"Jahat! Tidak berperasaan! Diktator!" cerocosku tanpa henti.
Teman yang tak kukenal yang saat ini berada di penjara di 
sampingku menanggapi, "Percuma, mereka tidak akan menanggapi." Ia 
berkata seolah-olah terkurung di dalam sini adalah takdir kami, dan kami
 sama sekali tak memiliki kekuatan untuk mengubahnya.
Aku tahu penjara ini sangat kuat dan mustahil untuk keluar 
dari sini, tapi bukan sifatku untuk menyerah begitu saja. Aku juga 
bodoh, sih. Ibu sudah bilang, jangan keluar malam-malam kalau tidak 
ingin ditangkap para penjahat. Tapi aku  tak bisa menahan diri untuk 
tidak bermain di luar bersama teman-temanku yang lain.
Bau rerumputan yang tercium dari celah kecil dalam penjara 
membuatku berpikir lebih keras agar bisa keluar dari sini. Aku 
mondar-mandir tak tentu arah dengan pikiran yang mulai kusut.
"Hei, sudahlah.... tak usah stres seperti itu. Nanti juga mereka akan mengeluarkan kita," kata teman tanpa nama itu.
"Hah? Mereka akan melepaskan kita?" tanyaku tak percaya.
"Ya, percaya padaku. Mereka hanya ingin menikmati keindahan
 tubuh kita sejenak sebelum membuang kita kembali," katanya dengan 
ekspresi yang sulit kujelaskan.
Mendengar penjelasannya itu, aku segera menutupi tubuhku 
dengan tangan sebisanya. Jadi itu tujuan mereka? Kuakui, kaum kami 
memang 'cantik', tapi kami bukan pajangan! 
Kekesalanku kembali memuncak. "Lihat saja! Kalau benar aku 
dilepaskan nanti, aku akan mengamuk! Aku akan cakar mereka! Akan kupukul
 biar tahu rasa! Andai aku punya kuku setajam harimau, pasti 
kucabik-cabik dan kumakan mereka!" seruku penuh emosi.
"Sudahlah, memangnya kamu bisa apa? Kita ini kan cuma kunang-kunang...."
Manusia-manusia di luar sana memandangi kunang-kunang yang 
mereka tangkap dan masukkan dalam toples, lalu tersenyum. Mereka tak 
sabar untuk segera melepas semua kunang-kunang itu dan menciptakan 
pemandangan rumput malam yang dihiasi cahaya indah kunang-kunang.
-Nana-
23/3/2015 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar