Rabu, 01 April 2015

Flashfiction - Andai Aku Jadi Presiden

Tantangan OWOP malam selasa temanya "Andai Aku Jadi Presiden". Duh, temanya susah! Itulah yang pertama kali terpikirkan. Tapi hadiahnya menggoda sekali! Jadi gue berusaha sebaik mungkin nulisnya.
 
Hadiah pemenang pertama! Menggoda sekali...... Tapi khusus tantangan kali ini, gue lebih tertarik sama hadiah pemenang kedua

INI HADIAH KEDUA!! MICROSOL!! FROZEN MINI RISOL!! ASTAGA GUE LIATNYA AJA UDAH NGILER!

Jadi, demi risol, eh, demi membantu melancarkan nulis, gue pun membuat flashfiction. Lagi :))

______________

"Mengatur keuangan negara, mengatur stabilitas ekonomi, mengatur undang-undang, mengatur transportasi, mengatur hubungan kerjasama dengan negara tetangga, mengatur pendidikan..... Tugas Presiden itu banyak kali ya, Cok! Mikirnya saja pusing kali aku!"

Pria yang akrab disapa Ucok itu geleng-geleng kepala. "Sur....sur.... kamu itu. Ngapain sih, mikirin kerjaan Presiden?"

"Ya kita harus peduli juga lah, Cok. Kita kan rakyat Indonesia juga...."

Ucok menghembuskan nafasnya perlahan. "Kerjaan Presiden memang banyak, Sur. Tapi kan beliau punya menteri-menteri yang bantu. Tugas Presiden itu memimpin para menteri supaya semuanya lancar. Bukan memimpin rakyat, lho. Hahahaha!"

"Loh? Presiden bukannya pemimpin rakyat? Gimana kau ini, Cok?"

Ucok tertawa lagi. Ia sudah menyangka akan menerima protes dari Surya. "Ya bukan, lah. Sebenarnya sebelum jadi Presiden, capres-capres itu harusnya sadar kalau tugas mereka itu melayani rakyat, bukan memimpin rakyat. Istilahnya, Presiden itu kepala pelayan bagi rakyat. Lagipula, bisa apa mereka tanpa rakyat? Kita ini sebenarnya yang raja, Cok. Kalau mindset para petinggi itu benar, sudah tentu mereka merendah. Wong mereka cuma pelayan."

"Iya, pelayan bergaji besar!" canda Surya.

"Hahaha! Benar itu, Sur! Harusnya gaji mereka jangan besar-besar. Biar saja gajinya kecil. Kalau gaji mereka kecil, tentu yang mau jadi petinggi-petinggi negara ini hanya orang-orang yang benar-benar rela membangun negeri dan mensejahterakan rakyat. Padahal, sejak SD ketua kelas yang kita pilih nggak pernah dapat imbalan apa pun, kan? Tapi mereka tetap mau menjalani kewajiban mereka. Nah, itu baru yang namanya ikhlas. Presiden kan hanya istilah keren 'Ketua Kelas' untuk Indonesia."

"Pintar kali kau, Cok. Coba kau sajalah yang jadi Presiden! Pasti dukung aku!"

Ucok meraih gagang sapu lidi dan merapatkan resleting seragam oranyenya. "Amiin. Insyaallah ya, Cok. Sekarang kita lanjut kerja dulu, yuk. Kita juga jadi pelayan masyarakat, kok. Cuma, masih di tingkat paling bawah, hehehe."

Mereka berdua kembali menyisir jalan besar di daerah Sudirman. Hari ini mereka harus kerja keras karena sejak siang tadi para pendemo memenuhi jalan tersebut dan pulang tanpa membawa sampah mereka.

-nana-
31/3/2015

3 komentar: