menulis itu, aku meninggalkan warnet dan
bersiap-siap pergi.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Saat ini Gabia tidak berkutik, dan yang bisa kupercayai
sekarang hanyalah diriku sendiri. Aku akan mengurus soal pemalsuan data yang
membuat sahabatku hampir mati nanti. Satu-persatu. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
___</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku memilih jembatan agar lebih mudah mengintai lawan.
Selain itu, jembatan ini hampir tidak pernah dilalui orang. Dari bawah
jembatan, dan tempat yang agak tersembunyi, aku menunggu sosok Yunita. Tak
perlu menunggu lama, Yunita berjalan menuju jembatan. Walau dari seberang
jalan, aku bisa mengenali sosoknya yang memakai dress sangat norak itu. Aku
memperhatikan sekelilingnya. Ketika kurasa aman dan Yunita juga sudah naik ke
atas jembatan, aku naik dan menemuinya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Apa maumu?" tembaknya langsung.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Menyerahkan dirimu ke polisi adalah jalan
tercepat," kataku santai.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Ekspresi Yunita mengeras, menahan amarahnya. "Temanmu
yang seharusnya menyerahkan diri! Di mana dia!?"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku tersenyum. Dia belum bisa menemukan Gabia. Setidaknya
Gabia aman. Untung sejak awal aku membawa Gabia ke Rumah Sakit kecil di pinggir
kota. Rumah Sakit yang aku tahu masih melakukan pendataan pasien secara manual,
sehingga Gabia tak akan mudah untuk dilacak.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Temanku mungkin merugikanmu. Tapi kamu membunuh satu
orang dan melakukan percobaan pembunuhan juga," tegasku.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"DIA MEMBUNUH CALON SUAMIKU!" </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Aku tidak datang ke sini untuk berdebat. Serahkan saja
dirimu kalau tidak ingin buktinya kusebar sekarang."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Yunita tertawa. "Dengan apa? Ini?" ia mengeluarkan
HPku dari sakunya. HP-ku dirampas saat diculik, dan benar dugaanku, pelakunya
adalah orang-orangnya juga. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Aku tidak tahu Papa punya urusan denganmu juga,"
katanya sembari memutar-mutar HPku di tangannya. "Pagi ini Papa memberiku
kabar baik. Papa akhirnya menemukan donor jantung untukku," ia lalu
menunjukku sambil tersenyum. "Jantung seorang dokter pastinya lebih sehat
dari orang kebanyakan, ya. Beruntungnya aku."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kali ini wajahku yang mengeras. Aku mundur selangkah, dua
langkah, tiga langkah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Loh, kenapa? Takut, ya? Tenang, jantungmu akan terus
berdetak, kok. Di sini..." ujarnya seraya menunjuk posisi jantungnya
sendiri.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Setelah posisiku cukup jauh darinya, aku mengeluarkan alat
rekam kecil dari sakuku dan menunjukkan lampu kecil yang berpendar merah,
menandakan rekaman sudah berjalan sejak tadi. Semakin senyumku mengembang,
wajah Yunita berubah merah menahan marah. Aku memang tidak bisa mencari HP
pengganti dalam kondisi darurat seperti hari ini. Tetapi kalau hanya alat rekam
kecil seperti ini sangat mudah untuk didapatkan. Aku menukarnya dengan kalung
yang kupakai, seharga 10 kali lipat dari alat rekam sialan ini. Walaupun begitu
aku sangat membutuhkannya. Bukti dari Gabia sama sekali tidak cukup kuat meski
aku membawanya ke polisi. Aku harus menciptakan bukti itu sendiri. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku berbalik dan berlari secepat mungkin untuk menjauh dari
situ. Di balik gedung di samping jembatan ini, sudah ada taksi yang kupanggil
dan kuminta menunggu.</div>
<div class="MsoNormal">
Sayangnya, langkahku terhenti karena suara desingan
terdengar dan tak sampai satu detik, lengan atasku tertembus timah panas. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Jangan sampai kena badannya! Goblok! Kita masih butuh
jantungnya!" maki Yunita pada salah seorang suruhannya. Tampaknya saat
kami berdebat, orang itu naik tangga jembatan dan bersembunyi di ujung
jembatan. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Walaupun lenganku terasa panas membakar dan nyeri luar
biasa, aku menggigit bibir untuk menahan sakit dan memaksakan diri untuk
kembali berlari. Aku tidak menyangka Yunita akan menyuruh orangnya melakukan
hal itu di ruang terbuka seperti ini. Terlalu berisiko. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku hampir sampai ujung jembatan ketika desingan kedua
terdengar dan kali ini betisku yang kena. Aku jatuh terjerembab dan tak mampu
bangkit melanjutkan lariku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"ELIANAAAAA!!" itu suara Xander. Dia yang berada
di bawah jembatan langsung mengarahkan pistolnya pada penyerangku dan menembak
langsung. Aku bisa mendengar teriakan keras dari sasarannya. Tembakannya tepat.
Walaupun sepertinya dia belum mati.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Kak Tian naik ke atas jembatan dan segera membopongku yang
sudah roboh tak berdaya. Napasku memburu dan keringat dingin mengucur deras.
Wajahku pasti sudah sepucat orang mati karena banyak mengeluarkan darah.
Setelah itu semuanya kembali gelap.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
_____</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"El! udah sadar!?" </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku mengerjapkan mata berkali-kali. Hanya perlu waktu
sedetik untuk tersenyum setelah mendengar suara yang begitu akrab di telingaku
itu. "Gabia..."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Wah! Gila sih! Heroik banget lo! Sumpah apa yang gue
lakuin gak ada apa-apanya dibanding apa yang lo lakuin kemarin!" Gabia
nyerocos tanpa henti. Sejujurnya aku ingin menutup kedua telingaku. Tapi satu
tanganku masih belum bisa digerakkan, sehingga aku hanya melakukan perbuatan
sia-sia dengan menutup sebelah telingaku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Sekali ini, saja. Aku justru berharap Gabia masih sakit dan
nggak banyak omong.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Keributan Gabia memancing tiga orang laki-laki memasuki
kamar ini. Kak Tian, Xander, dan... ayahku.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Eliana..." suara ayah lirih menyebutkan namaku.
"Maafkan Ayah. Ayah sudah—"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Gak usah minta maaf. Yang seharusnya minta maaf dia,
kan?" Aku mengangkat daguku untuk menunjuk seseorang. "Cuma kamu yang
bisa memikirkan rencana segila itu," seruku sembari menatapnya tajam. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Xander membalas tatapanku sama tajamnya. "Ya,"
katanya dingin. "Untuk melindungi nyawamu, cara apa pun akan kulakukan.
Itu tugasku."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Mataku menyipit sebal. Entah ayah mendapat bodyguard
berdarah dingin ini dari belahan dunia mana. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Udah-udah," kata Gabia menenangkan. Di luar
dugaan, dia menanggapinya biasa saja. Padahal nyawanya berkali-kali terancam
karena Xander.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Dia udah minta maaf waktu gue di rumah sakit, kok.
Lagian, walaupun berkali-kali diancam, tapi gue nggak pernah sampai mati karena
ternyata selama ini Tian ngelindungin gue. Hahaha. Baru tau gue rasanya jadi
orang penting, tuh."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Manusia gila ini. Nyawanya di ujung tanduk masih
sempat-sempatnya mikir begitu. Tapi akhirnya aku menghela napas lega. Mungkin
ini salah satu sifat Bia yang kusukai. Asal bisa memaklumi alasannya, dia bisa
dengan mudah memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain padanya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Berkat kamu, kami berhasil memenjarakan Yunita dan
Bapaknya, lho. Walaupun kamu sampai babak belur gitu, ternyata semuanya nggak
sia-sia." Kak Tian mengatakan itu dengan wajahnya yang sumringah. Lalu
kedua sisi perutnya langsung disikut bersamaan oleh Xander dan ayahku. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gabia tertawa keras dan aku terkikik kecil karena badanku
masih sakit semua kalau terlalu banyak menggunakan urat di wajah untuk tertawa.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Beberapa saat kemudian, ketiga laki-laki itu keluar dan
membiarkanku lanjut beristirahat. Gabia masih setia menemaniku di kamar.
Setelah suasananya agak tenang, Gabia mendekatkan wajahnya padaku dengan
menopang dagu, dengan posisi sikut di atas kasur. "Beruntung ya elo
tuh..." katanya sambil tersenyum penuh arti.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Apaan, sih!?"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Bertindak sejauh itu buat ngelindungin elo. Gue rasa
bodyguard nggak dibayar semahal itu, deh..."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Maksud lo apa, sih?"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Dia mempertaruhkan nyawa loh waktu pura-pura kerjasama
sama Pak Kusuma. Bayangin aja kalau sampai ketauan. Dia juga datang langsung ke
klinik lo, kan? Kasih peringatan supaya lo menjauh dari gue sama Masahiro yang
posisinya lagi gawat. Supaya lo tetep aman."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Aku mengerutkan kening. Kalo pernyataannya dia yang bikin
merinding itu adalah tanda untuk membuatku menjauh, dia perlu belajar lagi
bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan benar.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Gue tetep nggak paham."</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Gabia tersenyum lagi. "Kode etik bodyguard kayak dia
itu menyembunyikan diri supaya yang dilindungi nggak terlibat lebih jauh sama
masalah apa pun yang ada. Kayak Tian, gue mana tau dia ternyata ngelindungi gue
dari belakang. Dia akhirnya terpaksa buka identitasnya setelah gue terlibat
terlalu jauh gara-gara kebodohan gue sendiri. Yah, sama Masahiro juga, sih.
Tapi dalam kasus lo, beda. Dia melanggar kode etik itu demi lo, tau
nggak?"</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Omongan Gabia terputus saat seseorang masuk ke kamar. Xander
masuk dan membawakan beberapa botol jus buah yang sepertinya ia beli dari
minimarket lantai bawah. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
"Oke, gue capek, mau pulang duluan. Lo gantiin gue jaga
El, ya! Awas kalau dia sampai kenapa-napa!" ancam Gabia sambil menunjuk
Xander. Gabia bangkit dari kursinya dan menyambar tasnya. Ia keluar dari kamar
tanpa aku sempat mengucapkan apa-apa. </div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Xander menatap kepergian Gabia dengan wajah datarnya. Ia
lalu meletakkan jus buah itu di atas meja dan duduk di kursi tempat Gabia duduk
tadi. Aku menatapnya dan dia balik menatapku—masih dengan wajah datarnya. Kami
sama-sama diam, tidak tahu harus mengatakan apa, atau mulai dari mana.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b><span style="font-family: "calibri" , sans-serif; line-height: 107%;">TAMAT</span><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:DoNotShowRevisions/>
<w:DoNotPrintRevisions/>
<w:DoNotShowComments/>
<w:DoNotShowInsertionsAndDeletions/>
<w:DoNotShowPropertyChanges/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>JA</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
<w:UseFELayout/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="376">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hashtag"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Unresolved Mention"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Smart Link"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri",sans-serif;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--> </b></span></div>
</div>
nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-86302697457059787192019-11-18T23:58:00.003+07:002019-11-19T00:05:21.863+07:00Kerja Sesuai Passion, Idealkah?Bertambahnya usia kadang membuat pandangan kita berubah. Ini sesuatu yang normal. Semua orang mengalaminya.<br />
<br />
Beberapa tahun terakhir, pandangan gue soal <i>passion</i> berubah.<br />
<br />
Sebelumnya, gue pernah menulis soal <i>passion</i> yang berjudul <a href="http://chocobanana99.blogspot.com/2013/06/follow-your-passion-d.html">"Follow your Passion"</a><br />
<br />
Tulisan itu adalah pandangan jujur gue beberapa tahun yang lalu. Sekarang, pandangan itu sedikit berubah. Menurut gue, mengikuti <i>passion</i> adalah sesuatu yang ideal. Tetapi menjadikan <i>passion</i> sebagai pekerjaan bukanlah sesuatu yang ideal.<br />
<br />
Yang nggak setuju, dipersilakan menyambit gue sekarang. Haha.<br />
<br />
Dengan pengalaman kerja yang udah banyak kayak sekarang, gue bisa menyimpulkan bahwa menjadikan <i>passion</i> sebagai pekerjaan itu nggak enak. Dari luar, mungkin terlihat menyenangkan karena setiap hari bisa melakukan hal yang lo suka, dibayar pula. Tapi namanya perkerjaan, nggak bisa mengedepankan idealisme diri sendiri terus menerus. Ada tanggung jawab dan tuntutan yang harus dipenuhi, bahkan walaupun bela-belain bekerja secara mandiri untuk memenuhi <i>passion</i>.<br />
<br />
Pada akhirnya, karena harus mengalah dan membatasi keinginan diri sendiri demi tuntutan itu, sesuatu yang tadinya berlabel <b>kesenangan</b>, perlahan berubah menjadi <b>beban</b>.<br />
<br />
Misalnya, ketika seseorang memiliki <i>passion</i> di bidang kreatif dan suka sekali menggambar dan membuat desain, lama-lama akan lelah juga ketika keseringan mengikuti keinginan pelanggan yang menurut lo <i>nggak ngerti seni</i>. Maunya sih ngasih saran untuk desain yang lebih <i>nyeni dan artistik</i>, tapi demi kepuasan pelanggan, harus ditahan dan ikuti aja maunya.<br />
<br />
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari uang, untuk bertahan hidup. Sementara <i>passion</i> adalah sesuatu yang dilakukan untuk membahagiakan diri sendiri. Ketika keduanya dijadikan satu, maka akan bertabrakan. Bukan berarti keduanya nggak bisa dilakukan bersamaan, tapi ketika ingin melakukan keduanya, banyak hal yang harus dikorbankan.<br />
<br />
<i>Passion</i> gue sejak dulu nggak berubah. Menulis.<br />
Menulis membuat hidup gue lebih <i>hidup</i>. Bukan hanya menambah semangat, tapi sekaligus menyembuhkan. Namun ketika gue menjadikan menulis sebagai pekerjaan, maka gue harus memikirkan tulisan seperti apa yang lebih banyak dibaca, tulisan bagaimana yang menjual, tulisan mana yang lebih mudah diterima orang lain. Gue jadi lebih banyak memikirkan pasar daripada apa yang sebenarnya ingin gue tulis.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1od2r8PZ4-gcu03ocO-qHaUAdHtdxjRP2jHlD1PCT14ewZZJB41sS_05fadJGVbvx749aLJwNPKh3FKiwwif2awr3jkKLIwyhqDqEsFjuB4J9MyyI_pVVrE7ozh13FtHJ6tX0xvBBidI/s1600/slump_good_write_woman.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1od2r8PZ4-gcu03ocO-qHaUAdHtdxjRP2jHlD1PCT14ewZZJB41sS_05fadJGVbvx749aLJwNPKh3FKiwwif2awr3jkKLIwyhqDqEsFjuB4J9MyyI_pVVrE7ozh13FtHJ6tX0xvBBidI/s320/slump_good_write_woman.png" width="320" /></a></div>
<br />
Maka, sejak menyadari itu, gue berhenti menulis untuk bekerja. <strike>Ini selain alasan karena gajinya juga kecil, sih. Haha. </strike><br />
<br />
Gue memilih untuk menjadikan menulis sebagai sesuatu yang spesial, untuk menyampaikan pemikiran, untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan untuk mencari uang. Kalaupun akhirnya mendapat bayaran dari tulisan tertentu, itu akan terhitung sebagai bonus yang menyenangkan.<br />
<br />
Gue memilih mengajar sebagai pekerjaan tetap dengan banyak alasan. Tapi alasan yang pertama jelas karena mengajar bukan <i>passion</i> gue. Walau bukan <i>passion</i>, bukan berarti gue nggak suka jadi pengajar. Gue suka, kok. Tapi nggak sebesar kesukaan gue untuk menulis. Dengan alasan itulah, gue bisa lebih fleksibel. Walaupun, ada beberapa prinsip dan idealisme dalam mengajar yang nggak akan gue langgar. Tapi gue masih bisa menyeimbangkan kesukaan mengajar dengan tuntutan dari instansi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhooCbIcJEMllqAWYxyv_lJ0EG429Pz5GKc0Iei342VZUjZjojyYUG3KtUIqJIlwmVnRWI4FfMFEzpSALGK6bAw3onCmbd16dEa2CgwDfDXUN0yXmkJMp1lj8tIMILDhwbJfzqU5nCpHKM/s1600/school_class_woman.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="751" data-original-width="800" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhooCbIcJEMllqAWYxyv_lJ0EG429Pz5GKc0Iei342VZUjZjojyYUG3KtUIqJIlwmVnRWI4FfMFEzpSALGK6bAw3onCmbd16dEa2CgwDfDXUN0yXmkJMp1lj8tIMILDhwbJfzqU5nCpHKM/s320/school_class_woman.png" width="320" /></a></div>
Alasan ketiga (gue nggak akan bocorin alasan kedua di sini, haha), karena mengajar adalah salah satu bahan bakar gue untuk menulis. Bertemu banyak orang membuat gue lebih memahami karakter orang lain yang tidak terbatas. Seringkali gue bertemu orang-orang yang karakter dan cara berpikirnya nggak pernah bisa gue bayangkan sebelumnya kalau nggak ketemu langsung. Semuanya menarik untuk dituangkan ke dalam tulisan. Secara tidak langsung, menjadi pengajar membantu gue untuk menjadi seorang penulis.<br />
<br />
Ini adalah pandangan pribadi, tapi gue merasa bukan cuma gue yang merasa begini. Walaupun demikian, pasti masih banyak orang di luar sana yang menjadikan <i>passion</i> sebagai pekerjaan. Mereka mungkin orang-orang yang memang sama sekali tidak mengejar uang dan sudah bisa hidup cukup bahagia dari <i>passion</i>nya. Yang jelas, kondisi ideal tiap orang pasti berbeda. Termasuk soal menentukan <i>passion</i> sebagai pekerjaan atau tidak.<br />
<br />
Kalau kamu, bagaimana?nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-79139618597990542532019-11-18T22:25:00.000+07:002019-11-18T22:25:04.769+07:00Kembali LagiLama nggak nulis blog, rasanya lupa gimana menulis blog yang baik. Hmm, emangnya ada ya standar ideal menulis blog?<br /><br />Bukannya mau berhenti nulis di blog. Tapi akhir-akhir ini gue diliputi kebimbangan. Apakah cara menulis yang kayak gini udah cukup bagus? Di antara tulisan-tulisan indah lain yang penuh makna, rasanya tulisan ini sampah banget. <br /><br />Minder?<br /><br />Mungkin.<br /><br />Tapi setelah dipikir lagi, kenapa juga harus berhenti nulis karena merasa kemampuan menulis lebih rendah dari orang lain. Toh sejak awal, jenis tulisan itu berbeda-beda. Cara penyampaian pesannya berbeda-beda. Sasaran pembacanya juga berbeda.<br /><br />Sejak awal blog ini bukan blog yang diniatkan untuk berbagus-bagus (apa pula itu 'berbagus-bagus'? xD). Sejak awal, ini adalah blog pribadi. Menulis yang nggak sesuai diri sendiri rasanya justru kayak menipu diri sendiri. <br /><br />Selain itu, sering bertambahnya usia, juga terpikir untuk mengubah gaya penulisan dari yang sangat gaul (pakai gue dan bahasa informal lainnya) menjadi sedikit lebih formal. Tapi lagi-lagi, rasanya itu justru menjadi pembatas diri untuk menulis 'sesukanya'. Menulis dengan banyak aturan dan batasan udah gue lakukan saat menulis cerpen dan novel. Kalau di sini juga harus banyak aturan untuk menulis, rasanya lelah. <br /><br />Blog ini akan tetap dengan gaya bahasa yang seperti ini. Mungkin akan berubah sedikit formal kalau bahasannya juga menyangkut hal yang formal. <br /><br />Hal yang jadi pertimbangan selanjutnya adalah, keraguan untuk berbagi yang belakangan ini terasa semakin kuat. Dulu, gue berbagi berbagai macam hal lewat tulisan tanpa mengkhawatirkan banyak hal. Sekarang, rasanya agak sulit untuk terbuka. Seringkali untuk menjaga privasi, sekaligus menjaga perasaan orang lain. Belakangan gue jadi banyak berpikir, apakah kalau gue nulis ini ada yang tersinggung? Atau jangan-jangan ada yang sakit hati. Pada akhirnya malah keseringan nggak nulis karena takut.<br /><br />Tetapi balik lagi, menyenangkan semua orang adalah hal yang mustahil. Jadi kenapa gue harus takut? <br /><br />Karena itu gue memutuskan, ini adalah tulisan pertama gue untuk memulai kembali sesuatu yang telah lama gue tinggalkan. nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-69280665588343116892019-03-05T23:55:00.002+07:002019-03-05T23:55:58.849+07:00Mari Bebaskan ImajinasiKayak manusia kurang kerjaan, gue memulai tantangan menulis baru walaupun yang sebelumnya banyak yang nggak rampung. Hahahaha. Not father lah ya, namanya juga usaha.<br />
<br />
Tadinya, tantangan yang satu ini nggak mau bilang-bilang biar orang taunya pas udah jadi aja, gitu. Tapi ternyata kenyataan tidak semudah itu, Ferguso.<br />
<br />
Kenapa mau disembunyikan?<br />
Karena gue berniat menulis cerita fantasi untuk kali pertama. Dan, cerita fantasi itu susah. Daripada mandek tengah jalan dan ditanyain orang-orang, mending dari awal nggak bilang-bilang mau nulis fantasi. Ya gimana nggak susah? Selain mikirin karakter-karakternya, dunianya juga harus dipikirin dari awal. Semuanya beda.<br />
<br />
Awalnya, cerita yang sementara gue kasih judul <i><b>Ars Imperatoria</b></i> ini muncul dari satu keresahan sederhana. Nggak bisa gue ungkapkan secara langsung, sih. Tapi dari satu keresahan kecil yang kayaknya nggak mungkin diceritakan secara gamblang itu, gue jadi berpikir untuk memetaforakannya dalam bentuk fantasi. Lalu tiba-tiba potongan puzzle ceritanya beranak-pinak dengan cepat karena gue terlalu bersemangat.<br />
<br />
Meskipun rak buku hampir semuanya berisi buku-buku fantasi, bukan berarti gue tiba-tiba jago nulis fantasi. Gue mengagumi penulis fantasi karena gue nggak bisa nulis kayak mereka. Otak gue belum sampai. Sejauh ini pun baru sampai tahap <i>research, world building</i>, dan masih banyak banget cacat logika dari dunia yang gue bentuk. Lalu entah kenapa, tiba-tiba akun facebook Kalpanika mengirim pertemanan ke gue. Gue pikir itu akun apa. Ternyata Kalpanika adalah komunitas penulis fantasi yang kebetulan lagi buka akademi menulis fantasi. Pas gue baca posternya, pas hari itu deadline pendaftaran. Tanpa pikir panjang, gue pun akhirnya bergabung. Lebih tepatnya mungkin karena murah, sih. Hahahaha. Lumayan banget kalau bisa dapat materi kepenulisan fantasi, apalagi kalau bisa memecut gue yang malas ini untuk konsisten menulis.<br />
<br />
Setelah masuk beberapa hari, rupanya upaya menyembunyikan tantangan ini pun jadi mustahil. Membuat tulisan afirmasi kemudian diunggah di instagram jadi syarat mutlak. Intinya sih semacam target yang ingin dicapai setelah mengikuti akademi menulis di Kalpanika itu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZiOtwtafU1pZCMVWbZspuuwuBOZL8SZPmyBHKig3xEHgZKUOYaem79b3IiyYCtlOYKwhjSLFX0F-KbW3ObPz5XuL9y0y7FZ2hdabwWUZHQvCv9K-MlDQ85aB0zTGwD6TwelMWMsclpvs/s1600/kalpanika.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZiOtwtafU1pZCMVWbZspuuwuBOZL8SZPmyBHKig3xEHgZKUOYaem79b3IiyYCtlOYKwhjSLFX0F-KbW3ObPz5XuL9y0y7FZ2hdabwWUZHQvCv9K-MlDQ85aB0zTGwD6TwelMWMsclpvs/s640/kalpanika.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Inilah afirmasi yang gue upload di instagram. Berhubung udah dapet judul, dan udah membentuk empat karakter utama, jadi sekalian aja ditulis, deh. Semoga Lavi, Lui, Vis dan Trivi menemukan jalan cerita mereka yang unik di sana.<br />
<br />
Sengaja pakai latar novel-novel fantasi supaya makin terpacu. Hahaha.<br />
<br />
Hari ini selesai dikasih materi soal <i>world building</i>, dan besok saatnya menjalani misi. Saatnya membebaskan imajinasi. Hoho.nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-23846954324646366952019-02-10T21:18:00.002+07:002019-02-10T21:18:58.391+07:00Bahagia itu SederhanaPostingan blog pertama tahun 2019.<br />
<br />
Lama banget, ya? Udah bulan Februari, baru mulai nulis lagi di blog. Sedih banget, sebenernya. Apalagi waktu lihat jumlah postingan di tahun sebelumnya. Dari yang biasanya 30-50 postingan pertahun, tiba-tiba berkurang drastis jadi 6 postingan di tahun 2018. Gue merasa gagal sebagai narablog.<br />
<br />
Kesibukan memang (lagi-lagi) jadi alasan utama, sih. Bahkan setahun terakhir ini rasanya gue juga jarang posting sesuatu di media sosial yang lain. Tapi sebenarnya bukannya benar-benar nggak ada waktu. Gue masih sering hang out sama temen-temen, sering ke bioskop, sempetin main boardgame seharian juga bisa. Andai menulis di blog masih jadi prioritas, pasti tetep disediain waktunya. Seringkali, udah kepikiran mau nulis sesuatu di blog, pada akhirnya hanya nangkring di draft karena gue sama sekali nggak puas dengan tulisan gue saat itu. Rasanya ada yang kurang. Inti tulisannya nggak jelas, dan kesannya bener-bener <i>nyampah</i>. Pada akhirnya sama sekali nggak ada yang di-<i>publish</i>.<br />
<br />
Buat gue, nulis blog itu sesuatu yang spesial. Walaupun isinya curhat, biasanya tetap ada alurnya. Mulai dari pembukaan, sampai akhirnya mencapai suatu kesimpulan. Nah, akhir-akhir ini gue merasa kehilangan kemampuan untuk menulis dengan alur yang mudah diikuti dan nggak lompat-lompat. Makanya pada akhirnya selalu nggak puas. Efek kebanyakan ngetik untuk tugas kuliah, kah? *nyengir*<br />
<br />
2 minggu lalu, gue memutuskan untuk ikut grup blogwalking. Tapi ya baru ini bisa nulis blog lagi. Mudah-mudahan sih ini bisa jadi awal yang baik untuk terus ngeblog ke depannya.<br />
<br />
Kegiatan gue sekarang bisa dibilang sangat banyak. Gue kerja di 3 tempat. Di salah satu tempat diminta jadi semacam wali kelas dan di tempat yang lain harus bikin modul dan video ajar. Selain itu, sekarang udah masuk masa tesis. Sembari ngumpulin data untuk tesis, bapak dosen pembimbing gue minta gue ikutan hibah penelitian (semacam bikin penelitian dengan topik yang mirip dengan tesis, tapi tujuannya untuk publikasi di jurnal penelitian ilmiah). Jadi bisa dibilang, beban penelitian akhir yang tadinya tesis doang, sekarang jadi dua kali lipat karena harus mengerjakan dua penelitian. Topik hanya mirip, jadi tetap harus ngerjain dua penelitian yang berbeda. Targetnya? Selesai bulan April! Hahahha! Akuw kuwad!<br />
<br />
Selain itu masih ada beberapa kegiatan komunitas juga. Sengaja nyari komunitas supaya aktifitas nggak itu-itu aja, sih. Untuk sementara ikut dua, termasuk grup blogwalking ini. Satu lagi semacam komunitas pecinta buku yang mewajibkan anggotanya mengirimkan resensi buku minimal sebulan sekali. Sengaja ikutan supaya memaksa gue baca dan meresensi buku walaupun nggak sering. Nah, jadi maklumin ya kalau belum bisa update blog terus-terusan, apalagi setiap hari. Bisa mati :'D<br />
<br />
Di luar kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi demi isi dompet dan masa depan yang lebih baik, masih ada kewajiban dari target pribadi yang sulit untuk disebutkan. Intinya, banyak! Antara mau ketawa atau nangis, sih.<br />
<br />
Dari awal tahun sampai tanggal 10 ini aja udah banyak banget kegiatan sampai buku agenda penuh dan harus ditambal sticky notes disana-sini, nambahin to do list perharinya supaya nggak lupa. Sepanjang hidup, rasanya ini masa-masa tersibuk dengan kegiatan yang sangat beragam. Biasanya, kalaupun nggak nulis di blog, gue rajin banget nulis kegiatan-kegiatan gue di diari. Tapi ini saking banyaknya, malah nggak sempat nulis apa-apa. Kalaupun nulis, akhirnya direkap perminggu. Haha.<br />
<br />
Maski begitu, entah kenapa nggak terasa capek. Oke, secara fisik emang capek banget. Tapi ketika satu hari berakhir, sekitar jam 10-11, gue selalu merasa senang karena hari itu sangat-sangat produktif. Gue yang hobi tidur ini, belakangan nggak punya waktu tidur lebih dari 4-5 jam sehari. Paling balas dendam pas kebetulan dapat libur. Itu pun cuma bisa setengah hari (tidur sekitar 8 jam), abis itu biasanya udah disambut deadline yang lain lagi.<br />
<br />
Jadi, intinya apa, sih?<br />
<br />
JANGAN KULIAH S2 KALAU NGGAK BUTUH-BUTUH AMAT! CAPEK!<br />
<br />
Gue aja yang butuh ilmu dan ijazah S2 secapek ini ngejalaninnya, gimana kalau ngambil S2 untuk pelarian selama belum dapat kerjaan? Atau pelarian karena belum nikah?<br />
<br />
Beuuh... LELAAAAHH!!<br />
<br />
Kebahagiaan-kebahagiaan kecil di tengah kesibukan:<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjotPqnVph87em_IMZeIo5yDqtp3nF2CKNZywrvtCqccUb9_Lq5DjTJ6JlQPH23Bey0fjdq7ibvwwYFYrmlRFAl14gidsYTvPZZ7A9XJbvQlLl99ygAA9_S4h5G7O0CV4-1iOzltprr_aA/s1600/IMG_20190131_153040.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjotPqnVph87em_IMZeIo5yDqtp3nF2CKNZywrvtCqccUb9_Lq5DjTJ6JlQPH23Bey0fjdq7ibvwwYFYrmlRFAl14gidsYTvPZZ7A9XJbvQlLl99ygAA9_S4h5G7O0CV4-1iOzltprr_aA/s400/IMG_20190131_153040.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dikasih sama dosen pembimbing terbaique sedunia :3</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZkxRhFfaSFkFKvtL8fB9h9vXcTjddFPH_wLQsbM2bH9RgSR1hW5_9BxXM2LpyoC7tOtDq7ozd7o75TqNh1U3_WJuGCXiS54PE0BkV-v5bM3bcxPBaVdealKAMcyyufs_pDWB_yN7GLgM/s1600/IMG_20190207_200026.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZkxRhFfaSFkFKvtL8fB9h9vXcTjddFPH_wLQsbM2bH9RgSR1hW5_9BxXM2LpyoC7tOtDq7ozd7o75TqNh1U3_WJuGCXiS54PE0BkV-v5bM3bcxPBaVdealKAMcyyufs_pDWB_yN7GLgM/s400/IMG_20190207_200026.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Disediain teh dilmah waktu ngajar privat :3</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh51Tkvhbi6O849Xtp_M4wRACkuhIG2JhiQH8_gJ_4GDxgnlVaechKxwvuyuG5jtckTqwbEmtNwvJyDOUOF57Sl_zNJktUesKCJTWbbXhZNySXyF2Q5BNM-dNoo_rJlnp8IB6s15Hq99Ng/s1600/IMG_20190208_173440.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh51Tkvhbi6O849Xtp_M4wRACkuhIG2JhiQH8_gJ_4GDxgnlVaechKxwvuyuG5jtckTqwbEmtNwvJyDOUOF57Sl_zNJktUesKCJTWbbXhZNySXyF2Q5BNM-dNoo_rJlnp8IB6s15Hq99Ng/s400/IMG_20190208_173440.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dikasih pinjem buku N1 untuk ikutan ujian JLPT tengah tahun ini. Iya, harus nyempetin belajar juga @_@</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3gXppTkMd4JEEidgMz1Ot-_JxK6dxfpqRkOedsG9k-jAIN2azSgN1sYgORuezEXfBmziCOHJH6VvFF-pUpihBDyk2f54CZmWVsuHIif3fb0aKHAOSQnqkip2FjBVxopfLwGK12lNA9OA/s1600/IMG_20190210_145338.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3gXppTkMd4JEEidgMz1Ot-_JxK6dxfpqRkOedsG9k-jAIN2azSgN1sYgORuezEXfBmziCOHJH6VvFF-pUpihBDyk2f54CZmWVsuHIif3fb0aKHAOSQnqkip2FjBVxopfLwGK12lNA9OA/s400/IMG_20190210_145338.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Masih bisa ngopi enak sembari ngetik postingan ini</td></tr>
</tbody></table>
Terkadang, justru hal-hal kecil dan sederhana yang membuatmu bertahan menghadapi hal-hal besar dan sulit. Apa kamu setuju? :)nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-73425609097531332312018-09-28T23:57:00.002+07:002018-09-28T23:57:45.490+07:00Fobia, perlukah disembuhkan?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-k8cJVMGZb1K3BVNiIpqBzH48hghnL52qMuGetTlFWEn8OYtYtEBSU0tTw3dbd720012QapUIfqP45Hm-9DxWLaZ_bYc_9tjwenH9rhtNFqO6ikO9CdTyLHU4AKI-UedhUTj-zVzOGWs/s1600/dreamstime_m_25789662.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1281" data-original-width="1600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-k8cJVMGZb1K3BVNiIpqBzH48hghnL52qMuGetTlFWEn8OYtYtEBSU0tTw3dbd720012QapUIfqP45Hm-9DxWLaZ_bYc_9tjwenH9rhtNFqO6ikO9CdTyLHU4AKI-UedhUTj-zVzOGWs/s400/dreamstime_m_25789662.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<i> Phobia</i> atau fobia berbeda dari ketakutan biasa. Fobia adalah ketakutan yang berlebihan pada hal tertentu. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya fobia. Namun yang paling umum adalah karena adanya kejadian traumatis di masa lalu. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan seseorang mengidap fobia tanpa alasan khusus.<br />
<br />
Beberapa fobia yang paling umum ditemukan adalah <i>Arachnophobia</i> (fobia laba-laba), <i>Ophidiophobia</i> (fobia ular), <i>Acrophobia</i> (fobia ketinggian), <i>Mysophobia</i> (fobia bakteri/kuman), <i>Claustrophobia</i> (fobia tempat sempit), <i>Agoraphobia</i> (fobia keramaian), <i>Thalassophobia</i> (fobia laut dalam), dan yang sempat populer, <i>Trypophobia</i> (fobia permukaan dengan banyak lubang). Banyak yang mendadak menyadari dirinya trypophobia setelah tayangan gambar-gambar permukaan dengan banyak lubang berjudul "Anda tidak bisa melihat gambar ini jika mengidap Trypophobia" mendadak viral di media sosial. (Nggak usah dicari, nanti jijik)<br /><br />Tapi fobia berbeda dengan ketakutan biasa. Banyak orang takut pada kecoak, tapi tidak semuanya fobia kecoak. Begitu juga dengan trypophobia. Banyak orang yang mendadak jijik melihat buah bunga teratai. Tetapi belum tentu mereka mengidap trypophobia.<br /><br />Rasa takut, jijik atau geli mungkin menyebabkan seseorang berteriak. Tapi berbeda dengan perasaan seperti itu, fobia bukan mainan. Mungkin ada teman yang suka melihat reaksi teman lainnya jika berteriak panik karena takut akan sesuatu. Tapi jangan pernah main-main dengan fobia. Karena seseorang yang menghadapi fobianya tidak berhenti hanya dengan teriakan. Terkadang, seseorang mengekspresikannya tidak dengan teriak. Namun mendadak berkeringat dingin dan gemetaran. <br />
<a name='more'></a><br />Gejala seseorang yang mengalami fobia:<br />1. Berkeringat<br />2. Gemetaran<br />3. Merasakan hawa dingin di sekujur tubuh<br />4. Bernapas pendek-pendek/Kesulitan bernapas<br />5. Detak jantung tidak teratur<br />6. Mual/Ingin muntah<br />7. Terasa sakit/sesak<br />8. Pusing<br />9. Terasa ingin pingsan<br />10. Kebas<br />11. Mulut kering<br /><br />Mungkin wajar membayangkan gejala tersebut muncul pada orang-orang yang mengidap fobia yang telah disebutkan di atas. Tapi rasanya lucu membayangkan bahwa ada orang-orang yang takut akan hal-hal yang tidak masuk akal. Contohnya seperti fobia berikut ini:<br />
<br />
1. <i>Venustraphobia</i> (fobia wanita cantik) --> antimainstream<br />2. <i>Chrometophobia</i> (fobia uang) --> punya temen kayak gini asyik banget! xD<br />3. <i>Hippopotomonstrosesquippedaliophobia</i> (fobia kata-kata panjang) --> ini disebutin jenis fobianya aja mungkin dia udah kabur entah ke mana :v<br />4. <i>Sinistrophobia</i> (fobia sisi kiri) & <i>Dextrophobia</i> (fobia sisi kanan) --> kalo jalan jadinya muter karena nggak mau belok ke sisi tertentu<br />5. <i>Euphobia</i> (fobia berita baik) --> fobianya wartawan gosip ini kayaknya<br />6. <i>Phobophobia</i> (fobia pada fobia) --> INI SUPER ANEH DAN NGGAK KEBAYANG BANGET!! LOL xD<br /><br />Tapi
fobia yang aneh-aneh itu memang nyata, sih. Dan aslinya tetap nggak
bisa dibuat bahan bercandaan. Dulu ada murid yang fobia indomie (indomie
lho, ya. Bukan mi yang lain) sampai kalau ada yang ngomong 'indomie',
dia bisa ngamuk dan sulit ditenangkan. Ada juga yang fobia karet gelang.<br /><br />Gue
sendiri fobia sesuatu yang nggak ada dalam daftar di atas. Saking
takutnya, lihat gambarnya aja gue nggak sanggup. Dan kalau udah telanjur
kebayang, gue nggak berani merem walaupun udah ngantuk banget. Karena
kalau merem, bayangannya jadi semakin jelas dan kuat. Jadi melek terus
sampai bayangannya benar-benar hilang. Nggak banyak orang yang tau fobia
gue kecuali beberapa orang yang kebetulan tau. Dan gue nggak berniat
menyebarkan juga karena takut malah diisengin. Masalahnya, ini beda sama
ketakutan-ketakutan yang lain. Gue benci sama belatung karena dulu
pernah nggak sengaja kemakan, tapi nggak sampai keringat dingin atau
gemetaran. Kalau yang satu ini parah. Kalau ngeliat, gue bisa mendadak
gemetaran, keringat dingin, kaki lemas dan nggak bisa bergerak dari satu
tempat, nggak bisa teriak dan malah nangis. Ini serius, bukan bohongan.
Jadi siapa pun yang udah tau fobia gue, nggak usah ember nyebarin di
komen segala. <i>I'll hate you for sure</i>.<br /><br />Lalu, setiap keinget soal ini, gue selalu berpikir, "perlukah fobia disembuhkan?"<br /><br />Menurut
teori, cara yang paling efektif untuk menyembuhkan fobia adalah dengan
menghadapi ketakutan itu sendiri sesering mungkin sampai menjadi biasa. <b>Kalau begitu caranya, gue mending nggak usah sembuh selamanya!!!</b><br />Di
film Divergent, ada tes khusus sebelum masuk ke dalam faksi tertentu.
Tesnya adalah menghadapi ketakutan terbesar kita. Seandainya gue ada
dalam dunia itu, gue yakin seratus persen gue akan jadi anggota <i>factionless</i>, si anggota tanpa faksi, karena nggak mungkin menghadapi ketakutan gue sendiri. Keburu pingsan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFNohV4wKn-tqD8t2Pm08NiWQ146CBQA8OjkbuVGFON53nSM21KdNexZmvQtpVD9t5pkMhK6n_qgjtF8wlP9KpvglS9uYivEcj0aavon_eZE4xmxupomXdPjfB5Q1iDDZoZnkJXV-v9vc/s1600/2459bd9dfcebbd22cd8107a04a54c501--divergent-book-book-fandoms.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="194" data-original-width="236" height="261" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFNohV4wKn-tqD8t2Pm08NiWQ146CBQA8OjkbuVGFON53nSM21KdNexZmvQtpVD9t5pkMhK6n_qgjtF8wlP9KpvglS9uYivEcj0aavon_eZE4xmxupomXdPjfB5Q1iDDZoZnkJXV-v9vc/s320/2459bd9dfcebbd22cd8107a04a54c501--divergent-book-book-fandoms.jpg" width="320" /></a></div>
<br /><br />Para
ahli mengatakan bahwa sebagian besar fobia bisa sembuh. Dan menurut gue
orang-orang yang perlu disembuhkan adalah yang mengidap fobia yang jika
tidak disembuhkan akan berdampak besar pada kehidupannya. Fobia
manusia, misalnya.<br /><br />Tapi kalau fobianya nggak penting kayak gue,
sih. Mending nggak usah sembuh selamanya. Masalahnya metode
penyembuhannya ekstrim dan rasanya gue nggak akan sanggup.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia4Sr3qUUN1fb4i_RIy7-r9wcj42VIJmITBiCuWPxzo6HGw_MBgaP7qU1yEAZwdd8o1VGzPqmhoys3TztVHINoUHb1DYE3o2JSxztLEAm4qBRgdGNZs8erqq6skoDG_amfxpL0kNVxv2A/s1600/Images001.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="261" data-original-width="527" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia4Sr3qUUN1fb4i_RIy7-r9wcj42VIJmITBiCuWPxzo6HGw_MBgaP7qU1yEAZwdd8o1VGzPqmhoys3TztVHINoUHb1DYE3o2JSxztLEAm4qBRgdGNZs8erqq6skoDG_amfxpL0kNVxv2A/s1600/Images001.jpg" /></a></div>
<br /><br />Jadi, apakah kalian mengalami fobia tertentu dan merasa perlu disembuhkan?<br />
<br />
<b>P.S. Artikel setengah tidak penting ini dibuat karena sayang udah capek-capek research buat cerpen baru tapi belum jadi cerpen jugak....</b>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-55664099071166428222018-09-08T01:51:00.002+07:002018-09-08T01:51:22.970+07:00Menghadapi Emosi Negatif dalam Diri"Gimana sih caranya supaya nggak gampang stress kayak elo?"<br />
<br />
Kayaknya dari dulu gue sering banget dapet pertanyaan yang senada kayak gitu. Dan sejujurnya, susah banget jawabnya. "Kalau nggak mau stress, ya jangan stress. Gimana ngajarinnya?" kira-kira begitulah jawaban gue yang sangat absurd. <br />
<br />
Allah menciptakan manusia dengan berbagai karakter, dan diantara milyaran manusia terciptalah manusia macam gue yang gampang lupa dan nggak pekanya kebangetan. Kalau mau dilihat negatifnya dari dua karakter itu, banyak banget. Nggak kehitung deh berapa kali gue ninggalin kunci motor yang masih nempel di motornya sewaktu parkir. Gantungan kuncinya pun dompet kecil isi STNK. Kalau orang mau jahat, motor gue udah digondol dari kapan tau. Tapi Allah baik, motor masih jodoh sama gue. Orang-orang yang nemuin kunci motor gue pun baik, selalu disimpenin. Hari ini malah gue ditelpon sama orang toko yang kebetulan ngeliat motor gue parkir depan tokonya, dan kuncinya ketinggalan pula. Kuncinya disimpenin dan motor gue diamanin sampe gue datang lagi ke toko. Ya Allah, baik bangeet... Gue nggak paham gimana bisa hidup kalau orang-orang sekeliling gue nggak sebaik ini.<br />
<br />
Soal nggak peka juga... Duh, nggak tau deh udah berapa orang yang kesel dan marah-marah sama gue karena hal yang bahkan nggak gue sadari. Pada akhirnya gue belajar untuk selalu minta maaf duluan. Karena menurut mereka pasti gue yang salah. Setelah minta maaf, barulah gue minta kasih tau apa salah gue. Dan kalau itu menyinggung, ya gue usahain nggak ngelakuin lagi ke depannya. Walaupun mungkin saat itu gue nggak ngerasa apa yang gue lakukan itu salah, karena kalau gue digituin misalnya, gue biasa-biasa aja. Tapi gue sadar kalau level kesensitifan orang beda-beda. Kebetulan aja level sensitif gue setara sama Kaka si maskot Asian Games. Berkulit badak. Kalau ditusuk, pedangnya yang bengkok.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinCX-ZwaEkNaDOA5xemonaO7k8Y_s4LckqI_gmSr6Kzqgo1ZIt_piOnakZaakxiJqhFMPt8tF-Onkb7SCjxQ4DURBnebH5Tuz9a-kEldBUzc3xKe1YptmCruo11EKKdcnvDv7h-1lz-A0/s1600/IMG_20180908_013638.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1040" data-original-width="585" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinCX-ZwaEkNaDOA5xemonaO7k8Y_s4LckqI_gmSr6Kzqgo1ZIt_piOnakZaakxiJqhFMPt8tF-Onkb7SCjxQ4DURBnebH5Tuz9a-kEldBUzc3xKe1YptmCruo11EKKdcnvDv7h-1lz-A0/s640/IMG_20180908_013638.jpg" width="360" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kucinta Kaka, karena kami sama. Sama-sama berkulit badak.</td></tr>
</tbody></table>
Tapi kalau dilihat dari sisi lain, sifat pelupa dan nggak peka itu membantu gue untuk melupakan dan menghilangkan rasa marah, sakit hati, sedih dan emosi-emosi negatif dengan cepat. Dulu, gue pernah sekali <i>deactive</i> dari twitter karena sakit hati (ini pun inget lagi karena baca ulang diari), tapi sampai sekarang gue nggak inget sama sekali apa atau siapa yang bikin gue sakit hati waktu itu.<br />
<br />
Ya terus, masa gue nyaranin ke orang-orang untuk jadi pelupa dan nggak peka kayak gue supaya nggak stress? Kan nggak mungkin....<br />
<br />
Tapi semakin dewasa, gue mulai merumuskan cara-cara lain untuk menghadapi emosi negatif, termasuk stress, cemas, marah, sakit hati, sedih, depresi dan lain-lain. Yup, istilahnya <b>merumuskan</b> karena gue manusia otak kiri, semua permasalahan ditilik dari kacamata ilmu pasti. Walaupun aslinya gue sangat-sangat terbiasa dengan ketidakpastian. Hahahaha.<br />
<br />
Pada dasarnya, emosi negatif yang dirasakan itu manusiawi. Siapa sih yang nggak pernah marah? Nggak pernah sedih? Atau nggak pernah sakit hati? Elo kan bukan malaikat. Merasakan emosi-emosi negatif itu wajar, kok. Nggak bisa dihindari. Masalahnya adalah bagaimana menghadapi emosi negatif tersebut supaya nggak berkepanjangan dan berpengaruh buruk pada orang-orang sekitar.<br />
<br />
Percayalah, saat merasa marah lalu langsung dilampiaskan ke orang yang menyebabkan kemarahan atau malah ke orang-orang yang nggak ada hubungannya, nggak akan meredakan rasa marah tapi justru menambah masalah baru.<br />
<br />
Saat gue merasa marah atas sesuatu, biasanya gue perlu waktu untuk merenung sendiri. Mencari penyebab atas kemarahan gue. Kalau gue yakin kemarahan gue sama seseorang adalah karena kesalahan dia, maka akan langsung gue omongin baik-baik. Perlu diomongin supaya dianya juga bisa berubah. Kalau kemarahan gue murni karena guenya aja yang pengin marah-marah nggak jelas dan karena sesuatu fakta di luar yang nggak bisa diubah meski pun diomongin, maka gue akan mencoba berdamai dengan diri sendiri.<br />
<br />
Mungkin perlu pelampiasan dengan mukulin tembok atau mecahin barang yang nggak akan bikin gue rugi walaupun dipecahin (ngelempar HP jelas nggak termasuk. Sayang HP-nya. Walau lagi marah, harus tetep logis). Perasaan marah itu datangnya dari hati dan kehadirannya nggak bisa disangkal. Kalau lagi marah ya maunya marah. Tapi otak gue bilang "Iya, elo boleh marah-marah sendiri. Pukulin tembok, sana. Asal jangan nyusahin orang lain. Hari ini boleh marah-marah, tapi besok udah nggak boleh, yaa..."<br />
<br />
Gue nggak tau dengan orang lain, tapi hati gue nurut banget sama otak. Mereka bisa bekerjasama dengan baik. Wakakaka. Otak gue mengerti kalau gue perlu marah, atau sedih, atau sakit hati. Gue cuma butuh sedikit waktu untuk merasakan itu sebelum akhirnya kembali normal. Dan hati gue pun mengerti kalau logika otak gue benar. Menyimpan emosi negatif berkepanjangan hanya bikin capek, buang-buang waktu dan mempengaruhi semua aktifitas gue ke depan. Padahal tanpa dipengaruhi emosi negatif pun, gue tergolong pemalas. Apa jadinya kalau semuanya bergabung? Hancur sudah.<br />
<br />
Ada contoh lain di mana hati gue nurut sama otak. Saat seseorang ngomong sesuatu yang bikin lawan bicaranya pengin marah atau merasa sakit hati, kebanyakan biasanya mengabaikan fakta yang diutarakan oleh si pembicara karena kebawa emosi. Gue biasanya malah diem dan nggak bisa jawab. Kalau ada temen yang ngebelain dan bilang "wah paraaah... Bales, dong!" gue bakal bilang "Abis gimana? Bener sih, soalnya..."<br />
<br />
Sodori gue fakta, maka semarah apa pun gue, bisa langsung berhenti marah tiba-tiba.<br />
<br />
Satu-satunya saran yang paling bener yang bisa gue kasih untuk menghadapi emosi negatif adalah, percayakan sepenuhnya sama Allah.<br />
<br />
Beberapa waktu lalu gue ngerasa sedih banget karena merasa nggak becus melakukan sesuatu dan jadi menyusahkan orang lain. Nyusahinnya bukan soal kecil, tapi nyusahiiiiiiiiin banget banget bangeeeeeeeeet. Rasa bersalah dan keinginan untuk memperbaiki keadaan tampak nggak cukup karena udah terlanjur terjadi akibat kebodohan gue. Saat itu hanya satu yang terpikirkan. Allah nggak akan menimpakan masalah pada hambanya tanpa disertai kemampuan untuk menyelesaikannya. Jadi gue percaya semuanya bisa terselesaikan asal gue berusaha. Tapi meski percaya sepenuhnya pada Allah, rasa sedih mah tetap ada. Manusiawi itu. Akhirnya, gue berdoa "Ya Allah, aku percaya semua masalah bisa terselesaikan. Aku percaya Engkau yang Maha Kuasa. Tapi hari ini aku sedih. Jadi, biarkan aku sedih untuk hari ini saja."<br />
<br />
Udeh, semaleman itu gue nangis. Menangisi kebodohan gue sendiri. <i>And I felt that's the most horrible day within this year</i>. Di buku jurnal gue warnanya jadi hitam dan merusak lembar <i>pixels of the year </i>gue yang rata-rata berwarna oranye (amazing, fantastic day) dan kuning (really good, happy day).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqNXM4SofARH04n2Sl4aICVKuSp2m0moUAg4GbbTUFihX-e2EodlW3RAt0lo07Z9h1HOLUfah5D2DeI6hB1ZFu4IjXMGUQEQFrsWyaxd-l-pwaOD6fz6-QaT3evDLWFXGZqIqzY-AZcW4/s1600/IMG_20180908_014453.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="974" data-original-width="1600" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqNXM4SofARH04n2Sl4aICVKuSp2m0moUAg4GbbTUFihX-e2EodlW3RAt0lo07Z9h1HOLUfah5D2DeI6hB1ZFu4IjXMGUQEQFrsWyaxd-l-pwaOD6fz6-QaT3evDLWFXGZqIqzY-AZcW4/s400/IMG_20180908_014453.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Tapi besoknya, gue udah nggak ngerasa sedih sama sekali. Yang tersisa cuma tekad untuk memperbaiki keadaan separah apa pun kondisinya. Dan jurnal gue pun kembali berwarna oranye. Wakakakaka.<br />
<br />
Saran lain yang bisa gue berikan untuk orang yang gampang stress dan apa-apa dipikirin adalah, coba list kelebihanmu dan cintai dirimu sendiri. Gue percaya tiap orang punya banyak kelebihan yang nggak dimiliki orang lain. Tapi tampaknya orang yang sensitif justru paling sulit melihat kelebihan diri sendiri. Sehingga perkataan atau sikap orang lain yang merendahkan dirinya akan sangat berdampak besar. Kenapa? Soalnya mereka menganggap diri mereka sendiri rendah, dan begitu mendapat justifikasi dari orang lain bahwa mereka memang 'rendah', hancurlah sudah. Terjun bebas.<br />
<br />
Saran di atas dari awal nggak gue butuhkan karena gue suka diri gue sendiri. Gue tau persis apa kelebihan dan kekurangan gue. Sehingga gue nggak pernah peduli apa pun kata-kata orang yang mencoba merendahkan gue. Nggak akan berpengaruh karena kemampuan gue nggak akan berkurang hanya karena dikatain orang lain. Mereka ngatain kekurangan gue pun nggak akan ngaruh karena gue juga udah tau gue bego. Nggak usah diomongin lagi. Untuk hal ini, yang perlu gue kontrol adalah bagaimana supaya gue nggak meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain. Gue menahan diri supaya nggak sampai level 'sombong'. Untuk yang punya karakter kayak gue, yang penting adalah bagaimana supaya tetap rendah hati dan mau minta maaf ketika salah. Soalnya, orang kayak gini biasanya susah banget mengakui kesalahan karena selalu menganggap diri sendiri paling benar.<br />
<br />
Kebalikan banget kan sama karakter yang sebelumnya? Karena dari awal rendah diri, biasanya malah keseringan minta maaf sama orang, padahal nggak salah apa-apa. Orang yang rendah diri perlu lebih mencintai dirinya sendiri, dan orang yang percaya diri terlalu tinggi perlu belajar mencintai orang lain di sekitarnya. <br />
<br />
Yah, itu sih kira-kira. Entah jawaban macam ini bisa membantu apa nggak. Semoga sih bisa....<br />
<br />
<strike>Ini besok, eh, hari ini tugas presentasi proposal tesis pertama dikumpulin dan gue bahkan belum baca buku-buku referensinya. Mau jadi apa lo, Naaaa....</strike>nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-3166349137388366552018-09-05T00:21:00.001+07:002018-09-05T00:21:45.577+07:00Halo, Tesis :)Halo, Tesiiiss.... Akhirnya kita bertatap muka, juga. Wahahaha.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8JtYUaNJXznOSLZymUDBfu2LrsefAoSQ8ELhisTH4v95DniMcFZ94tY2HvZAyPxfVetCBB5YbZ90S6Za4BwRWwbx588GBCzxHxt0n1dF2N2bN-_3gvMWnzGywVC3_iwaNgna4TU3K7EY/s1600/3714432_smileinpain_jpeg8afc2e11352d1a0edf2892914bc05f52_sy5jyu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="616" data-original-width="583" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8JtYUaNJXznOSLZymUDBfu2LrsefAoSQ8ELhisTH4v95DniMcFZ94tY2HvZAyPxfVetCBB5YbZ90S6Za4BwRWwbx588GBCzxHxt0n1dF2N2bN-_3gvMWnzGywVC3_iwaNgna4TU3K7EY/s320/3714432_smileinpain_jpeg8afc2e11352d1a0edf2892914bc05f52_sy5jyu.jpg" width="302" /></a></div>
<br />
Di depan tersenyum bahagia, di belakang udah mulai mewek. Kira-kira bisa nggak ya ini selesai dalam satu tahun?<br />
<br />
Di postingan blog beberapa tahun lalu gue pernah ngebahas soal skripsi dan saking muaknya pernah bertekad untuk nggak kuliah lagi karena takut kejadian yang sama berulang sewaktu ngerjain skripsi.<br />
<br />
Dan di sinilah gue sekarang, menghadapi tesis :)<br />
HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA (perhatian, ini ketawa stress). Mulai stress setelah paham kalau skripsi yang gue bangga-banggakan dulu itu RECEH BANGET begitu masuk ke jenjang S2. Gue bahkan nggak berani ngasih liat skripsi gue ke dosen-dosen linguistik karena itu pasti banyak banget salahnya. Malu.<br />
<br />
Gue masuk peminatan linguistik murni, yang aslinya bisa aja topik skripsi gue diperdalam lagi untuk jadi tesis. Tapi seperti yang gue sebutkan sebelumnya. Gue malu karena itu receh banget. Yang kedua, fokus gue udah bukan ke bahasa Jepang lagi, tapi ke bahasa Indonesia. Dosen-dosen gue sih menyarankan supaya tesis sejalan dengan jurusan bahasa sewaktu S1 karena menyangkut jenjang karir. Masalahnya gue nggak mau meneruskan karir di bidang bahasa Jepang lagi. Gue justru mau pindah ke bahasa Indonesia. Karena itulah gue memutuskan untuk mengambil topik tesis seputar bahasa Indonesia. Lagipula, penelitian bahasa-bahasa asing itu udah banyak banget. Apalagi, dari negaranya masing-masing juga udah banyak linguis kece yang mengembangkan teori kebahasaan negara mereka. Sementara linguis di Indonesia itu masih sedikit. Teori kebahasaan juga masih banyak banget yang perlu digali lebih dalam. Karena itulah gue mau ambil bagian (meskipun kecil) untuk ikut mengembangkan teori bahasa Indonesia.<br />
<br />
Yah, segitu dulu. Langsung lanjut tidur...eh, penelitian.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-65376587716792333502018-06-20T02:17:00.002+07:002018-06-20T02:53:44.777+07:00Otoge itu RUMIT!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Otoge merupakan singkatan dari Otome Game yang berarti maiden game, dating sims ala Jepang. Permainan berupa simulasi atau semacam visual novel yang fokus pada heroine dengan plot utama untuk mendapatkan satu dari banyak karakter laki-laki dalam game sebagai pasangannya.<br /><br /><br />Gue nggak keliatan kayak manusia yang bakal mainan otoge, ya? Hahahahaha.<br /><br /><br /><span style="font-size: x-large;">GUE MAIN!!</span><br /><br /><br />But I quit....<br /><br /><br />Awal gue main sebenernya bukan terpengaruh sama temen-temen yang pada mainan ini. Bukan juga karena putus asa nyari sosok cowok yang sempurna macam di komik atau novel dan akhirnya terjebak dalam lingkaran setan bernama otoge *lalu dihajar*<br /><br /><br />Alasan gue main otoge itu sederhana. Gue lagi bosen baca bacaan konvensional macam novel atau komik, bahkan bacaan dari wattpad pun lagi bosen banget. Akhirnya iseng download otoge gratisan HANYA UNTUK MENDAPATKAN SUMBER BACAAN YANG BERBEDA. Yah, emang otoge itu kan semacam visual novel juga. Ada chapternya, ada plot ceritanya, dan kalau dipikir-pikir, jadi semacam cerita Goosebumps yang endingnya tergantung pilihan pembaca. Duh, kangen banget deh baca seri Goosebumps yang itu. Walaupun endingnya mati mulu sih, gue.... Wakakaka.<br /><br /><br />Jadi mulailah gue main beberapa otoge sekaligus. Soalnya, kalau cuma satu cepet banget selesainya. Masalah dengan otoge adalah, lo nggak bisa namatin satu cerita sekaligus seharian. Oke, ini aturan untuk otoge gratisan, sih. Biasanya, dalam sehari cuma bisa menyelesaikan satu chapter setelah prolog. Setelah lewat 24 jam, baru deh bisa buka chapter selanjutnya. Atau, ada juga yang pakai sistem ngumpulin poin dengan main game-game receh dalam otoge itu. Begitu poinnya cukup, baru bisa buka chapter baru. Itulah alasan gue mendownload 4-5 otoge sekaligus, biar paling nggak bisa baca 5 chapter dari 5 otoge berbeda.<br /><br /><br />Ada otoge yang ceritanya biasa aja dan karakternya juga nggak ada yang gue suka jadi bingung harus milih siapa (banyak maunya lo, Na!). Pada akhirnya otoge yang model gini gue uninstall. Tapi berhubung udah jalan beberapa chapter dan gue sebal kalau ceritanya nggak tamat, akhirnya gue liat lanjutan ceritanya di youtube. Wakakaka, banyak yang upload pas main otoge ternyata.<br /><br /><br />Tapi di antara banyak otoge yang klise, ada beberapa yang jadi favorit gue karena ceritanya cukup kece dan bisa dinikmati sebagai kesatuan novel gitu.<br /><br /><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB2e2sB7Z609PB6NG-a9bJ0m2_v9r0RJ014ekuK9Tw-9wyrm-IsIjLAYeNaZks0Z5oEkixAbK0gVMfNa1lQSUv3nOMLA4UsmpMXrX_nsA-aloyzfqyyZ6B_D0mf1sW3wz70omtuCr91uA/s1600/3241448607_1_3_ne9GJR8D.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="659" data-original-width="600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB2e2sB7Z609PB6NG-a9bJ0m2_v9r0RJ014ekuK9Tw-9wyrm-IsIjLAYeNaZks0Z5oEkixAbK0gVMfNa1lQSUv3nOMLA4UsmpMXrX_nsA-aloyzfqyyZ6B_D0mf1sW3wz70omtuCr91uA/s320/3241448607_1_3_ne9GJR8D.png" width="291" /></a></div>
Kisah Three Kingdom itu udah umum banget sebenernya. Kisah China klasik tentang tiga kerajaan yang berseteru di masa lalu. Tapi cerita ini lumayan unik. Heroinenya terlempar ke masa lalu sampai akhirnya terlibat dalam perseteruan tiga kerajaan yang dipimpin tiga raja muda di atas itu. Setelah lewat prolog, lalu heroinenya disuruh milih satu karakter.<br /><br /><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzjXoyWyONQI_eMSRsv2wUHGIiLH0wIdKf3n17F1WKzh8uKSVby561RXFe3Pa4SBFivL7pevtbsmNwhjgBI_smVeBVS0HFsgj0Bv_I3TpvO293ZT4YT-usz_7XWxDBIllQALG_HnG8AZE/s1600/750x750bb.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="750" data-original-width="422" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzjXoyWyONQI_eMSRsv2wUHGIiLH0wIdKf3n17F1WKzh8uKSVby561RXFe3Pa4SBFivL7pevtbsmNwhjgBI_smVeBVS0HFsgj0Bv_I3TpvO293ZT4YT-usz_7XWxDBIllQALG_HnG8AZE/s640/750x750bb.jpeg" width="360" /></a></div>
Dari tiga itu, udah pasti gue bakal milih Zhou Gongjin. Gue nggak suka yang gondrong macam Zhuge, atau yang sok misterius macam Cao. Zhou adalah tipikal karakter ceria yang bisa jadi kayak temen. Kayaknya asyik. Dan bener, ceritanya jadi asyik karena gue milih dia. Dialog dan ekspresinya selalu lucu. Apalagi waktu dia ikut kelempar balik bareng heroinenya ke masa depan. Macam Minho (The Maze Runner Series) ngeliat taksi. Heboh. Wahahaha. Pada akhirnya harus pisah sih karena emang beda zaman. Tapi ceritanya cukup seru.<br /><br /><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUFPC999s3j09Gf_GryKm-VNdYR0rE_S4vMtt4-I9NRBq8Hm8KX-7FPcnL8OygwvBE7jEyMCcN3ZjY1PC0grSeiKA5oTxZ2WkzJUV49USXpoSEDI1OtulKKQy6tni0WUbyYIP3iTNiRZ4/s1600/p3-love-game-z-20140110.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1132" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUFPC999s3j09Gf_GryKm-VNdYR0rE_S4vMtt4-I9NRBq8Hm8KX-7FPcnL8OygwvBE7jEyMCcN3ZjY1PC0grSeiKA5oTxZ2WkzJUV49USXpoSEDI1OtulKKQy6tni0WUbyYIP3iTNiRZ4/s400/p3-love-game-z-20140110.jpg" width="282" /></a></div>
Yang selanjutnya adalah tentang ninja. Di cerita ini, heroinenya terpaksa nyamar jadi ninja cowok karena satu alasan dan dilatih oleh salah satu ninja senior. Wait, bener nggak ya ceritanya? Gue lupa banget.... Pokoknya gitu deh kira-kira. Dan heroinenya akhirnya milih mau dilatih sama siapa.<br /><br /><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7qjQXzaq4KMPRwISPtwKtlLmdI2R63tdDHWULpOtW5RDMOpz6rW_aNJNrCJtt3wOxvyib6V7juHAutfQZ7PkyN4iU-5aD3DTEwiFMJN9tVLa4kMYeuEcVVX6rRd2cw72GzyGhiJwTe5E/s1600/untitledsassarutobi.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="454" data-original-width="958" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7qjQXzaq4KMPRwISPtwKtlLmdI2R63tdDHWULpOtW5RDMOpz6rW_aNJNrCJtt3wOxvyib6V7juHAutfQZ7PkyN4iU-5aD3DTEwiFMJN9tVLa4kMYeuEcVVX6rRd2cw72GzyGhiJwTe5E/s400/untitledsassarutobi.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaxRu6nRP2UUxnqBNef-9nYIrpK5-JOJpFUevHfj-SPXEC53iNufaTeTSBWyTNTKd_nWnMSRCORomkZI7p9HC4a53vOePF-BgNghdwf4wAd4LP1EbCYnGWk7vfCn3jk6XL_1fDIkPR_HA/s1600/ninjalove_ft-1170x680.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="680" data-original-width="1170" height="370" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaxRu6nRP2UUxnqBNef-9nYIrpK5-JOJpFUevHfj-SPXEC53iNufaTeTSBWyTNTKd_nWnMSRCORomkZI7p9HC4a53vOePF-BgNghdwf4wAd4LP1EbCYnGWk7vfCn3jk6XL_1fDIkPR_HA/s640/ninjalove_ft-1170x680.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Daaan, seperti yang mungkin udah bisa kalian tebak, gue milih Sasuke Sarutobi, a young, cheerful and reckless ninja. Tipikal osananajimi (teman sepermainan waktu kecil), hoho. <br />
<br />Pas game ini, gue mulai meracuni Zu buat ikutan main. Dan dia milihnya Saito, si tsundere. Wakakakaka. KOK GUE PENGIN NGAKAK!! Yeh, suka-suka doi lah.<br /><br />Beda dari otoge yang gue mainin sebelumnya, yang ini ada love meternya. Jadi dapet good/bad endingnya tergantung sampai mana love meternya. Dan disinilah gue baru tau kalo I'M SUCK AT THIS KIND OF GAME. Pilihan yang gue dapet selalu dapet poin terkecil (entah kenapa). Gue milih jawaban sesuai diri sendiri, poinnya kecil, milih jawaban dengan mengira-ngira jawaban apa yang diinginkan sama Sasuke juga tetep aja dapet poin kecil. Maunya apaaaaaaaa?? Sementara itu Zu selalu dapet poin tertinggi (entah kenapa). Gue pada akhirnya dapet good ending gara-gara jago mainan game recehnya. Gue selalu dapet love potion yang jarang-jarang ada. Dan dengan ramuan itu, gue meninggikan love meternya. Wakakaka. Curang banget. Yah, tapi keberuntungan juga kan termasuk kekuatan tersendiri :v #heh #bodoah<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlCYPHfHBm4qQxP7-phDwO_zLMuXT4-iubvg2U8uHNU_l1ZLgvEARQyoLlVTubUlufSlIWAWW6XUX6YXobyUfNR2ExD5tGCKa6mn26HqX79IRizh0XYSxwdH20UuipXXdcAF1UB22Ai8s/s1600/destiny+ninja.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlCYPHfHBm4qQxP7-phDwO_zLMuXT4-iubvg2U8uHNU_l1ZLgvEARQyoLlVTubUlufSlIWAWW6XUX6YXobyUfNR2ExD5tGCKa6mn26HqX79IRizh0XYSxwdH20UuipXXdcAF1UB22Ai8s/s640/destiny+ninja.jpg" width="640" /></a><br />Yang berikutnya masih tentang ninja. Tapi yang ini gambarnya lebih kece. Ceritanya (kalau nggak salah) heroinenya punya tugas penting nganterin pusaka ke suatu kota. Dan dia harus milih dua ninja untuk nemenin. Uniknya, ninja-ninja yang ada itu berdasarkan musim, dan tiap musim direpresentasikan oleh 2 ninja. Dan gue suka banget sama Winter bersaudara :3<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXXyRTpG_1ARdNT3uk-rSggtlmAt-XY5_zA4p7h57goMV6JoIqk3mCZQEcbFkzBBZulCQGJCUVd7m-75T9XHSHVKAI-mKA5zdIUXERYn-vJQAyngkwtd_-xGGue7K5OjEo-ZU_00ENAJY/s1600/9fa24e2374888b36a384c015f9116aa9.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="480" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXXyRTpG_1ARdNT3uk-rSggtlmAt-XY5_zA4p7h57goMV6JoIqk3mCZQEcbFkzBBZulCQGJCUVd7m-75T9XHSHVKAI-mKA5zdIUXERYn-vJQAyngkwtd_-xGGue7K5OjEo-ZU_00ENAJY/s320/9fa24e2374888b36a384c015f9116aa9.png" width="320" /></a><br />
Ran sama Fuyukikuuu... KECE BANGET IH!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz3doAxh5CWxkTXhkJ4lUZJjvCFHf5hLfjVXkeZ_dU02azeyz2fFurxj4pzWrYR5iSTy9WYcNpmjFF0NaLUQdas6dpFzU6dVrsfJC3GLePYpE1iwoqwEAdSaebtY4gw6bK0q1B6EenuoM/s1600/img_07.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="763" data-original-width="466" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhz3doAxh5CWxkTXhkJ4lUZJjvCFHf5hLfjVXkeZ_dU02azeyz2fFurxj4pzWrYR5iSTy9WYcNpmjFF0NaLUQdas6dpFzU6dVrsfJC3GLePYpE1iwoqwEAdSaebtY4gw6bK0q1B6EenuoM/s640/img_07.jpg" width="388" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2et9pJ6J3iPMZy342oOMiH3vIENNEcgKqG77S5I2eBUVVHks4YV2jFaQKQx2xBhe4nk9oMH0vwZEi0AlW0rv8xE1610bGBtlNQzBnOOXhAmvdZMW08Se0F0oKChG0wIgye6jtNckyJXQ/s1600/Ran_character_description_%25281%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="763" data-original-width="466" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2et9pJ6J3iPMZy342oOMiH3vIENNEcgKqG77S5I2eBUVVHks4YV2jFaQKQx2xBhe4nk9oMH0vwZEi0AlW0rv8xE1610bGBtlNQzBnOOXhAmvdZMW08Se0F0oKChG0wIgye6jtNckyJXQ/s640/Ran_character_description_%25281%2529.jpg" width="390" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Ran tipikal yang ceria dan Fuyukiku yang kalem. SUKA BANGET TOPENGNYAAAA!!! <br /><br />Tadinya mau milih Ran, tapi plot dengan pilihan Ran belum tersedia, hiks. Akhirnya pilihan kedua jatuh padaaa....<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHb0gEARYZIjxLvDkSYKRbSo7xCHxrFIxfX7t6iQaxvcWsHODnVl5JRnBRzQY95Wzkj24ntTia341CVr8mYzeay-X2QjncKWHdSNQ6ey1ddJZmR1hr8lS7fVy930f5ieIq7Z3pSjhOsoM/s1600/Rindoh_character_description.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="763" data-original-width="466" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHb0gEARYZIjxLvDkSYKRbSo7xCHxrFIxfX7t6iQaxvcWsHODnVl5JRnBRzQY95Wzkj24ntTia341CVr8mYzeay-X2QjncKWHdSNQ6ey1ddJZmR1hr8lS7fVy930f5ieIq7Z3pSjhOsoM/s640/Rindoh_character_description.jpg" width="390" /></a><br />Rindoh, ketua dari semua ninja yang ada. Tipikal oniichan yang bisa menenangkan ninja-ninja bocah yang selalu ribut kalau pada ngumpul. POKOKNYA DEWASA BANGET! Mirip Keichan, atau Hase Tenma di Hana Nochi Hare. Super, lah.... <br /><br />Sejujurnya yang ini gue nggak terlalu inget ceritanya, sih. Pokoknya lumayan bagus. Dan ending yang gue dapet juga bagus.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn80r4nfzAWWVbOKKeeviK5TEnxx8yhXF6UQKr5lTUsbVIp92tF8vwk3XUEkiP3dGxgZPb1ptaSVhmWAJxcSUXpDrfgiMPdRQP8Ev8cGFCuK30Gai4Y6W-Nhm4G-2us-aNnJ-IYvlfs8g/s1600/originallost+island.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="629" data-original-width="481" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn80r4nfzAWWVbOKKeeviK5TEnxx8yhXF6UQKr5lTUsbVIp92tF8vwk3XUEkiP3dGxgZPb1ptaSVhmWAJxcSUXpDrfgiMPdRQP8Ev8cGFCuK30Gai4Y6W-Nhm4G-2us-aNnJ-IYvlfs8g/s640/originallost+island.png" width="488" /></a><br />Yang terakhir ini adalah otoge yang paling favorit dan gue masih lumayan inget detail ceritanya gimana. Heroinenya adalah seorang peneliti yang dikirim ke satu pulau terpencil yang diduga terinfeksi virus mematikan. Si heroine bekerjasama dengan tim kecil di pulau, yaitu peneliti senior, dua pengawal dan pimpinan tim. Ternyata virus yang menyerang pulau itu adalah virus yang menyebabkan seseorang menjadi zombie. Nah, sambil melakukan penelitian, tim ini kejar-kejaran sama zombie. Lumayan seru lah pokoknya. Ada beberapa twist tak terduga juga. Setelah prolog, heroinenya milih salah satu orang. Nanti, pas masuk cerita, orang itulah yang paling sering interaksi sama si heroine. Gue menikmati ceritanya sebagai novel thriller karena emang romancenya dikit dan nggak terlalu kental. Paling pas ending doang, sih. Dan gue juga dapet ending yang cukup bagus. Gue juga sempet bikin cerita yang terinspirasi dari game ini, walaupun mandeg tengah jalan, sih. Wahahaha.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRFVp1apsy2FeuBq1vWlJHeTzqC2_U5feg2biTxxKVzd1ErBpcEZoIedxLoiTyC3a4HXKwKbYhdPE_OaLTE8huoqwXPam7WHeYr5d0-0GmbYGaHpb7rT3QrgVq2jKeePKkjkXCpSztmDY/s1600/unnamed3.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="600" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRFVp1apsy2FeuBq1vWlJHeTzqC2_U5feg2biTxxKVzd1ErBpcEZoIedxLoiTyC3a4HXKwKbYhdPE_OaLTE8huoqwXPam7WHeYr5d0-0GmbYGaHpb7rT3QrgVq2jKeePKkjkXCpSztmDY/s640/unnamed3.png" width="425" /></a><br />Di otoge ini emang ada tipikal karakter ceria yang biasanya gue pilih. Masalahnya. Terlalu bocah kalau dibandingin sama heroinenya yang ceritanya udah jadi peneliti. Pedo banget. Jadilah gue milih karakter yang lain.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdzBECEczEpb2vA85MK8PqtPfhLjvqNmofAhgy2R8gqEw9k0cA9Cp46Fat0wrO_QHKXzE9rrj5ZgilbM4l_dxuM7m5omwYUR5uyoEggopqUV-EblYe7aLL9v5YCh-HsOvGessi1C-Gbrg/s1600/Screenshots_2014-03-31-14-56-44.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdzBECEczEpb2vA85MK8PqtPfhLjvqNmofAhgy2R8gqEw9k0cA9Cp46Fat0wrO_QHKXzE9rrj5ZgilbM4l_dxuM7m5omwYUR5uyoEggopqUV-EblYe7aLL9v5YCh-HsOvGessi1C-Gbrg/s400/Screenshots_2014-03-31-14-56-44.png" width="225" /></a><br />Pilihan pertama jatuh pada Lionel. Tipikal yang mirip banget sama Eiibi di Hana Nochi Hare. Doyan olahraga, kaku dan super nggak peka. Wakakaka. Kocak.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZz8M4KsOJ262m6hhc77anVLhabXMWGi1DSLlIz8R8b9ST8MCMRKz_crgSbectrc6CZ7u-xeIjDWLSxubm6yUspxsw_ajuXSsplPbFLeIypvIw5eSt3AQ6fzOnTWEYoOk8IKEkDNDDC6s/s1600/Screenshot_2014-03-31-14-55-59.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="900" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZz8M4KsOJ262m6hhc77anVLhabXMWGi1DSLlIz8R8b9ST8MCMRKz_crgSbectrc6CZ7u-xeIjDWLSxubm6yUspxsw_ajuXSsplPbFLeIypvIw5eSt3AQ6fzOnTWEYoOk8IKEkDNDDC6s/s400/Screenshot_2014-03-31-14-55-59.png" width="225" /></a><br />Yang kedua, gue pilih Ryo. Ini satu-satunya otoge yang bikin gue cukup kepo sama plot cerita karakter lain. Meskipun, tokoh yang lain nggak gue lanjutin gara-gara gondrong dan oom-oom banget :v malas....<br /><br />Setelah main ini, gue merekomendasikan sama Ruru yang emang udah sering main dan expert banget main otoge. Berhubung beliau juga suka cerita thriller, yaudah, gue berpikir cerita ini pas. Nggak banyak romancenya juga.<br /><br />Tapiii....<br /><br />Begitu Ruru selesai main, gue diprotes.<br /><br />"Ih, Nana mah rekomendasiin yang ada begituannya..."<br /><br />HAH? DI MANANYA?<br /><br />Perasaan gue ini ceritanya biasa banget nggak ada apa-apanya. Tapi ternyata kalau dapet good ending, ada gituannya. <br /><br />HAAAAAAAAAAAHH?? BERARTI GUE TUH DAPETNYA BAD ENDING GETOOOH? ASTAGAAAA.... <br /><br />Emang dah, payah banget gue mainan ginian. <br /><br />Beberapa waktu setelah itu, gue pun ngomong ke Zu soal ini. Dan dia bilang "Emang hampir semuanya ada adegan begituannya kalik...."<br /><br /><span style="font-size: x-large;">WAT!???</span><br /><br />Lalu selama ini gue mainan apaaaaaaa???<br /><br />Itu artinya selama ini gue main nggak pernah dapet good ending, ya? orz<br /><br />Gue pun dilema, harus seneng karena aman nggak dapet adegan begitu, atau sedih karena menyadari gue bukan payah lagi tapi SUPER PAYAH CUPU DAN CEMEN BANGET MAINAN OTOGE.<br /><br />Mungkin itulah yang bikin gue akhirnya berhenti main. Apalah gue yang cuma jago mainin minesweeper....<br />
<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvaR2YObtc-8T5I2i4QTcpgkakn__VUkY_7bC3eDlJG2h6tXm898DFCGM2Q2tfOQjhNdC3Qbs3Oz5UeHTHeOD6N0MMT2FFfFe-tR_ZvQldpt67i184PkhVDgdAyqUsuZ-sX9VEXHQOssQ/s1600/og_image.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="630" data-original-width="1200" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvaR2YObtc-8T5I2i4QTcpgkakn__VUkY_7bC3eDlJG2h6tXm898DFCGM2Q2tfOQjhNdC3Qbs3Oz5UeHTHeOD6N0MMT2FFfFe-tR_ZvQldpt67i184PkhVDgdAyqUsuZ-sX9VEXHQOssQ/s640/og_image.jpg" width="640" /></a><br />Pernah rekor menyelesaikan level ini hanya dalam 70 detik (tapi harus pake mouse)<br /><br />Udah lama nggak main otoge, hari ini iseng liat video orang main otoge di youtube, dan gue terpukau. Tanpa pernah main otoge yang sama sebelumnya, dia bisa tau mana pilihan yang tepat supaya dapet good ending!! Karena orangnya juga banyak komen pas main, gue jadi tau gimana dia menganalisis karakter yang dia incar, baru mengambil pilihan-pilihan sesuai dengan si karakter itu. Jago bangeet! Kok dia bisa tau, sih!? Gimana caranyaaaa??<br /><br />Tapi sudahlah, gue udah nggak punya minat buat nyoba lagi. Biar orang lain aja yang main. Kalau gue mau tau ceritanya, tinggal ke youtube. Atau balik ke media konvensional, novel atau komik. Wakakaka. nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-6615023546584265092018-05-28T22:56:00.001+07:002018-05-28T22:56:40.230+07:00Let's Move On! Shall We?Lupakan postingan gue sebelum ini. Anggep aja nggak ada. Ahahaha.<br />
<br />
Yah, nggak bakal dihapus juga, sih. Memang awal-awal menyenangkan ada di Plukme!, walaupun nggak bertahan lama. Udah telanjur disebut, jadi, bodo amat.<br />
<br />
Beberapa hari belakangan memang heboh banget tuh soal platform yang awalnya mengaku sebagai platform menulis tapi ala media sosial seperti facebook. Kehebohan juga sebenarnya terjadi dengan tidak sengaja, sih. Tapi karena diungkit-ungkit terus, masalahnya bukan selesai, malah jadi tambah besar.<br />
<br />
Tapi sudahlah. Ini tujuan nulisnya bukan soal itu, kok. Sakit hati beberapa hari yang lalu udah mulai ilang tak berbekas. Akoh kan berhati baja. Cuih.<br />
<br />
Nggak masalah kok kalau ada yang nggak sependapat dan masih nggak bosan-bosannya nyinyir walaupun guenya juga udah out dari sana. Toh gue kagak baca ini. Kagak ngaruuuhh!! Haha. Lagian, dengan terus menyindir nggak elegan gitu, yang masih waras di sana pasti nyadar juga ada yang salah dengan platform yang satu itu.<br />
<br />
Intinya, gue mah udah move on. Dari dulu, gue cepat move on, kok! Lagian kunci move on itu cuma satu. Asal mau! Kalau susah move on, berarti emang dalam hati masih nggak mau move on, gitu aja.<br />
<br />
Ini asalnya mau nulis sesuatu yang beda dan baru, tapi masih kepikiran deadline buat kamis besok dan minggu depannya lagi. Kutaksanggupmengerjakansemuanyabersamaan @_@<br /><br />Jadiiii.... Cauw dulu, deh. Pankapan aku kembaliii.... Mau review beberapa film yang ditonton beberapa bulan terakhir. Kebanyakan bikin mewek, sih. Hiks....<br />
<br />
nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-88743448536656598482018-05-11T11:16:00.001+07:002018-05-11T11:16:29.689+07:00Apakah Ini Akhir Kejayaan Blog?Multiply, Wordpress, Blogspot, Facebook, Twitter, Instagram, Wattpad, dan sekarang... Plukme!<br />
<br />
Yah, memang nggak semuanya merupakan portal khusus menulis, sih. Dan walaupun punya semuanya, gue masih lumayan rajin nulis blog, kok. Tapi.... Nggak setelah bikin akun Plukme!<br />
<br />
Gara-gara portal menulis baru itu, aktifitas gue di blog seakan mati. Padahal, sebelum ini gue nggak terlalu peduli blog ini ada yang mau baca apa nggak, yang penting gue nulis, gitu. Itu pun adalah usaha untuk <i>denial </i>atau menolak kenyataan bahwa memang menulis di blog udah nggak jaman. Beberapa tahun yang lalu, tiap nulis postingan di blog pasti ada aja yang komen, kadang sampe rame banget, terutama dari temen-temen yang saling follow blog. Sekarang sih jarang banget. Paling Ruru yang komen. Itu juga setelah gue naro tautan postingan blognya di FB atau twitter. Wakakaka. Yang lain biasanya langsung komen di postingan FB atau twitternya. Beberapa tahun lalu juga, kalau lagi bosen dan nyari bacaan ringan, ya ngubek-ngubek feed blogspot. Kali aja ada temen yang posting tulisan di blognya. Tapi sekarang feed mendekati nol. Hampir udah nggak ada yang posting di blog lagi.<br />
<br />
Alasan paling utama ya... Pastinya karena semakin banyak portal menulis bertebaran. Selain yang gue ikutin itu, masih banyak lagi portal menulis kayak medium, sweek, basabasi, mojok, dll. Selain itu, media sosial juga menjadi salah satu penyebab lunturnya kejayaan blog. Mungkin karena memang lebih sederhana dan lebih mudah daripada harus buka blog dan menulis untuk satu postingan panjang. Belum lagi mengatur gambar, font, atau tautan yang diinginkan.<br />
<br />
Biasanya, gue suka menulis artikel juga di blog. Mulai dari artikel yang receh sampai yang cukup serius. Tapi itu berubah sejak ada Plukme. Sejak bergabung, gue selalu menulis artikel di sana. Tentunya karena dapat benefit, sih. Dan berhubung konten dari plukme nggak bisa disalin tempel, jadilah artikel-artikel gue nangkring di sana dan blog ini semakin nggak berfaedah isinya. Soalnya dari awal isi blog random ini adalah curhatan, resensi film, dan artikel (kalau lagi bener). Sekarang isinya jadi curhatan doang, deh. Wakakakaka.<br />
<br />
Menyesal? Well, nggak juga, sih. Dari dulu dunia digital berkembang sangat cepat. Dan gue aja yang mungkin terlalu lelet untuk mengikutinya. Jadi masih suka susah untuk melepas yang lama. Termasuk, blog ini....<br />
<br />
Walaupun begitu, mungkin blog ini tetap akan gue pertahankan, sih. Soalnya larangan salin-tempel tulisan sendiri yang ada di Plukme itu cukup mengganggu (masuk akal sih karena tulisan yang disana udah dapet benefit sendiri yang benar-benar bisa diuangkan), sehingga gue juga nggak mungkin nulis semuanya di Plukme. Masih ada konten-konten yang mau gue pake lagi di saat-saat tertentu. Dan mungkin sebaiknya yang begitu gue posting di tempat lain, termasuk blog ini. Kayak cerpen atau cerita-cerita gitu, rasanya sayang banget mau post di Plukme. Mending posting di portal menulis yang khusus untuk cerita.<br />
<br />
Well, itu aja sih curhatan untuk blog kali ini. Pankapan nulis di blog lagi....<br />
Semoga....<br />
<br />
<br />nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-41994569564224891592017-12-05T01:42:00.003+07:002017-12-05T07:26:43.209+07:00My Other FamilyWaktu itu pernah janji mau ngebahas ini, tapi lupa terus. Baru kepikiran beberapa hari yang lalu pas iseng lihat-lihat folder foto.<br />
<br />
6 tahun yang lalu, gue punya keluarga lain di Jepang. Gue ketemu mereka sewaktu jadi salah satu peserta program JENESYS dari Japan Fondation. JF menyediakan keluarga home stay di Jepang dengan mencocokkan keluarga yang gue inginkan dan anak asuh yang keluarga itu inginkan. Gue sebenernya nggak banyak ngasih syarat. Kalau nggak salah inget, yang paling penting itu "nggak pelihara anjing di rumah". Selain karena takut kena liurnya, gue emang takut anjing, sih. Berasa bakal digigit terus kalau liat.<br />
<br />
Dan dengan syarat singkat yang gue tulis itu, dipertemukanlah gue dengan keluarga Matano. Yang menjemput gue di asrama adalah okaasan (Youko), anak laki-lakinya (Ryuuto), dan neneknya Ryuuto yang gue panggil obaasan (sampe sekarang gue nggak tau namanya karena kayaknya nggak sopan aja gitu mau nanya). Bersama temen gue dari Vietnam, Chii, kita berlima jalan-jalan ke Wakayama. Di sana pemandangannya indah banget. Bahkan kalau dipikir-pikir, Wakayama adalah tempat yang bikin gue pengin balik lagi dan lagi ke sana. Padahal nggak terlalu beken dan nggak ada tempat wisata yang wah banget di sana. Pertama kali ke Wakayama, gue banyak ngobrol sama okaasan. Karena saat itu bahasa Jepangnya chii nggak bagus-bagus banget, dan dia nggak ngerti bahasa Inggris, jadi gue semacam jadi penerjemahnya Chii juga.<br />
<br />
Setelah dari Wakayama, kami pun pulang ke rumah okaasan. Dan di sana, ketemu sama otousan yang sehat dan sangat ceria. Gue suka banget selera humornya otousan. Saat itu, Ryuu masih kecil banget dan masih malu-malu untuk diajak ngomong. Jadi, gue nggak inget banyak apa yang gue obrolin sama Ryuuchan.<br />
<br />
Sebenernya saat itu nggak bisa dibilang homestay juga, sih. Karena gue dan Chii nggak nginep di rumah mereka. Kami berdua langsung diantar pulang ke asrama malamnya.<br />
<br />
Kami ketemu lagi sama keluarga Matano sewaktu acara perpisahan yang diadain di JF Kansai. Awalnya sih ngomongin pembelajaran di JF. Tapi begitu obrolan masuk ke arah komunikasi setelah perpisahan itu, gue nangis. Rasanya nggak pengin pisah. Masalahnya gue merasa nge-klik banget sama okaasan. Dan Okaasan bukan kayak kebanyakan orang Jepang yang terlalu menjaga batasan sama orang baru. Mungkin karena dia orang Oosaka. Okaasan dan keluarganya sangat blak-blakan kalau ngomong. Jadi gue bisa ngomong banyak hal, bahkan menyangkut kepercayaan mereka dan gaya hidup orang Jepang. Bareng mereka juga gue belajar untuk menjelaskan kepercayaan gue dan makna dari pakaian yang gue pake dengan bahasa Jepang. Nggak gampang memang. But I did it :)<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeoxfBiTWS7y4_gUKbbgoE4VZLd7pjeOjbOw3Bj9FUjj51BQhiS3hc4JGyB930qj4PvUBfReibxEu1L2yDtFuOvv25VGPcyRxq16rjrwLG8ZqgXl9HJWMtf6YoX0ar3qvouINISAkl3nE/s1600/PhotoGrid_1512408598443.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeoxfBiTWS7y4_gUKbbgoE4VZLd7pjeOjbOw3Bj9FUjj51BQhiS3hc4JGyB930qj4PvUBfReibxEu1L2yDtFuOvv25VGPcyRxq16rjrwLG8ZqgXl9HJWMtf6YoX0ar3qvouINISAkl3nE/s400/PhotoGrid_1512408598443.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Waktu perpisahan di JF Kansai. Ryuuchan masih bocah xD</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Perpisahan itu terasa berat buat gue. Tapi jadi nggak terlalu terasa menyedihkan karena okaasan ternyata suka surat-suratan juga. Jadi begitu balik ke Indonesia, gue sering berkirim surat, kartu pos dan hadiah-hadiah ke okaasan. Sewaktu ngasih kabar soal nyokap gue yang dipanggil Allah, okaasan ngirimin gue surat berlembar-lembar untuk ngasih semangat dan penghiburan. Bener-bener berasa punya ibu satu lagi :')<br />
<br />
Saat itu, sebenernya gue punya kontak LINE okaasan. Tapi entahlah, kami berdua lebih suka surat-suratan. Karena menanti suratnya membuat gue seneng. Nulis balasan surat juga membuat gue seneng karena bisa belajar gimana mengungkapkan banyak hal yang ingin diceritakan ke dalam beberapa lembar kertas.<br />
<br />
Nggak lama setelah itu, okaasan ngasih kabar lewat surat kalau otousan divonis kanker. Gue shock banget waktu itu. Gantian gue yang nulis surat untuk menenangkan dan menghibur okaasan. Tapi sejujurnya gue nggak tau harus nulis apa. Karena gue sama shocknya dan sama sedihnya. Waktu itu, gue bertekad untuk balik ke sana dan ketemu otousan selagi masih sempet.<br />
<br />
Sampai akhirnya gue berkesempatan untuk ke sana lagi dua tahun lalu. Walaupun ada macem-macem, ketemu otousan adalah prioritas gue. Dan kali ini, gue beneran home stay di sana. Sebelum gue ke sana, okaasan nanya apa-apa aja yang gue butuhkan, dan makanan apa yang bisa atau nggak bisa gue makan. Dan gue nggak nyangka demi gue, okaasan bela-belain beli futon baru :') Dan supaya gue nyaman untuk shalat dan lain-lain, gue dikasih satu kamar sendiri. Di kamar otousan. Waktu itu gue merasa nggak enak banget karena berasa ngusir otousan dari kamarnya (di satu sisi juga bingung kenapa otousan punya kamar sendiri, nggak bareng okaasan atau ryuuchan x'D). Tapi abis itu okaasan bilang kalau otousan emang nggak bisa tidur bareng orang lain, dan biasanya juga tidur di rumah obaasan. Jadi nggak masalah.<br />
<br />
Begitu gue dateng ke sana, gue dijemput okaasan di stasiun, dan disambut Ryuuchan di rumah. Dan kalimat pertama yang diucapkan Ryuuchan adalah "selamat pagi. Apa kabar?" sambil liat catatan di kertas. AAAA~ RYUUCHAN CHOUKAWAII!!! *peluk*<br />
<br />
Abis itu gue dimasakin makanan yang serba sayur dan seafood. Gue nggak ikut bantu masak karena takut malah bikin berantakan. Tapi karena ngeliat gue yang pengin bantu, akhirnya dikasih sayur-sayuran yang harus dipotong-potong. Sementara itu Ryuu di pojokan main game terus. Dia berubah jadi gamer :v Abis itu gue ikutan main juga, sih.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOw5AV3vlKgjGXhzx9LUHHKeUjztuRbq_IlcTKVjYjntGYiN-8GnchYKF64T_GCMR-_L35zhHaGEjG8JWiaJZX04no-XwtxmnBDMKNqngn4hRvMAZkTo4h4DI8BOynKUu_CTnxMGVO9_E/s1600/PhotoGrid_1512408697210.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOw5AV3vlKgjGXhzx9LUHHKeUjztuRbq_IlcTKVjYjntGYiN-8GnchYKF64T_GCMR-_L35zhHaGEjG8JWiaJZX04no-XwtxmnBDMKNqngn4hRvMAZkTo4h4DI8BOynKUu_CTnxMGVO9_E/s400/PhotoGrid_1512408697210.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jangan main mulu, Dek... :p</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Nggak lama selesai makan, otousan pulang dari kerjaannya. Gue pun penasaran dan bertanya-tanya kenapa otousan masih kerja. Dan otousan bilang dia udah baikan setelah beberapa kali perawatan dan kemo. Dan dia nggak bisa menahan diri terus di rumah, mending kerja. Tipikal orang Jepang sekaleh.... Gue bawain oleh-oleh baju batik dari Indonesia, tapi sayangnya nggak muat sama otousan. Padahal itu udah ukuran paling gede. Hiks.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNumTkh3k2i1yi4vK5cMrMsMzlVyXC4sLsDp7wOCzpwTdKA1YOPBHgK5ZG6ujMGCRtbPtoZV93BMBfrChKLZg2UZpDa9IYo5rA4VT-HTKBS429tucvZ-OqFUA7KgMonvZSnfL0A8H0oYk/s1600/PhotoGrid_1512408811108.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNumTkh3k2i1yi4vK5cMrMsMzlVyXC4sLsDp7wOCzpwTdKA1YOPBHgK5ZG6ujMGCRtbPtoZV93BMBfrChKLZg2UZpDa9IYo5rA4VT-HTKBS429tucvZ-OqFUA7KgMonvZSnfL0A8H0oYk/s400/PhotoGrid_1512408811108.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Otousan kembali sehat abis kemo</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Malamnya, setelah semua tidur, gue dan okaasan ngobrol. Mencoba mengejar kabar-kabar yang terlewat selama 4 tahun nggak ketemu. Dan itu sampe jam 2 nggak tidur akhirnya. Hehe. Banyak banget yang diobrolin sama okaasan waktu itu. Ada banyak hal-hal pribadi yang kita omongin, yang sekali lagi gue nggak nyangka bisa ngobrolin itu sama orang Jepang. Dan itu--sekali lagi--membuat gue sadar kalau okaasan beda sama orang Jepang kebanyakan. Dia nggak ragu-ragu untuk membagi rahasia dan hal-hal pribadinya sama gue. Dan di akhir percakapan, dia pun bilang kalau nyaman ngomong sama gue karena gue orang yang terbuka dan nggak masalah melakukan deep conversation--sesuatu yang sulit dia dapat kalau ngobrol sama orang Jepang lainnya.<br />
<br />
Pertemuan itu membuat gue sedikit tenang karena otousan udah membaik. Setelah pulang ke Indonesia, gue sulit untuk surat-suratan karena bener-bener lagi nomaden dan susah ngasih satu alamat yang pasti. Jadilah komunikasi lewat LINE. Sayangnya, tahun ini hampir nggak pernah komunikasi karena guenya sibuk banget, dan okaasan juga jarang nongol di facebook. Sampai akhirnya begitu gue inget dan mau menghubungi lagi via LINE, okaasan posting foto-foto baru di facebook. Dan gue pun mendapat kabar kalau otousan udah nggak ada sejak beberapa bulan yang lalu.... :'(<br />
<br />
Okaasan emang sengaja nggak ngasih kabar ke siapa-siapa soal itu sampai akhirnya siap. Okaasan dan ryuuchan pun sempet liburan ke Paris untuk menghibur diri. Sekarang, komunikasi sama okaasan jalan lagi kayak biasa. Dan banyak hal-hal yang mau gue omongin dan belum sempet cerita. Begitu okaasan tau gue lanjut S2 untuk jadi dosen, malah ditawarin untuk kerja di sana karena pasti banyak lowongan untuk orang kayak gue.<br />
<br />
Duh, sekangen-kangennya sama okaasan, tetep aja males buat kerja di Jepang mah. Ntar yah kaasan, kapan-kapan ajah akoh main ke sana lagi, ketemu Ryuuchan yang udah gede dan ngganteng :vnana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-73836170467641035862017-11-28T21:08:00.000+07:002017-11-28T21:08:54.334+07:00Tokoh Antagonis dalam Cerita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEpIXbZ2trBMABCuKEP_QEd6Ysp7jydNUAeUQlO19YGU_tNn_w0U9nDFrO0QkhSUJ6sAaALmmTv4XuA0EDFa7e4crBNrpQzh4V2RxY_dzEMDISeMWtrFSA2Dp8EZN3Xyt2asby8lymmPY/s1600/father.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="750" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEpIXbZ2trBMABCuKEP_QEd6Ysp7jydNUAeUQlO19YGU_tNn_w0U9nDFrO0QkhSUJ6sAaALmmTv4XuA0EDFa7e4crBNrpQzh4V2RxY_dzEMDISeMWtrFSA2Dp8EZN3Xyt2asby8lymmPY/s400/father.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>"It's a chimera that talks like a human." <span style="line-height: 107%;"> —Shou Tucker (Fullmetal Alchemist)</span></b></span></span><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b><span style="line-height: 107%;">"Get in the fucking robot" </span><span style="line-height: 107%;">—Gendo Ikari (Neon Genesis Evangelion)</span></b></span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Yu Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Dua quote fenomenal yang membuat dua makhluk di atas menjadi tokoh antagonis di antara antagonis lain di dunia animanga. Siapa sih yang nggak inget adegan Ikari dipaksa bapaknya masuk Eva meski dia udah pasang tampang melas kalau dia nggak tau apa-apa soal Eva?</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisiZfJklydljocSEi38SyKdbxMVfFv4qyljdxZs696-YKXWC57FKradMXeOFrOzJmaASAZs2-9g3mBpckPmgFApmk6SfHWIfZsP9Tmwf2Po41UPbOUUd7heWfi0WqsYKtCwvJTTX-Qq0I/s1600/416e64b2733047d83894bd0955ff5b30c074e471_hq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="682" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisiZfJklydljocSEi38SyKdbxMVfFv4qyljdxZs696-YKXWC57FKradMXeOFrOzJmaASAZs2-9g3mBpckPmgFApmk6SfHWIfZsP9Tmwf2Po41UPbOUUd7heWfi0WqsYKtCwvJTTX-Qq0I/s320/416e64b2733047d83894bd0955ff5b30c074e471_hq.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Siapa yang tega sama Ikari yang punya muka super melas begini? Bapaknya sendiri!</td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Yu Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Atau, siapa sih yang nggak inget kejadian anak perempuan bernama Nina yang tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba bapaknya muncul memperkenalkan hasil eksperimennya yang baru, chimera yang bisa berbicara seperti manusia?</span><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Yu Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--></span><br />
<span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Yu Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-family: "Calibri",sans-serif; font-size: 11.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: "Yu Mincho"; mso-fareast-language: JA; mso-fareast-theme-font: minor-fareast; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzpaWEH6jw-vO9RFeOVVwR_UBWx_cXm5OVBxPMIhA8FtK1GhCcjKKd6KLB5gc0YHL9FB59n4mfKMnnyHg5hdcgraKI8uDaSOycUraJbYk-WNqAz_v-elXLnFArcY5rxTCF9HPfsVCr0KQ/s1600/5ce5c31d86dc7103b43d92be01bfebbec6228949_hq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="331" data-original-width="274" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzpaWEH6jw-vO9RFeOVVwR_UBWx_cXm5OVBxPMIhA8FtK1GhCcjKKd6KLB5gc0YHL9FB59n4mfKMnnyHg5hdcgraKI8uDaSOycUraJbYk-WNqAz_v-elXLnFArcY5rxTCF9HPfsVCr0KQ/s320/5ce5c31d86dc7103b43d92be01bfebbec6228949_hq.jpg" width="264" /></a></div>
Siapapun yang ngikutin dua anime itu, pasti nggak tahan pengin nampol dua bapak nggak tau diri yang super tega sama anaknya sendiri. Kekesalan pada mereka berdua bahkan ngalahin tokoh antagonis yang lebih utama macam angel, lust, envy, dll.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK0cpI5AiS4ArSNUyZjYVr3KTye4-yfVwCzwJY-Ve0OUi4FNQWgiJODsTjvjXX_u4qQiP9DYDlL_5HNp-r-fABT2vURxn3c8i2Ivbogn5Wq5Crv6OKNcJR2i2h1ZoghlMBOaW9FKs65nE/s1600/Nina_alexander.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="347" data-original-width="604" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK0cpI5AiS4ArSNUyZjYVr3KTye4-yfVwCzwJY-Ve0OUi4FNQWgiJODsTjvjXX_u4qQiP9DYDlL_5HNp-r-fABT2vURxn3c8i2Ivbogn5Wq5Crv6OKNcJR2i2h1ZoghlMBOaW9FKs65nE/s320/Nina_alexander.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nina yang lucu, dijadiin eksperimen sama ayahnya sendiri yang terobsesi membuat chimera hingga akhirnya mentransmutasikan Nina dengan anjingnya.</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlqtKfP7ajXO-1txZWCdnSUu0jDFqQeePNjoUoyTz40L57ud00M1umbJq5H4F3nUhXZNDIjwV-sRW2Y0wP-tjMNXuPm5jgFj6Zn5IjfLD_SvxRXQakpz_z2mXUeEghdtB7nWmqSOkGhzM/s1600/vsTrw31.gif" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="237" data-original-width="500" height="151" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlqtKfP7ajXO-1txZWCdnSUu0jDFqQeePNjoUoyTz40L57ud00M1umbJq5H4F3nUhXZNDIjwV-sRW2Y0wP-tjMNXuPm5jgFj6Zn5IjfLD_SvxRXQakpz_z2mXUeEghdtB7nWmqSOkGhzM/s320/vsTrw31.gif" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tokoh antagonis yang bikin Edward sampe sekesel ini</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5X2elZnBg7nq-HbYPCFh56lz4xA-wuS_6TCOCAApfy45q0FWNBUvkgi46xdVfPsz6Wpb_NMDj97Ww2TMhyphenhyphenOWKCQKx1hKd53zcVRz8F90kQYUy9aye3k-dQok9iMskeXpmI0m-9HBa-DI/s1600/b71450b4be7989cd1437a4d8110c9e5a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="671" data-original-width="480" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5X2elZnBg7nq-HbYPCFh56lz4xA-wuS_6TCOCAApfy45q0FWNBUvkgi46xdVfPsz6Wpb_NMDj97Ww2TMhyphenhyphenOWKCQKx1hKd53zcVRz8F90kQYUy9aye3k-dQok9iMskeXpmI0m-9HBa-DI/s400/b71450b4be7989cd1437a4d8110c9e5a.jpg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bahkan kalau baca atau nonton ulang bagian ini, gue pasti nggak bisa nggak mewek. JAHAT BANGET BAPAKNYA!!</td></tr>
</tbody></table>
Barusan itu contoh karakter antagonis yang antagonis banget (apa sih ini bahasanya...). Ada juga tokoh antagonis yang sedikit konyol, tapi gue yakin nggak ada yang bakal jadiin dia karakter favorit.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvku1LR6AG3VwajOmHf5kMZUTSUpBxyQ6LoyoyfjSbRGsGYSmIygvXtIEi7FrEmDqJzbH2Ls15bIY2WNWE8FTPQUllRhtIicuazlgPZS5nlSvnsGzTvJHQDjKZkcVcJxGE-MaSXnSB5Kk/s1600/74110670a670982a0b5705f214e0d0d5.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="191" data-original-width="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvku1LR6AG3VwajOmHf5kMZUTSUpBxyQ6LoyoyfjSbRGsGYSmIygvXtIEi7FrEmDqJzbH2Ls15bIY2WNWE8FTPQUllRhtIicuazlgPZS5nlSvnsGzTvJHQDjKZkcVcJxGE-MaSXnSB5Kk/s1600/74110670a670982a0b5705f214e0d0d5.png" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambarnya kecil aja. Soalnya kalo liat dia, bawaannya kessel</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Ada juga tokoh antagonis yang saking antagonisnya menjadi representasi satu sifat buruk manusia, 'munafik'. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3bkUeH5YRQ01rntDs_lPHXQ8Cm4PpKxjH-0BPw3AEZU8423QinPXkACeiOFAlxi8MIq_SPVqXcncI64NRNSZmX4xOnSx4PgxDfvPWaf-W6s7FnwxWJnWws-GtAPy59iPb0heYyybpetk/s1600/055058_1e2f6db8337d4d1291db4eca4574c2c1%257Emv2.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="566" data-original-width="1017" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3bkUeH5YRQ01rntDs_lPHXQ8Cm4PpKxjH-0BPw3AEZU8423QinPXkACeiOFAlxi8MIq_SPVqXcncI64NRNSZmX4xOnSx4PgxDfvPWaf-W6s7FnwxWJnWws-GtAPy59iPb0heYyybpetk/s320/055058_1e2f6db8337d4d1291db4eca4574c2c1%257Emv2.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Yang langganan baca webtoon pasti tau tokoh yang melambangkan karakter 'munafik' ini xD</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Kenapa mendadak gue ngebahas tokoh-tokoh antagonis dalam cerita? </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Soalnya, meskipun di satu sisi adanya tokoh-tokoh ini bikin gue pengin garuk tembok saking sebelnya, tapi juga membuat gue kagum sama pengarangnya yang mampu menggambarkan tokoh antagonis dengan baik. Pengarangnya bisa membuat pembaca/penonton ikutan benci sama tokoh antagonis itu, yang otomatis pembaca/penonton bisa merasakan kesedihan atau kesulitan tokoh protagonisnya. Artinya, pengarangnya berhasil membangun peran tokoh masing-masing dengan baik.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Yang lebih jago lagi sebenernya, saat pengarangnya bisa membuat pembaca/penonton berempati pada tokoh antagonisnya setelah dibuat sebel sama kelakuannya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOq9tUpzEVfZ79ZK8pouAvinRh0aesRLhFp6qrWMYQSo_J-ALJJCOp0XYAyGFA0YD4VIggbnHAt9fyEDa7suzM8-zeZajeDGZynfOID4PeLxQgdCbuEucbfmeesgVjI6FuDzDqsmC4lZ8/s1600/ekwXUNq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOq9tUpzEVfZ79ZK8pouAvinRh0aesRLhFp6qrWMYQSo_J-ALJJCOp0XYAyGFA0YD4VIggbnHAt9fyEDa7suzM8-zeZajeDGZynfOID4PeLxQgdCbuEucbfmeesgVjI6FuDzDqsmC4lZ8/s640/ekwXUNq.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pitou (tengah) adalah tokoh antagonis yang akhirnya menjadi nggak antagonis-antagonis amat begitu nyawanya di dalam genggaman Gon, tapi dia tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Komugi. Youpi (kanan) juga nggak terkesan antagonis-antagonis amat karena prinsipnya yang kuat. Kalau Pouf (kiri) sih lain urusan. Tenggelemin aja ke laut.</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBiyEL09ONyhOq3I8xnjM9apc5e1mV-UunHR3X2UckPrV8lERRHGxQz-8zmAymddUPhWk5iLq3AjClHOZNZ4ZcXPhjZTuaFh7Cno_xlTawOwhecnAs66taYeg8hEn9wyLD0kCpgQHjNps/s1600/Luke-Castellan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="980" data-original-width="980" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBiyEL09ONyhOq3I8xnjM9apc5e1mV-UunHR3X2UckPrV8lERRHGxQz-8zmAymddUPhWk5iLq3AjClHOZNZ4ZcXPhjZTuaFh7Cno_xlTawOwhecnAs66taYeg8hEn9wyLD0kCpgQHjNps/s400/Luke-Castellan.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Meski berkali-kali berkhianat, entah kenapa Luke tetep populer dan membuatnya nggak antagonis-antagonis amat. <strike>Gue juga suka, sih.</strike></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Membuat pembaca/penonton mengerti mengapa tokoh antagonis melakukan tindakan jahat itu nggak gampang. Alasan si tokoh antagonis harus kuat dan menarik simpati orang untuk memaklumi apa yang dia lakukan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, bikin tokoh antagonis yang JAHAT BANGET tanpa alasan aja gue nggak bisa. Apalagi bikin yang macamnya Luke Castellan gitu. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Gue paham kalau kehadiran tokoh antagonis itu penting banget untuk membangun cerita yang utuh dan menarik. Tapi gue selalu nggak kepikiran mau bikin tokoh antagonis macam apa. Kalau kata penulis kawakan, sih, pikirin aja karakter orang paling menyebalkan dalam kehidupan nyata sebagai gambaran tokoh antagonis. Tapi, tetep aja nggak bisaaa... Masalahnya gue kebanyakan melupakan tindakan-tindakan ngeselin yang orang lain lakukan ke gue. Pada dasarnya gue gampang lupa, sih. Jadi nggak banyak kejadian masa lalu yang gue inget secara detil. Untuk itulah gue nulis diari. Tapi yang gue tulis ya kejadian-kejadian yang menyenangkan aja. Yang ngeselin ngapain ditulis? Diinget-inget aja males. Nah, karena nggak ada sesuatu yang mengingatkan gue sama kejadian itu, ya gue nggak inget. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Dulu, gue pernah sekali deactive twitter gara-gara kejadian yang benar-benar menyebalkan, diawali dari seseorang yang benar-benar menyebalkan. Tapi karena nggak gue tulis, gue bener-bener lupa ada kejadian apa waktu itu. Soal deactive-nya pun gue baru inget setelah dapet notifikasi di email. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Jadilah gue sulit menjadikan orang di kehidupan nyata sebagai role model untuk tokoh antagonis. Paling mencoba menggabungkan tokoh-tokoh antagonis dalam cerita yang ditulis orang lain. Tapi itupun masih payah banget. Untunglah genre yang gue tulis komedi. Jadi gue bisa bikin tokoh antagonis yang sebenernya muncul hanya karena salah paham atau kebodohan si tokohnya sendiri. Dan aslinya gue nggak sebel-sebel banget sama tokoh macam begitu, karena cuma jadi sasaran lawakan aja. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sampai sekarang gue belum menemukan formula yang pas untuk membuat tokoh yang punya potensi dibenciiii banget sama pembaca. Yang tau caranya, ajarin doooong....</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-16206476804852690832017-11-22T01:24:00.000+07:002017-11-22T12:51:36.575+07:00[Movie Review] Marlina - Si Pembunuh dalam Empat Babak<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUyjjxtngqbguLkoEIbFQ6y8JyAYCz2kbEMdwCFVDcdaS1ZHO8ojI8H883mpaydvUw0Bwc5a83E99sYLNWaxXRhRrV_wKgE9A883a1Fvw4KydbGqsAOIPLtnTQgi0Y9DSOvFqFryFByk/s1600/DLNWWSrV4AAVFbC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinUyjjxtngqbguLkoEIbFQ6y8JyAYCz2kbEMdwCFVDcdaS1ZHO8ojI8H883mpaydvUw0Bwc5a83E99sYLNWaxXRhRrV_wKgE9A883a1Fvw4KydbGqsAOIPLtnTQgi0Y9DSOvFqFryFByk/s400/DLNWWSrV4AAVFbC.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<b>Jenis Film :</b> Thriller<br />
<b>Produser :</b> Rama Adi, Fauzan Zidni<br />
<b>Sutradara :</b> Mouly Surya<br />
<b>Penulis :</b> Rama Adi<br />
<b>Produksi :</b> Cinesurya Production<br />
<br />
<br />
<b>Sinopsis:</b><br />
Suatu hari di sebuah padang sabana Sumba, Indonesia, sekawanan tujuh perampok mendatangi rumah seorang janda bernama Marlina (Marsha Timothy). Mereka mengancam nyawa, harta dan juga kehormatan Marlina dihadapan suaminya yang sudah berbentuk mumi duduk di pojok ruangan. Keesokan harinya dalam sebuah perjalanan demi mencari keadilan dan penebusan, Marlina membawa kepala dari bos perampok, Markus (Egi Fedly), yang ia penggal tadi malam. Marlina kemudian bertemu Novi (Dea Panendra), yang menunggu kelahiran bayinya, dan Franz (Yoga Pratama), yang menginginkan kepala Markus kembali. Markus yang tak berkepala juga berjalan menguntit Marlina.<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>WARNING: SOFT SPOILER</b></span></div>
<br />
<b></b><br />
<a name='more'></a><b>Review: </b><br />
<br />
Akhirnya muncul lagi ke permukaan, salah satu film Indonesia bergenre thriller yang menurut review beberapa orang, bagus. Yah, pastinya gue juga nggak mau ketinggalan nonton thiller yang bagus, apalagi buatan asli anak bangsa.<br />
<br />
Tapi sayangnya, ini bukan jenis film yang sesuai dengan selera gue. Ada beberapa alasan yang membuat gue kurang puas sama film ini. Tapi yang paling utama adalah....<br />
<br />
Oke, apa unsur utama film thriller yang dinanti-nanti penonton?<br />
<br />
Yak.... TWIST sodara-sodara. Itu kata R.L. Stine, sih. Tapi setuju, kan? Kaaaaan?<br />
<br />
<strike>Yang nggak yaudah. Nggak apa-apa.</strike><br />
<br />
Jadi intinya, nggak ada twist apapun dalam film ini. Nggak ada unsur kejutan apapun. Alurnya maju, nggak ada kilas balik yang membuka rahasia apa gitu yang bisa bikin ceritanya lebih.... mmm...spektakuler. Apalah.<br />
<br />
Film Marlina ini termasuk salah satu film sastra (oke, gue nggak tau sebutannya, tapi kira-kira begitu) yang sejenis sama pasir berbisik atau banyu biru. Dan gue bukan penikmat film sastra. Karena buat gue, film sejenis itu mirip film bisu. Kebanyakan diemnya. Dan gue nggak tau apa yang harus gue pikirkan selama adegan 'diam' itu. Terlalu banyak pertanyaan yang ada di otak gue. Kenapa begini? Kenapa nggak begitu? Kenapa nggak begini lalu begitu? Atau begitu lalu begini? Ini kenapa adegannya masih di sini-sini aja, sih? Kapan ganti scene?<br />
<br />
Yah, begitulah kira-kira. Oke, kalau banyu biru gue NGGAK NGERTI SAMA SEKALI arahnya mau ke mana. Kalau pasir berbisik, ceritanya masih lumayan bisa dimengerti meskipun biasa banget. Dan di antara semua film sastra, harus gue akui, Marlina ini cerita yang paling bagus. Setidaknya gue paham ceritanya dari awal sampai akhir.<br />
<br />
Baiklah, mungkin sebelum gue korek-korek kekurangan dari film ini, mungkin ada baiknya gue jabarkan kelebihannya.<br />
<br />
1. Unsur budaya yang kental<br />
Yap, jarang-jarang film kayak gini. Film Marlina menunjukkan budaya Sumba yang sangat kental. Bukan cuma kebiasaan-kebiasaan orang Sumba, tapi juga bahasa yang dipakai dari awal sampai akhir. Sampai gue berpikir, film ini bisa jadi sumber penelitian untuk mendeskripsikan bahasa Sumba, baik dari segi fonologi, semantik, ataupun sintaksisnya. Dari beberapa yang gue tangkep, sih, banyak verba yang merupakan pemotongan dari bahasa Indonesia. Contoh: punya jadi pu, pergi jadi pi, dll. Praktis kali.<br />
<br />
2. Sinematografi yang Indah<br />
Kalau dilihat dari sinematografinya, gue kasih jempol empat. Pengambilan gambarnya bagus banget. Hampir tiap adegan di luar rumah memperlihatkan keindahan daerah Sumba yang pastinya membuat tiap traveler pengin banget pergi ke sana. Walaupun kenyataannya, pasti mahal banget mengunjungi wilayah-wilayah itu karena transportasi yang sangat terbatas.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGySLYe_nZxqdn1DnBR9u_tRUdaCNUkdxauFqeg-2dvrbkYEqWJoxdf74UUIxLphyphenhyphenpwZePA_K6SVwlMex9w_0pIqOHdedFtWQzN0wXewNSaRl9hnIaHuzCT7wuqzxnxrLE8-l3i9V5vPU/s1600/marlina-the-murderer-in-four-acts.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGySLYe_nZxqdn1DnBR9u_tRUdaCNUkdxauFqeg-2dvrbkYEqWJoxdf74UUIxLphyphenhyphenpwZePA_K6SVwlMex9w_0pIqOHdedFtWQzN0wXewNSaRl9hnIaHuzCT7wuqzxnxrLE8-l3i9V5vPU/s640/marlina-the-murderer-in-four-acts.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sepanjang film dikasih pemandangan Sumba yang super kece</td></tr>
</tbody></table>
<br />
3. Banyak nilai moral yang bisa diambil<br />
Kalau udah nonton film ini, akan terlihat jelas ketimpangan derajat antara laki-laki dan perempuan. Film ini menggambarkan dengan baik bagaimana perjuangan perempuan dalam menghadapi ketimpangan derajat itu. Dua tokoh utama perempuan juga memiliki karakter yang kuat sehingga bisa membawa penonton untuk mendukung perjuangan mereka mempertahankan kehormatan diri. Dalam bioskop tadi sampai ada beberapa orang yang tepuk tangan gara-gara ini.<br />
<br />
Oke, kayaknya itu sisi film yang bisa gue bilang bagus dari film ini. Menurut gue, film ini bagus banget dari segi artistik. Sayangnya, artistik nggak berbanding lurus dengan jalan cerita. Cerita yang bagus secara artistik belum tentu punya jalan cerita yang bagus, begitu pula sebaliknya. Dan menurut gue, jalan cerita film ini biasa aja.<br />
<br />
Marlina didatangi tiba-tiba oleh tujuh orang perampok yang masuk dengan sopan (menurut mereka), minta makan, dan bilang terang-terangan niat untuk merampok, dan meniduri Marlina. <strike>Kurang ajar banget sumpah</strike>. Tapi meskipun dibilang terang-terangan begitu, Marlina nggak bisa apa-apa. Rumah dia jauh dari mana-mana, kayak kebanyakan rumah di Sumba. Kabur bukan pilihan. Dan satu-satunya cara adalah membunuh diam-diam para perampok itu. Singkat kata, Marlina berhasil membunuh mereka dengan cara meracuni makanannya dan memotong kepala salah satu pemerkosanya.<br />
<br />
Oke, sampai situ sih gue masih menganggap film ini bagus. Tapi setelahnya, gue kayak kehilangan arah. Marlina ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian itu, dengan bawa-bawa kepala salah satu pemerkosanya.<br />
<br />
Buat apaaa?<br />
<br />
Bawa-bawa kepala orang ke kantor polisi yang nun jauh di sana cuma ngerepotin diri sendiri. Terlebih, walaupun di sini Marlina jelas jadi korban dan membunuh untuk membela diri, dia tetap akan kena hukuman karena membunuh orang. Ini udah umum. Apalagi bawa-bawa kepala orang. Menunjukkan bukti yang jelas kalau dia udah ngebunuh. Ini mah nyerahin bukti untuk nyerahin diri ke polisi namanya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGZkOYPYDQJiFVG2ufU2vRknZkUKEawwG1gC6Q_cpXRXVBmrUmCQZEQO9ZvuU3DgcuDiZSYi4kDhFm2t3fnqMqhmUHhrmQQ9jL7PI2VmiNSqBXCH35N14cH0_uo-Avtn7XLyvdswSFq08/s1600/Marlina-2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="395" data-original-width="791" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGZkOYPYDQJiFVG2ufU2vRknZkUKEawwG1gC6Q_cpXRXVBmrUmCQZEQO9ZvuU3DgcuDiZSYi4kDhFm2t3fnqMqhmUHhrmQQ9jL7PI2VmiNSqBXCH35N14cH0_uo-Avtn7XLyvdswSFq08/s640/Marlina-2.jpeg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">"Mbak, bawa-bawa kepala mau mampir ke mana?"</td></tr>
</tbody></table>
Apalagi, dua orang perampok yang paling muda masih hidup (karena disuruh balik ke kota untuk menjual hasil rampokan) dan kemungkinan besar....ah, nggak...PASTI akan nyari-nyari Marlina untuk balas dendam.<br />
<br />
Harusnya yang paling utama dipikirin sih bagaimana menghindari dua orang itu. Kalau gue sih pasti nyembunyiin dulu bukti-bukti pembunuhan yang ada di rumah. Abis itu menghilang. Pergi ke mana, kek. Nyebrang laut dikit, ke Madura gitu juga pasti aman. Dua orang itu pasti lebih fokus nyari lima temennya yang hilang ketimbang nyariin Marlina. Abis itu Marlina bebas deh makan sate madura, dan mencari calon suami baru.<br />
<br />
Atau yang lebih seru, dibuat adegan suspense antara Marlina sama dua orang perampok yang masih hidup itu. Ya gimanalah gitu supaya ceritanya lebih seru.<br />
<br />
Pada akhirnya, cerita ini nggak berakhir di mana-mana. Iya, Marlina berhasil membunuh para perampok itu. Tapi terus apa? Ending cerita ini terbuka banget. Tipikal sastra atau novel Jepang gitu, deh. Dan gue nggak suka ending cerita yang terlalu terbuka.Semacam, buat apa gue ngikutin ceritanya kalau nggak ada endingnya?<br />
<br />
Tambah lagi, menurut gue cerita yang bagus adalah yang punya benang merah, dan tiap kejadian punya peran yang penting untuk keseluruhan cerita. Sayangnya, menurut gue banyak kejadian yang sebenernya nggak penting-penting banget untuk cerita secara keseluruhan dalam film ini. Dan kalau dihilangkan pun nggak mengubah inti ceritanya. Buat apa Marlina diikuti sama bayangan hantu Markus tanpa kepala? Bikin dia ketakutan? Nggak, tuh. Bikin dia bimbang? Nggak juga. Intinya, walaupun adegan-adegan hantu tanpa kepala itu cukup horor, tapi tetep nggak ngaruh apa-apa. Buktinya di tengah film, bayangan hantu itu hilang dan nggak muncul lagi sampai akhir cerita. Terus buat apa?<br />
<br />
Ada juga kisah Marlina yang ketemu anak perempuan yang punya nama sama kayak anaknya yang nggak pernah terlahir ke dunia. Setelah berinteraksi dan jadi akrab sama anak itu, Marlina akhirnya kembali ke rumahnya. Terus apa yang tersisa dari interaksi itu? Nggak ada. Gue masih paham deh kalau endingnya Marlina ketemu lagi sama anak ini untuk sekadar ngobrol soal dirinya, anaknya, atau apa. Atau malah endingnya Marlina kerja di rumah makan itu, atau bahkan kalau penjahatnya jadiin anak ini sandera juga. Ini juga bagian cerita yang kalau dihilangkan nggak akan mengganggu jalan utama cerita sih menurut gue. <br />
<br />
Selain itu, sisanya adalah permainan logika dasar. Ada beberapa--oke, banyak--adegan yang menurut gue kurang masuk akal.<br />
<br />
1. Adegan keracunan makanan yang seolah-olah kayak obat tidur. Nggak ada teriak kesakitan atau tenggorokan tercekat, sakit perut, atau apalah. Terlalu kalem untuk racun.<br />
2. Adegan bawa-bawa kepala yang diikat tali, seolah-olah lagi bawa semangka atau duren. Emang nggak ada kain atau semacamnya buat nutupin itu kepala untuk menghindari kecurigaan orang lain, apa? Masukin ke tas juga muat.<br />
3. Baju Marlina yang kayak baru beli dari butik mahal. Bagus banget! Beda jauh sama pemeran yang lain. <br />
4. Kotak kayu misterius yang tiba-tiba muncul setelah Marlina sadar kalau kepala dengan tali terlalu menarik perhatian.<br />
5. Supir truk yang mati sia-sia. Tanpa cerita, dan tanpa tujuan.<br />
6. Teman Franz yang tiba-tiba balik arah dan menghilang setelah mukulin Franz karena sanderanya kabur. Mau ke mana, Bang? Mengaku dosa ke gereja karena sadar udah berbuat salah?<br />
7. Adegan Novi setelah ketubannya pecah, lalu ngambil pedang, diliat-liat, dipandang-pandang, kesakitan, lalu naruh pedangnya lagi (membuat gue bertanya-tanya, mau ngapain dia sama pedang itu? Mau nusuk diri sendiri, apa gimana? Penjelasan ei, gue butuh penjelasaan...). Lalu dia ngambil pedangnya lagi, ngintip Franz dalam kamar seolah mau ngebunuh. Terus nggak jadi, balik ke dapur lagi naro pedang, lalu kesakitan lagi. Tirai dapur ditutup, lalu ganti baju. (APA SIH INTINYAAAAA????) <br />
8. Marlina yang dengan sukarela dan tanpa rencana apa-apa, menyerahkan diri di hadapan Franz. Siap-siap apa, kek. Kan udah tau dia penjahat.<br />
9. Bayi yang langsung bersih begitu lahiran. <br />
<br />
Intinya, banyak adegan yang membuat gue bertanya-tanya, "Apa, sih? Kenapa, sih?". Tapi nggak ada jawaban yang memuaskan karena kebanyakan adegan diam. <br />
<br />
Ini mah kayaknya ampe kapan juga gue nggak paham sama film semacam ini. Yah, bukan berarti film ini jelek, sih. Ini cuma soal selera. Kalau gue pribadi sih, mungkin ngasih nilai 6 dari 10 buat film ini. Kalau buat buku, istilahnya "<i>not my cup of tea</i>". nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-15276412978618792422017-11-02T00:11:00.003+07:002017-11-02T00:13:21.781+07:00[Review] How I Met Your Mother - Season 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Gue baru aja mulai nonton 'How I Met Your Mother' setelah direkomen sama
Sarah. Berhubung emang banyak yang bilang lucu, dan gue juga udah dapet
filmnya dari season 1 sampai yang terakhir, yaudah gue coba nonton.<br />
<br />
Dan iya, emang lucu :))<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUkrzXLkXv6hq6wECrJF7STEZQWBGkDGGdmxYN_caD_Ez7toZrM1kxpSMM8cBlwnnLFxYfMPJMAyXONPvZuijKFDuclAEoQaM58j-p4fP7dnSR-E9TmeC1GvyGHWCvPZSzTgtNSvb1E0/s1600/25.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="701" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUkrzXLkXv6hq6wECrJF7STEZQWBGkDGGdmxYN_caD_Ez7toZrM1kxpSMM8cBlwnnLFxYfMPJMAyXONPvZuijKFDuclAEoQaM58j-p4fP7dnSR-E9TmeC1GvyGHWCvPZSzTgtNSvb1E0/s400/25.png" width="291" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFsbGRUcEARNXgSSUVMp8ITQ5BNzOEkkajvmMm_J9D4kdmfV9CEbyFBMMuRS5PZAJk7vl0_s-H5Mn4Pd8fIF6UhwxbIA7Y0pKaEngH6wSucycyLZE-RU8j5XIZTUfG0wuG0u5OyQqgcKk/s1600/How-I-met-your-Mother-the-00s-40533608-1920-1080.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFsbGRUcEARNXgSSUVMp8ITQ5BNzOEkkajvmMm_J9D4kdmfV9CEbyFBMMuRS5PZAJk7vl0_s-H5Mn4Pd8fIF6UhwxbIA7Y0pKaEngH6wSucycyLZE-RU8j5XIZTUfG0wuG0u5OyQqgcKk/s640/How-I-met-your-Mother-the-00s-40533608-1920-1080.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Inti ceritanya sederhana, sih. Cuma kisah Ted, pria beranak dua yang cerita ke anaknya gimana pertama kali dia ketemu ibu mereka. Walaupun Ted yang udah punya dua anak itu cuma jadi narator, dan cerita sebenarnya adalah Ted di masa muda, yang masih struggle dalam mencari cinta, karena dia jomblo abadi.<br />
<br />
Tokoh dalam season 1 (yang baru gue tonton sampai episode 17) ada lima. Ted, Marshall (teman sekamar Ted), Lily (tunangan Marshall), Barney (orang aneh yang tadinya nggak mau dianggap temen sama tiga orang itu), dan Robin (cewek yang ditaksir Ted pertama kali, tapi akhirnya jadi temen karena entah kenapa hubungan mereka nggak lancar walaupun kelihatannya saling tertarik).<br />
<br />
Setelah nonton beberapa episode, pertanyaan yang selalu membayangi gue adalah "Kapan Ted ketemu sama cewek yang akan jadi istrinya nanti?" <br />
<br />
Kenapa? Soalnya gue nonton ini setelah dapet serinya sampai season 9. Kalau ini seri belum selesai, jangan-jangan sampai season 9 pun Ted belum ketemu sama calon istrinya (0_0)<br />
<br />
Gue nggak akan bertanya-tanya gitu kalau gue nontonnya pas seri ini baru muncul season 1.<br />
<br />
Anyhow, ceritanya emang ringan, dan lucu. Karena Barney yang aneh, Marshall dan Lily yang nggak pernah putus meski udah 9 tahun pacaran karena bener-bener cocok, dan terutama karena karakter Ted yang selalu kebanyakan mikir. Sampai-sampai nama dia jadi verba sendiri. <br />
<br />
"Just don't ted it!"<br />
<br />
yang artinya, "Just don't think it too much!" xDD<br />
<br />
Meskipun lucu, sebenernya gue agak kurang bisa mengikuti karena pada dasarnya ini romens. Dan gue emang nggak terlalu ngerti soal gituan. Gue nggak paham kenapa hubungan Ted dan Robin nggak berjalan lancar padahal mereka jelas-jelas tertarik satu sama lain. Robin bilang nggak bisa mengikuti kemauan Ted yang berharap mereka menjalin hubungan serius sampai ke jenjang pernikahan karena dia takut terikat. Ted ngalah dan mencoba move-on walaupun sulit. Begitu akhirnya Ted tertarik dan menjalin hubungan sama cewek lain, Robinnya nggak suka. Begitu Ted sadar perasaan Robin, dia mencoba menghentikan hubungannya sama Victoria dan berpaling lagi ke Robin. Karena sejak awal dia tertariknya sama Robin. Lalu masalah pun muncul, dan hubungan mereka jadi canggung. Oke, gue baru nonton sampe situ, jadi nggak tahu kelanjutannya gimana.<br />
<br />
Tapi maksud gue...<br />
<br />
Masalah-masalah itu nggak akan terjadi kalau masing-masing dari mereka tahu apa keinginan mereka sendiri. Kalau mereka sudah memutuskan keinginan sendiri, ya nggak boleh menyesal kalau ternyata keinginan itu salah dong. <br />
<br />
Walaupun Barney itu aneh, tapi seenggaknya dia tau dengan jelas apa yang dia mau, dan dia nggak pernah menyesali keputusannya.<br />
<br />
Kalau suka bilang aja suka. Kalau nggak, yaudah nggak. Kalau awalnya bilang nggak bisa menjalin hubungan sama seseorang karena prinsip sendiri, ya nggak usah menyesal kalau akhirnya orang itu akhirnya sama orang yang lain lagi.<br />
<br />
Yah, pada akhirnya gue bilang gitu cuma berdasarkan penilaian pribadi gue. Hahahaha. Gue sadar kok kalau masalah perasaan itu rumit. Kadang apa yang kita pikirkan emang nggak sesuai sama apa yang kita rasakan. TAPI YA DISESUAIKAN, DOOONG! (lalu disambit)<br />
<br />
Gue ngerti kok kalo gue sering dibilang jahat karena langsung mengeluarkan apa yang gue rasakan atau pikirkan tanpa saringan. Tapi seenggaknya gue nggak akan bersuara yang nggak sesuai sama pemikiran atau perasaan gue sendiri. Sekarang sih saringannya, kalau kira-kira perkataan gue bakal nyakitin orang, ya gue diem aja dan mencoba menahan diri sebisa mungkin (tambahin senyum kalo perlu) <strike>ini masih belajar sih sampe sekaran</strike>g. Tapi gue nggak akan ngomong sesuatu yang bertentangan hanya untuk menghibur orang lain :)<br />
<br />
Makanya, karena pemikiran yang begitulah, gue suka kesel kalau nonton film atau baca buku yang terlalu fokus sama perasaan. Dalam hati begini, tapi ngomongnya begitu, lalu jadilah kesalahpahaman dan akhirnya jadi masalah besar. Kesaaaaaalll...<br />
<br />
Apalagi, kalau ada tokoh/karakter yang nanya "perasaan lo gimana?" terus dijawab dengan sesuatu yang benar-benar klise. "Nggak tau..."<br />
<br />
Meeen, itu kan perasaan lo sendiri. Masa nggak tauuuu? Lo aja nggak tau, gimana orang laiiinnn??<br />
<br />
Ini gue nge-rambling banget, asli. Bukannya belajar buat kuis besok, malah asyik nge-blog xD<br />
<br />
Yah, intinya itu, sih. Entahlah ini gue lanjut nonton atau nggak. Karena episode yang gue tonton terakhir agak mellow gimana gitu, dan agak sulit meningkatkan mood lagi. Lagipula, gimanapun juga Ted nggak akan berakhir sama Robin karena anak-anaknya Ted di masa depan manggilnya "Aunt Robin", yang menunjukkan dengan jelas kalau Robin bukan ibu mereka.<br />
<br />
Kalau sekadar nyari lucunya sih, mungkin gue bakal lanjut nonton juga. Ted lucu, sih :v Bocah banget.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiJ9_OfpivGwgA9zcuHBGd6o0SEOWCjEUTVMNNS0XljLnR9K1083DOyW72RxnHKZrS498woKGztE8eGl_BuPARibeFuU1I98ISjRwsfnoHZUJpX2ulzReysu4Q3WgMrqiJ1-knn4UmMyw/s1600/teds-how-i-met-your-mother.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="404" data-original-width="525" height="307" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiJ9_OfpivGwgA9zcuHBGd6o0SEOWCjEUTVMNNS0XljLnR9K1083DOyW72RxnHKZrS498woKGztE8eGl_BuPARibeFuU1I98ISjRwsfnoHZUJpX2ulzReysu4Q3WgMrqiJ1-knn4UmMyw/s400/teds-how-i-met-your-mother.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ted, tipikal karakter utama yang normal, tapi terlihat aneh karena orang-orang sekelilingnya jauh lebih aneh.</td></tr>
</tbody></table>
<br />nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-2014374102792592222017-10-30T00:45:00.001+07:002017-10-30T00:52:22.148+07:00[Movie Review] Happy Death DayPREPARE YOURSELF FOR TWIST!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwcIKZaqvCL20bi2lrInSHlP9p6YM8ZdWBAXtk-nTzA8kF6jFmhgY0GIx0q4clMCdZw-CWJX3aI8388OtLsSQ1jbQ4mjYmuGBgKFZgnIrcf-_fS2OqY8A-uNIT175bxZ74YAg__uY97xk/s1600/m-happydeathday.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="476" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwcIKZaqvCL20bi2lrInSHlP9p6YM8ZdWBAXtk-nTzA8kF6jFmhgY0GIx0q4clMCdZw-CWJX3aI8388OtLsSQ1jbQ4mjYmuGBgKFZgnIrcf-_fS2OqY8A-uNIT175bxZ74YAg__uY97xk/s640/m-happydeathday.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Yah, seenggaknya yang bisa gue spoiler hanya sebatas itu karena film ini masih terbilang baru walaupun kayaknya nggak terlalu beken karena cuma bertahan seminggu di bioskop. Harusnya sih sekarang masih ada, tapi cuma di beberapa bioskop yang posisinya jauh banget dari tempat gue. Itu juga nggak bakal lama karena bakal diserobot Thor-Ragnarok yang baru keluar dan pasti akan memakan beberapa studio sekaligus selama beberapa minggu.<br />
<br />
Gue pun batal nonton ini di bioskop karena pas mau nonton ternyata udah nggak ada di Depok. Udah susah-susah ngejar ke Pondok Labu pun akhirnya gagal juga karena telat dan antrian panjang banget. Nonton thriller itu nggak boleh telat barang 5 menit, men. Bisa aja semua jawaban ada di awal cerita yang justru nggak terlalu diperhatiin.<br />
<br />
Tapi bersyukurlah karena teknologi yang super canggih, ternyata di web langganan udah ada streamingnya, meski pake subtitle mandarin :'D Gapapa, gue udah cukup terlatih dengan buku teks bahasa Inggris tiap kuliah yang lumayan bikin otak kering, kok. Akhirnya gue nonton itu tanpa subtitle saking penasarannya. Hahaha.<br />
<br />
Dan ceritanya lebih bagus dari yang gue bayangkan. Hohoho. GUE PUAS BANGET NONTONNYAAA....<br />
<br />
Padahal trailernya aja udah bagus, dan bikin gue penasaran banget pengin nonton. Kalau trailernya kece kan ekspektasi jadi tinggi banget. Dan biasanya justru mengecewakan karena ekspektasi yang ketinggian. Tapi ini PAS banget.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/L8F0iL4emLU/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/L8F0iL4emLU?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br />
<i><b>Sinopsis:</b></i><br />
<i><b>Tree Gelbman is a blissfully self-centered collegian who wakes up on her birthday in the bed of a student named Carter. As the morning goes on, Tree gets the eerie feeling that she's experienced the events of this day before. When a masked killer suddenly takes her life in a brutal attack, she once again magically wakes up in Carter's dorm room unharmed. Now, the frightened young woman must relive the same day over and over until she figures out who murdered her.</b></i><br />
<br />
Intinya, film ini bercerita soal time paradox yang dialami Tree. Macemnya time paradox di film 'miss peregrine's home for peculiar children' yang mengulang hari yang sama terus menerus sampai hari di mana rumah mereka dibom menjadi suatu rutinitas.<br />
<br />
Sejujurnya, ada beberapa adegan pembunuhannya yang membuat gue bertanya-tanya kenapa bisa jadi kayak gitu. Gimana caranya si pembunuh bisa--<br />
<br />
Oke, itu urusan lain. Daripada gue spoiler.<br />
<br />
Tapi yang paling gue suka dari film ini adalah proses perubahan yang dialami Tree. Seenggaknya, ini bukan sekadar film bunuh-bunuhan doang. Di dalamnya tetep ada moral cerita yang bisa diambil, dan itu adalah inti ceritanya. Oke, twistnya juga, sih :p<br />
<br />
Pembunuh di film ini mirip yang ada di scream, ada di mana-mana :v Tapi kalau scream itu hampir nggak ada moral yang bisa diambil. Isinya banyakan bunuh-bunuhan dan topeng pembunuhnya yang terlihat lucu. Satu-satunya alasan nonton scream adalah untuk nebak siapa pembunuhnya. Walaupun, nggak dikasih klu juga, sih. Jadi agak percuma. Semacam tebak-tebak buah manggis aja jadinya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiga7ELSzG72X1vSLB71hEEmGR2M52uMCFZxtVEIf1lPtkqbaYbZfFCtqzJTyQkgbS0xPwzS6EAVfjyfZY12T_xWvBa8Tm2EICPQ5___dcUbv9h22H-zUVTcP51qA6ktTc5X6aqFvmKZRA/s1600/Happy-Death-Day.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="680" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiga7ELSzG72X1vSLB71hEEmGR2M52uMCFZxtVEIf1lPtkqbaYbZfFCtqzJTyQkgbS0xPwzS6EAVfjyfZY12T_xWvBa8Tm2EICPQ5___dcUbv9h22H-zUVTcP51qA6ktTc5X6aqFvmKZRA/s400/Happy-Death-Day.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisthqBHMlxlDMGwLbMbl4cZWSqapg1xRn2y4oWM2dXGt2kyTJBHWX0Pl2oe1U5uMYtntk1Hu9dP3gp45QZ9ySwigdP6ILzvXpmykEouvD4i-nguuUSdmTAl8oSyr-hNlXpiLXufGwGKk8/s1600/ghostface_in_scream-HD.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisthqBHMlxlDMGwLbMbl4cZWSqapg1xRn2y4oWM2dXGt2kyTJBHWX0Pl2oe1U5uMYtntk1Hu9dP3gp45QZ9ySwigdP6ILzvXpmykEouvD4i-nguuUSdmTAl8oSyr-hNlXpiLXufGwGKk8/s400/ghostface_in_scream-HD.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Topeng yang dipakai pembunuh di dua film ini sama-sama lucu, sih :v <br />
<br />
Apa supaya nggak mainstream? Kalau topeng pembunuhnya juga serem, nggak seru, gitu?nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-91472963658960237852017-10-26T01:24:00.003+07:002017-10-26T01:24:37.593+07:00CEO dan FantasiAkhirnya gue sadar kenapa ada fenomena 'CEO' di wattpad. Ceritanya, setelah menganalisis cukup lama dalam otak, gue berhasil memecahkan misteri tersebut. Halah.<br />
<br />
Rupanya, perkiraan gue soal pengaruh 'Fifty Shades of Grey' pada fenomena merebaknya tokoh CEO dalam cerita-cerita wattpad itu nggak sepenuhnya bener. Soalnya kayaknya nggak semua yang nulis soal CEO itu pernah baca FSOG. Yah, gue juga pernah baca reviewnya doang sih. Itu ada udah bikin ngakak nggak ketulungan. Gue harus tanya lagi sama <a href="http://ruruna99.blogspot.co.id/">Ruru</a> link reviewnya, soalnya gue mau baca lagi #heh<br />
<br />
Sebenernya ini nggak terbatas sama karakter CEO aja, sih. Tapi karakter cowok super kaya tanpa masalah finansial, wajah tampan tanpa kegalauan mau oplas apa nggak, dan status tinggi yang tak tergoyahkan. Masalah mereka cuma satu. Cinta.<br />
<br />
UHUK.<br />
<br />
Dari hasil analisis gue, penulis membuat karakter yang seperti itu karena mereka hanya ingin fokus ke masalah cintanya aja. Kenapa? Karena buat mereka itu yang menarik. Apa serunya sih bikin cerita tentang seseorang yang punya masalah finansial dan berusaha keras untuk mengatasi itu? Tiap hari juga hidup gue berhubungan sama masalah finansial! Bosen!<br />
<br />
Kenapa bikin tokoh yang ganteng? Karena di sekelilingnya kekurangan orang ganteng. Dan walaupun hanya dalam cerita, seenggaknya ada pengalaman dikelilingi sama orang-orang ganteng gitu.<br />
<br />
Kenapa bikin tokoh yang statusnya tinggi? Boss, presdir, CEO, anak presiden, keturunan raja, anak donatur terbesar di sekolah, anak konglomerat, <i>you name it</i>. Ye kan di kehidupan nyata statusnya bawahan terus. Sesekali lah ngerasain jadi orang yang statusnya tinggi walaupun yang ngerasain hanya karakter dalam cerita yang kita tulis sendiri.<br />
<br />
Karena semua yang dibentuk dalam cerita adalah impian si penulis. Impian itu sendiri bisa berupa harapan, penyampaian pesan, hasrat terpendam, dan terkadang.... pelarian dari kehidupan yang tidak sesuai imajinasi <strike>lah, curcol</strike>.<br />
<br />
Tiap orang pasti menulis untuk tujuan tertentu, dan itu nggak salah. Gue sendiri juga menjadikan kegiatan baca-tulis sebagai pelarian dari kehidupan nyata. Hanya mungkin, arahnya jauh dari kehidupan sosialita yang glamor dan jauh dari masalah-masalah manusia kelas menengah ke bawah.<br />
<br />
Pelarian gue adalah sesuatu yang jauh banget dari dunia manusia. Karena di dunia nyata setiap hari berhubungan dengan manusia, begitu masuk ke dunia cerita, gue mau bersentuhan dengan sesuatu yang nggak ada di dunia nyata. Mungkin, itulah alasan kenapa gue suka banget cerita fantasi.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2IDHXi82YHBRkmtyBgvoVXvKEsWTeoBHVhg68oQOWWDEVAWapgit5TdVxrwDhYrVEg9hXpBqvxQx2BJpvAkvUE9hon4mfBp1KxZFX16fvhs2NPUeRNFUSgoojp_NWRQnSltyzzzHYaz8/s1600/maxresdmlt.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2IDHXi82YHBRkmtyBgvoVXvKEsWTeoBHVhg68oQOWWDEVAWapgit5TdVxrwDhYrVEg9hXpBqvxQx2BJpvAkvUE9hon4mfBp1KxZFX16fvhs2NPUeRNFUSgoojp_NWRQnSltyzzzHYaz8/s640/maxresdmlt.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Legolas - Lord of the Ring</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Legolas adalah elf paling tampan yang pernah ada. Walaupun, pada dasarnya semua elf itu tampan. Termasuk prince dari cerita 1/2 prince.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4YhdBXP1Ejt3v3KJ1qNRjpQWdr_tozh0MXER37ezqGtUtwjH9O4zyDctznOhnUxE02ro4Mz9OopORNyye9DHow9YPZiIRqqplZMPcj5XFi81mhVZqz0ZqtW8vPw7I4LnieG_F999t_wc/s1600/big_thumb_13e3fd9ace60e52ad83afe59cb558f10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="519" data-original-width="736" height="450" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4YhdBXP1Ejt3v3KJ1qNRjpQWdr_tozh0MXER37ezqGtUtwjH9O4zyDctznOhnUxE02ro4Mz9OopORNyye9DHow9YPZiIRqqplZMPcj5XFi81mhVZqz0ZqtW8vPw7I4LnieG_F999t_wc/s640/big_thumb_13e3fd9ace60e52ad83afe59cb558f10.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Prince - 1/2 Prince</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bukan hanya yang tampan, tapi gue juga suka ngeliat monster yang keren-keren.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq7OSb5jwK1Gbm-q3ESpPip017HLX6muT3qsPhCZr7ady4FcZ10rpf0mCkjd67kLsqJCa0gWqX_Mk5JC5NpOqHxBvb2h3eg6itFnIvw5GfOf6p1TgJKtPHNh_n50RIgLZ0LwsHu_qY_Qg/s1600/percy-jackson-and-the-lighning-thief-pic-5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="640" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq7OSb5jwK1Gbm-q3ESpPip017HLX6muT3qsPhCZr7ady4FcZ10rpf0mCkjd67kLsqJCa0gWqX_Mk5JC5NpOqHxBvb2h3eg6itFnIvw5GfOf6p1TgJKtPHNh_n50RIgLZ0LwsHu_qY_Qg/s640/percy-jackson-and-the-lighning-thief-pic-5.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiye2Uy-7ghu66dWeKa2Rn5nvTmRjuADwLB_WBOOakX2ruVbKzgGs4A3pCWggNtOsgycutoxhWGhU0SpXXQCMAy62QgALi8GRUlg8BiIX54doMeAmiVaaaVN8bBGIUBwW2jgVK7JTO-v8w/s1600/colchis-bull2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="528" data-original-width="736" height="458" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiye2Uy-7ghu66dWeKa2Rn5nvTmRjuADwLB_WBOOakX2ruVbKzgGs4A3pCWggNtOsgycutoxhWGhU0SpXXQCMAy62QgALi8GRUlg8BiIX54doMeAmiVaaaVN8bBGIUBwW2jgVK7JTO-v8w/s640/colchis-bull2.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Tapi kalau awakened being-nya Jane sih lain cerita. Dia adalah monster paling cantik yang pernah gue tau. Walaupun semua awakened being di Claymore itu keren-keren banget, sih. Hiks.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG-S4hdoRjgFXf0BjbKDmJmd_KurWes4W90WNeKIORxDPOBZjO50AmKpZ2a-AzuO__tptOJ8g0bwx8vLAr9osM4Ah1MIWcxYnpqq2myMDvDD605K32APTnHvIMt52Rl7udyeexUNCV6PA/s1600/438641-jean_picture_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1323" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG-S4hdoRjgFXf0BjbKDmJmd_KurWes4W90WNeKIORxDPOBZjO50AmKpZ2a-AzuO__tptOJ8g0bwx8vLAr9osM4Ah1MIWcxYnpqq2myMDvDD605K32APTnHvIMt52Rl7udyeexUNCV6PA/s640/438641-jean_picture_1.jpg" width="528" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Awakened Jane - Claymore</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3xZUaRboT-LzJYkOjX60TrBxac3MWJb3dTWornJN6XBXlbm_Eu2vQf0MQ-gnNHdnMEpqYJKjoS5AUZAatqw10U2SmGLeGOqh_69SiwgDIxF7G39x6S5w7_UwD1r3AhzSRwgdJFa_Q_KU/s1600/b4c87dd47c0458af4944a3f8ba52d3bf-d425lqd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="532" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3xZUaRboT-LzJYkOjX60TrBxac3MWJb3dTWornJN6XBXlbm_Eu2vQf0MQ-gnNHdnMEpqYJKjoS5AUZAatqw10U2SmGLeGOqh_69SiwgDIxF7G39x6S5w7_UwD1r3AhzSRwgdJFa_Q_KU/s640/b4c87dd47c0458af4944a3f8ba52d3bf-d425lqd.jpg" width="424" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Awakened Claire - Calymore</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwd9t74vKOZeIXswmk7L-rd8hd-PyA1O7K_53PhxtiUnqE66EBzBilZ41JwJIZdUiIgtJuuYlDnQ2tubEciFp9g7xxSQpPT13k4fSl6AXqbCCcAaiDX7D4Ens4rHJParegwcJfJnAkqqo/s1600/wild_horses_by_shanimed-d5rox69.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="800" height="464" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwd9t74vKOZeIXswmk7L-rd8hd-PyA1O7K_53PhxtiUnqE66EBzBilZ41JwJIZdUiIgtJuuYlDnQ2tubEciFp9g7xxSQpPT13k4fSl6AXqbCCcAaiDX7D4Ens4rHJParegwcJfJnAkqqo/s640/wild_horses_by_shanimed-d5rox69.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Awakened being - Claymore</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selain cerita fantasi berisi makhluk-makhluk fantasi, cerita distopia juga jadi salah satu favorit gue, sih. Kata distopia sendiri merupakan lawan kata dari utopia atau dunia ideal yang diimpikan. Dalam cerita distopia, biasanya dunia berubah menjadi sesuatu yang benar-benar jauh dari bayangan dan sama sekali tidak diimpikan. Biasanya juga, cenderung menciptakan dunia yang ideal dengan dehumanisasi atau menghilangkan rasa kemanusiaan. Contohnya: Hunger Games, Divergent, The Maze Runner, Minority Report, Battle Royale, dsb.<br />
<br />
Suka cerita distopia bukan berarti gue memimpikan dunia yang begitu, sih. Tapi justru sebaliknya. Karena baca/nonton cerita begitu membuat gue berpikir kalau masalah-masalah di dunia nyata nggak ada apa-apanya.<br />
<br />
Tapi meski gue suka banget cerita fantasi, gue tetep nggak bisa nulis fantasi. Otak gue nggak nyampe. Karena untuk bikin cerita fantasi, otak kita harus membentuk dunia baru yang beda banget sama dunia yang ada sekarang. Semakin detil, semakin bagus. Dan itu membutuhkan kapasitas otak yang sangat-sangat besar. Penderita <i>short memory syndrom</i> macam gue bisa apa? <br />
<br />
Yak. Analisis tidak penting gue cukup sampai di sini. nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-3959629079456042342017-10-25T00:38:00.000+07:002017-10-25T00:44:52.731+07:00[Movie Review] ExposedBakat Keanu Reeves sia-sia dalam film ini.<br />
<br />
Penginnya sih review gitu doang. Wahahaha. Perasaan gue setelah nonton film ini mirip kayak setelah gue nonton film LUCY. Gue merasa rugi. Buang-buang waktu 2 jam nonton ginian. Tau gitu gue bobo lebih cepet aja.<br />
<br />
Padahal tadinya gue mau cari hiburan karena tumben-tumbenan besok masuk kuliah siang doang, dan nggak ada tugas. Kayaknya baru kali ini masuk kuliah bebas tugas kecuali pas pertemuan pertama :v Ya Allah, hidup ini berat....<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvKdzJxx4BDsTfz9qc6Y78L7Atv6AVcQvo217WpsbHoEnPXoXyOWOwu1wKbM4RKiVOeOoy1l19vxs33Fm2WefxyjvEMRecVeHih2TdwN0A6eksjka9opfpuXqh20_GaMAo_DjxDT6naeM/s1600/exposed.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1091" data-original-width="750" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvKdzJxx4BDsTfz9qc6Y78L7Atv6AVcQvo217WpsbHoEnPXoXyOWOwu1wKbM4RKiVOeOoy1l19vxs33Fm2WefxyjvEMRecVeHih2TdwN0A6eksjka9opfpuXqh20_GaMAo_DjxDT6naeM/s640/exposed.jpg" width="438" /></a></div>
<br />
Biar dikata poster filmnya penuh sama Keanu Reeves doang, peran dia dalam film ini udah kayak pemeran pembantu yang sebenernya nggak perlu ada juga nggak apa-apa.<br />
<br />
<b>"Film barat berjudul “Exposed” ini merupakan film yang bercerita mengenai sebuah misteri pembunuhan. Seorang detektif bernama Scott Galban (Keanu Reeves) mencari sebuah kebenaran di balik misteri pembunuhan rekannya. Di sisi lain, seorang wanita muda Latin bernama Isabel de la Cruz (Ana de Armas) yang mengalami sebuah kejadian aneh dan mengatakan bahwa telah melihat sebuah keajaiban."</b><br />
<br />
Film ini alurnya sungguh gak jelas, dan pada akhirnya nggak menjelaskan apa-apa. Padahal, sebenernya punya potensi jadi bagus juga.<br />
<b> </b><br />
Intinya, Scott yang berusaha mengungkap misteri di balik terbunuhnya si partner, ternyata nggak bisa menemukan petunjuk apapun selain foto-foto beberapa orang negro yang dia ambil sebelum kematiannya. Yah, sebenernya foto itu juga bukan dia yang nemu, sih. Kan kameranya jelas ada sama korban, tinggal cetak doang, langsung ketauan.<br />
<br />
Setelah itu dia nyari tau siapa orang-orang negro itu dan nyari tau apa hubungannya sama Cullen, partnernya yang dibunuh. Hasilnya nihil. Sampe akhirnya dia dikasih tau atasannya kalau orang negro yang di foto adalah 'korban sodomi'nya Cullen selama di penjara. Dan kalau kasus itu diterusin, uang pensiunnya Cullen bakal hangus, dan istrinya nggak dapet apa-apa.<br />
<br />
Di sisi lain, korbannya Cullen yang namanya Rocky itu adalah ipar dari Isabela, perempuan yang belakangan ngeliat hal-hal aneh dan sulit dijelaskan dengan logika kayak waktu dia ngeliat orang yang jalan melayang, ngeliat perempuan pake gaun merah tapi wajah sama rambutnya putih semua, macam alien. Dia juga mendadak bilang hamil, padahal suaminya lagi tugas di Irak. Dia menganggap itu sebagai keajaiban dari Tuhannya.<br />
<br />
Pada akhirnya, dijelasin kalau ternyata semua itu bayangan Isabela aja. Dari endingnya, sutradara sepertinya mau ngasih penjelasan kalau Isabela itu kena gangguan jiwa dan ngeliat hal-hal yang nggak masuk akal, termasuk berteman sama satu anak yang ternyata dirinya sendiri waktu kecil yang menerima pelecehan seksual dari ayahnya sendiri.<br />
<br />
Hubungan Isabela sama kasus terbunuhnya Cullen? Ternyata dia yang ngebunuh Cullen karena sempet diperkosa di stasiun kereta. Tapi berhubung Isabela ada gangguan jiwa, ingatan itu hilang dari otaknya dan justru keganti sama ingatan-ingatan yang nggak masuk akal. Termasuk kehamilan yang dia anggap keajaiban. Meski begitu, nggak dijelasin apakah orang lain tau soal gangguan jiwa yang diderita Isabela ini, dan bagaimana dia bisa jadi kunci semua misteri ini. <br />
<br />
Pada akhirnya Scott (Keanu) nggak ngapa-ngapain. Nemu sesuatu yang baru juga nggak. Semuanya dibuka sendiri sama atasannya. Nuraninya emang nggak pengin kasus itu ditutup gitu aja. Tapi pada akhirnya dia nggak ngapa-ngapain dan nggak melakukan sesuatu yang berarti.<br />
<br />
Ada adegan-adegan lain kayak hubungan Scott sama anaknya yang tinggal jauh dari dia, hubungan Isabela sama suaminya, hubungan mantan istrinya Cullen sama Scott, yang menurut gue nggak ada esensinya sama sekali untuk kepentingan cerita. Udah gitu, selain misteri pembunuhan Cullen, ada juga 3 orang lain yang terbunuh setelahnya, dan sampe akhir juga nggak ada penjelasan soal itu. Kayak cuma pengin ngasih bumbu drama aja, gitu.<br />
<br />
Gue yang tadinya mau nonton thriller yang agak mikir gitu biar otak seger, malah jadi kessel. Film ini sia-sia banget :'D<br />
<br />
Tau gitu gue baca komik aja....nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8618749582253862171.post-71539488924126911092017-10-06T23:13:00.001+07:002017-10-06T23:13:34.194+07:00Menganalisis Pemikiran ManusiaMempelajari manusia sebagai makhluk sosial itu sulit, ya?<br />
<br />
Seenggaknya itulah yang gue sadari begitu masuk mata kuliah 'teori kebudayaan' yang sebenernya nggak mau diambil, tapi wajib untuk semua peminatan--gimana dong?<br />
<br />
Padahal gue seneng-seneng aja masuk mata kuliah yang lain, walau rumit. Tapi begitu masuk kuliah teori budaya, gue selalu duduk paling belakang, mencoba mendengarkan dosen sambil manggut-manggut antara pura-pura ngerti atau karena ngantuk.<br />
<br />
Isi pelajarannya selalu kasus sosial, dan analisis kenapa bisa jadi kayak gitu.<br />
<br />
Misalnya aja cerita soal buku 'Pengakuan Pariyem' yang katanya terkenal di kalangan budayawan karena kental dengan budaya Jawa yang agak kontroversial.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd6Gkz_xwAZ8B2EbjjknbYIL2UAycq19_pUzmxzISu8CDGpPgw-266s-4SWi-DlAyymBHmbGQ-l99nUHmVEFyzwg821ipHkcYt79_7Vz5GahwD2oOSuqK4eAynZFELdtf_Y4-bouX-YTk/s1600/pengakuan+pariyem+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="424" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd6Gkz_xwAZ8B2EbjjknbYIL2UAycq19_pUzmxzISu8CDGpPgw-266s-4SWi-DlAyymBHmbGQ-l99nUHmVEFyzwg821ipHkcYt79_7Vz5GahwD2oOSuqK4eAynZFELdtf_Y4-bouX-YTk/s400/pengakuan+pariyem+2.jpg" width="265" /></a></div>
<br />
Secara singkat, Pariyem adalah seorang wanita Jawa yang bekerja untuk keluarga konglomerat berdarah biru yang memiliki anak laki-laki bernama Raden Bagus. Kisah cinta terjalin antara Raden Bagus dan Pariyem hingga Pariyem hamil. Mengetahui kehamilan Pariyem, ayah Raden Bagus marah. Lalu kira-kira apa yang dilakukan ayah Raden Bagus? Atau bagaimana Pariyem akhirnya bersikap?<br />
<br />
Nah, analisisnya di situ. Apa yang dilakukan mereka berdua sebagai orang Jawa?<br />
<br />
Ada yang jawab Pariyem dibuang. Ada yang bilang mereka seharusnya bermusyawarah untuk mufakat. Ada mahasiswi dari China yang bilang kalau ayahnya memberikan uang banyak pada Pariyem dan memintanya meninggalkan Raden Bagus. Ini sinetron banget, deh :v<br />
<br />
Ternyata, jauh dari jawaban mahasiswa, masalah Pariyem terselesaikan dengan damai. Pariyem pergi meninggalkan keluarga Raden Bagus dan pulang kampung. Keluarga Raden Bagus nggak jadi kehilangan muka. Pariyem sendiri merasa senang karena mengandung anak dari seorang yang terpandang dan tidak menuntut macam-macam. Istilahnya, sadar diri.<br />
<br />
Dan kisah ini jadi kontroversi karena sebagian nggak terima kalau sifat yang terlalu <i>nrimo</i> itu digambarkan sebagai budaya Jawa.<br />
<br />
Lalu, mulailah belajar bagaimana kasus ini dipandang dari sudut psikologis dan budaya. Nah, di sini gue mulai agak <i>lost</i>. Terutama begitu kasus-kasus sosial yang ada di sekitar kita di<i>pola</i>kan.<br />
<br />
Soalnya, menurut logika gue, kejadian-kejadian itu sama sekali nggak berpola. Bahkan kalau mau dibuat polanya, tiap kasus sosial pasti beda. Cakupannya terlalu luas untuk dibuat pola. Terlalu banyak faktor yang bisa menyebabkan satu kejadian terjadi.<br />
<br />
Emang sih teorinya "tidak setiap kasus sosial terjadi karena budaya, tetapi setiap kasus sosial dapat dianalisis dengan pendekatan budaya."<br />
<br />
<i>But I'm still lost</i>.<br />
<br />
Kasus-kasus sosial emang menarik. Tapi gue hanya sekadar penikmat. Gue menikmati contoh-contoh kejadian berdasarkan pengaruh budaya sebagai cerita. Semisal ceritanya Pariyem, ya gue akan menikmati layaknya novel. Meskipun, mungkin gue nggak akan terlalu tertarik karena terlalu vulgar dan cerita yang termasuk <i>open ending </i>(kayak kebanyakan novel Jepang :v). Yah, mau gimana lagi, ini kan kisah nyata yang dituturkan lagi.<br />
<br />
Atau misalnya ketika orang asing yang ada di Indonesia bingung kenapa tiap kali orang Indonesia memberikan sesuatu pakai tangan kiri, pasti minta maaf.<br />
<br />
Paling komentar gue cuma, "oh iya, menarik. Lucu juga ya..." <br />
<br />
Udah.<br />
<br />
Nah, untuk menganalisis kasus-kasus sosial kayak gitu, gue sama sekali nggak tertarik. Karena ini jatuhnya sama kayak interpretasi puisi. <i>There's neither right nor wrong</i>. Analisis semacam ini akan jadi sesuatu yang sifatnya sangat subjektif. Untuk baca hasil analisis orang sih oke, tapi kalau gue yang diminta analisis, nggak, deh. Apalagi, sesuatu yang berhubungan dengan pemikiran manusia itu bener-bener sulit ditebak. Orang yang sangat-sangat tidak peka macam gue bisa apa? :v<br />
<br />
Gue pikir, belajar budaya itu mengenali berbagai budaya yang berbeda dari berbagai wilayah aja. Kalau sebatas itu, pasti gue bisa menikmati. Gue nggak menyangka akan belajar teori-teori dasar yang melahirkan budaya itu sendiri.<br />
<br />
Kalau menganalisa struktur bahasa, gue paham dan cukup bisa mengikuti <strike>kecuali fonologi</strike>. Soalnya, walaupun para linguis sering beda pendapat, setidaknya ada aturan-aturan dasar yang membatasi suatu analisis itu salah atau benar. Intinya, ada rumus yang pasti.<br />
<br />
Misalnya gue diminta menganalisi dari mana kata "pemelajar" berasal. Kalau gue jawab asalnya dari kata "belajar", gue pasti salah. Karena perubahan kata dari "belajar" adalah "pelajar". Sementara kata "pemelajar" muncul karena ada kata "mempelajari", sehingga orang yang mempelajari disebut "pemelajar", bukan "pelajar".<br />
<br />
Nah, logika gue masuknya ke hal-hal yang kayak gitu. Kalau masuk analisis dengan pendekatan budaya, logika gue nggak akan kepake. Sehingga udah pasti gue bakal <i>kesasar</i>.<br />
<br />
Intinya, gue lebih paham dengan sesuatu yang bisa dijelaskan secara pasti. Tapi, otak gue nggak nyampe kalau belajar ilmu pasti beneran macam sains, fisika, dan kawan-kawannya. Jadi, gue pilih yang agak fleksibel sedikit meskipun tetap pakai ilmu pasti, dan berbentuk kata-kata yang justru bisa gue visualisasikan dengan baik ketimbang angka.<br />
<br />
Walaupun gue masuk peminatan linguistik deskriptif/murni, tapi temen gue banyakan dari peminatan bahasa dan budaya. Dan dua peminatan ini selalu ketemu di dua mata kuliah karena materinya berhubungan satu sama lain. Kami ketemu di kelas teori budaya dan semantik (ilmu yang mempelajari tentang makna). Jadi, begitu masuk kelas teori budaya, gue nggak paham. Dan begitu mereka masuk kelas semantik, gantian mereka yang nggak paham. Saling melengkapi, akakaka.<br />
<br />
Yah intinya gitu, deh. Pada dasarnya dari dulu gue nggak jago menganalisis 'pemikiran manusia'.nana_0_ohttp://www.blogger.com/profile/01978587762418015235noreply@blogger.com0