Sabtu, 02 Juli 2016

[Flasfiction] Berhasil



Aku merasakan kelopak mataku terbuka perlahan. Namun, tak ada pemandangan berbeda yang kulihat. Sekelilingku gelap gulita. Meski aku meyakinkan diri dengan berkedip beberapa kali, tetap tak ada yang berubah. Kegelapan pekat yang menyelimutiku seolah menutup mataku dengan kain hitam tebal. Aku bahkan tak dapat melihat telapak tanganku sendiri. Serta merta, kengerian menyapa diriku.

Di mana aku?

Mencoba bangkit, aku merasakan permukaan tanah yang tidak rata dengan batu dan kerikil di mana-mana. Hebat juga ketika tak sadarkan diri tadi, aku sama sekali tidak merasakan permukaan tanah yang begini kasar. Aku berusaha menyeimbangkan badan ketika berdiri. Kenyataan bahwa matamu tidak bisa menangkap cahaya meski hanya setitik, membuatmu kehilangan keseimbangan dan kesulitan bergerak. Lalu, dengan hati-hati aku melangkahkan kakiku ke sembarang arah, berusaha mencari tahu tempat apa ini sebenarnya.

Setelah dua-tiga langkah yang sulit, aku merasakan dinding yang juga memiliki permukaan tidak rata. Aku meraba-raba dinding tersebut untuk mencari petunjuk sekecil apa pun.

Ini seperti sebuah gua. Bukan dinding kanan dan kiri saja, tapi aku juga bisa merasakan ada dinding yang menghimpit dari atas tubuhku. Selain itu, suara gesekan sekecil apa pun yang kutimbulkan, terdengar lebih jelas daripada biasanya.

Detik itu, aku mendengar suara gesekan lain. Otomatis, aku membeku. Aku tak berani bergerak meski hanya seinci. Satu-satunya yang bergerak liar dari tubuhku adalah jantungku yang berdentum makin keras.

"Kelly?" tiba-tiba ada suara yang memanggilku.

Detik itu, otakku langsung bekerja. Benar juga, ada Romi yang sejak tadi bersamaku!

"Gue di sini, Rom," ujarku pelan, berusaha menyembunyikan antusias yang berlebihan karena menyadari aku tidak sendiri di gua ini.

Ya, ini jelas gua. Kini aku ingat mengapa kami berdua ada di dalam gua ini. Kami adalah laki-laki penggemar judi yang bernasib nahas. Gara-gara terjerat utang hingga ratusan juta, para penagih utang mendatangi rumah kami ketika kami tidak ada di sana. Istri dan anak kami sama-sama dibunuh dengan sadis. Barang-barang berharga yang ada di rumah kami pun disita hingga tak ada yang bersisa.

Balas dendam tanpa persiapan matang jelas hanya mengantarkan nyawa kami berdua ke tangan para penagih utang itu. Dan karena kami tak memiliki apa-apa lagi, satu-satunya cara yang bisa kami pikirkan adalah meminta iblis untuk membalaskan dendam kami. Kami pun memilih gua tersembunyi ini untuk melaksanakan ritual pemanggilan iblis.

Setelahnya, aku tidak ingat jelas urutan kejadiannya. Yang kutahu, kami berdua mendadak tak sadarkan diri hingga akhirnya terbangun sekarang. Lilin-lilin yang kami gunakan untuk melaksanakan ritual tadi pun sudah mati dan aku tak memiliki petunjuk di mana lilin itu berada.

Aku meminta Romi untuk meraba sekeliling dan mencari lilin itu. Namun ia tak bisa menemukannya. Pematik yang ia gunakan pun ia letakkan di samping lilin, sehingga tak ada harapan bagi kami untuk menikmati sedikit cahaya.

"Kita harus keluar dari sini secepatnya," ujar Romi. "Ikuti dindingnya saja."

Kami pun berjalan ke arah yang sama dengan bertumpu pada dinding gua. Selebihnya kami tak banyak bicara dan berharap dalam hati agar kami berjalan ke mulut gua, bukan sebaliknya.

___

Satu jam berlalu dan akhirnya dinding gua yang menjadi penyokong kami tak bisa kami rasakan lagi. Aku merasakan mulut gua di genggaman tanganku. Udara yang dingin juga menjadi bukti kuat bahwa kami telah berhasil keluar dari gua. Selama beberapa detik, tak ada satu pun dari kami yang bergerak lebih jauh dari mulut gua.

"Kita berhasil," kata Romi dengan nada yang sulit dijelaskan apa ia merasa lega atau sebaliknya.

"Ya, kita berhasil."

Kami berhasil keluar dari gua. Tapi tak hanya itu. Ritual yang kami lakukan pun berhasil. Sebab, kini kedua mata kami sama sekali tidak bisa melihat meski sudah tidak berada dalam gua.

Memohon pada iblis memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.

-nana-
22 Juni 2016


Yak, hasil malam narasi OWOP yang jadinya misteri karena terpengaruh buku misterinya Sir Arthur Conan Doyle. Duh, situ jenius banget sih jadi orang....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar