Sabtu, 18 Mei 2013

[Flash Fiction] Magnet Curhat Magnet Masalah


Ingin aku berteriak ke seluruh dunia bahwa menjadi seorang magnet curhat bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Oke, mungkin seorang wartawan entertaintment akan habis-habisan menolak pendapatku itu. Tapi, bagaimana tidak kesal kalau kau sedang asiknya bergelung dalam selimut dengan bantal-guling yang super empuk malah diganggu dering handphone yang tak mau menyerah meski dimatikan berkali-kali. 

Dan ketika akhirnya aku mengangkat telepon dari salah satu teman tukang curhat itu, yang kudengar selalu berita buruk. Ya, meskipun teman-temanku yang tukang curhat itu cerita soal keberhasilan yang mereka raih, itu tetap berita buruk untukku yang hanya seorang pegawai rendahan.

Kembali ke handphone. Aku menggumamkan ‘hmm’ dengan intonasi yang sedikit naik di akhir meski tak niat. Masih dengan mata tertutup tentu saja.

“Indah?”

Ooh, suara Shezka. Tebakku.

“Indah, aku hamil,” akunya sedikit terbata dan mulai terisak-isak pelan.

Mataku langsung terbuka dan aku pun mengernyitkan dahi.

Siang itu, Shezka menceritakan semuanya di sebuah café kecil dekat stasiun. Tentang bagaimana ia naksir seorang pria yang telah memiliki pacar. Dan bagaimana ia begitu bodoh memutuskan untuk berhubungan badan dengannya tanpa pengaman agar hamil dan dapat segera mengikat paksa pria itu. Pikirnya, pria idamannya itu akan segera meninggalkan sang pacar dan bertanggungjawab atas calon bayi mereka.

Ingin rasanya aku meninggalkan Shezka dengan masalah yang terjadi atas akibat dari apa yang ia lakukan sendiri. Namun hubungan teman, yang meski tak terlalu dekat, menahanku untuk pergi. Rambut ikal kecoklatan yang menutupi hampir seluruh wajah Shezka yang menunduk dalam-dalam juga menunjukkan penyesalan dirinya. Akhirnya, aku menyarankan untuk mencari solusi dengan musyawarah antara tiga pihak. Memang mungkin akan terjadi perkelahian. Tapi apa lagi yang bisa dilakukan selain jujur satu sama lain? Toh, kalau pacar dari pria itu cukup pintar, ia akan meninggalkan pria yang sudah berani selingkuh sampai menghamili wanita lain. Wanita pintar hanya untuk pria yang pintar. Setidaknya itu yang kupercayai.

Tak kusangka, Shezka langsung menerima saranku. Jadi, aku langsung pulang untuk melanjutkan tidurku yang sempat terganggu. Hari Minggu ini memang tak boleh kusia-siakan. Aku harus mengisi penuh energiku untuk kerja 5 hari kedepan.

Sesampainya di rumah, belum sempat aku mengganti pakaianku, dering handphone kembali terdengar. Untungnya, bukan dari salah satu pelanggan tukang curhat. Tapi Elbert!

Pacar dengan tampang yang begitu menawan dan berkepribadian super baik itu mengajakku jalan sore ini. Untung saja aku belum mengganti pakaianku dengan kaos dan celana pendek untuk tidur. Jadi, aku segera merapikan kembali make up-ku dan menyemprotkan parfum di bagian-bagian tertentu. Elbert bilang akan menungguku di depan mall tempat kami biasa bertemu. Ia tak bisa menjemputku lantaran mobilnya sedang di bengkel.

Sesampainya disana, aku melihat sosok Albert dari jauh dan melambai padanya. Lambaianku terhenti begitu melihat sosok yang begitu kukenal di belakangnya. Sosok berambut ikal kecoklatan yang juga terkejut begitu melihat sosokku yang mendekat.

“Indah?” tanya Shezka tak percaya.

Apa kubilang. Menjadi seorang magnet curhat memang tak pernah menyenangkan.

----

Sebuah flash fiction yang diikutsertakan dalam kuis yang diadakan oleh Mbak Primadonna Angela via twitter. #nulisyuk 
 

1 komentar:

  1. Eh, belom komen di sini. Hihihi...

    Seperti yang kau kira, dan Ru udah bilang, Ru bisa nebak. Iyeeey~ \o/ *plak*

    Rasanya mau nge-pats Indah dan bilang, "Kalau pacar dari pria itu cukup pintar, ia akan meninggalkan pria yang sudah berani selingkuh sampai menghamili wanita lain." *kabur*

    BalasHapus