Jumat, 10 Januari 2014

Akhirnya, Report Jalan-Jalan di Lembang yang Penuh Keabsurdan!

Akhir tahun kemarin gue dan temen-temen berhasil berkumpul dan jalan-jalan ke Lembang. Meski gak semuanya ikut dari awal sampe selese sih. Tapi dengan kesibukan masing-masing, itu bisa liburan bareng aja udah syukur banget deh.

Oke, gue mau cerita beberapa hal sekilas perjalanan kemarin.

Kayaknya ini poto yang paling gue suka waktu jalan-jalan kemaren



1. Minimnya Persiapan
 Gue dan lima temen kampus gue memang anak-anak yang jarang membuat perencanaan untuk jalan-jalan. Rasanya baru kali ini kita bikin persiapan....sedikit. Tapi tetep aja, persiapan maksimal kami adalah pesen penginapan dan tiket kereta untuk berangkat. Pulangnya? Liat nanti. Untuk nentuin tujuan ke Lembang aja gue harus menekankan kalau "grup terserah" (gue, Ruru, Echa) udah bubar. Semuanya harus nyumbang pikiran. Soalnya nyari tempat liburan yang gak terlalu jauh, nyaman, dan bisa puas dalam 2 hari itu susah. Persiapan lainnya adalah barang bawaan. Dan sebagian besar dari kami mengandalkan orang lain, wakakaka. Ini percakapan gue waktu lagi belanja sama Ruru.

Ruru: Beli apaan aja ya, Na? Odol? Sabun?
Gue: Paling Echa bawa, udahlaah... bawa sikat gigi sama anduk aja.

Pas nyampe di sana, terbuktilah, yang bawa odol, sabun, sisir dan segala perlengkapan cewek cuma Echa. Yang lain? sama kayak gue, berharap sama Echa. 

2. Ibu-ibu cenayang
Janjian di stasiun Gambir membuat gue, Zu, Ruru, Echa, dan Saa, ketemu sama penjaga karcis super tampan. Seriously, harusnya dia jadi model. Eh, ini gue bukan mau ngomongin cowok itu, tapi soal ibu-ibu. Waktu udah di dalem kereta, posisi kita berlima kurang enak. Di bangku depan sebelah kanan, tempat Ruru sama Echa. Longkap satu bangku, baru gue sama Saa. Sedangkan Zu duduk sendirian di deretan bangku sebelah kiri. Ibu-ibunya di mana? Sabar atuh ah!

Jadi, di depan gue dan Saa ada satu ibu-ibu yang tampaknya sudah sangat pewe. Echa nyuruh gue tanya ke ibu itu, mau apa enggak tuker tempat. Daan... ibu itu menolak. Yaudah deh... Lalu karena enggak bisa ngobrol bareng karena posisi bangku yang enggak enak, kita ngobrol lewat watsapp. Gue bilang, ibunya gak mau tukeran. Si Zu bilang tampang ibu itu serem, jadi dia emang ogah nanya. Gue bilang, namanya juga usaha.

Yang terjadi kemudian adalah... Ibu itu menawarkan gue dan Saa pindah ke tempat dia! Yeayy!! Saa parno Ibu itu denger obrolan kami. Tapi gimana caranya, secara kami ngobrol lewat watsapp. Satu kemungkinan adalah, Ibu itu cenayang!

Gue duduk sama Saa
Ruru sama Echa
Berkat ibu cenayang itu, gue pun bisa merasakan duduk adep-adepan kayak di film 5 cm, wakakakaak! (potonya agak burem sih, ini pasti gara-gara zu dendam, gak bisa ikutan :p
Dan ini Zu yang terpinggirkan di samping....
3. Mengisi waktu luang dengan mengocok perut
Berhubung di kereta gak bisa main uno, atau main lompat karet, akhirnya gue memikirkan satu permainan sederhana. Sambung menyambung cerita, hihi. Jadi, satu orang harus nulis, minimal satu kata untuk melanjutkan tulisan dari orang sebelumnya. Jadinya? Ancur....

Ini hasil tulisannya: Gue, Echa, Ruru, Zu, Saa

Di malam yang penuh bintang, aku duduk tersenyum sambil memandang langit malam. Teringat olehku sebuah potongan kue coklat yang ada di meja belajarku. Bagaimana nasibnya? Tapi kereta yang kutumpangi sudah tak bisa kembali lagi ke rumah. Tapi tak apa, asal aku bisa bersama pria yang saat ini duduk di sampingku. Raut wajahnya yang tegas dan memesona membuatku betah berlama-lama di dalam kereta ini. 

"Kamu ngelamun apa, sih?" kata Ibu sambil mengggeplak kepalaku yang masih panas oleh pikiran.

"Kue coklatku, Bu," kataku sambil berbisik. Tengsin juga kalau ucapanku terdengar oleh pria di sampingku ini. 

Ngomong-ngomong, udara di kereta ini dingin sekali. Aku ingin buang air kecil, tapi begitu aku tiba di depan toilet, dan melihat pantulan diriku di kaca pintu kereta, aku bergidik ngeri. Tidak, tidak mungkin, ini pasti hanya khayalanku belaka bahwa semua gigiku ternyata coklat semua! Pasti ini gara-gara kue coklat yang baru kumakan setengah itu. 

Gawat! Aku harus membersihkan gigiku secepatnya agar pria di sebelahku tidak ketakutan melihat aku tersenyum. Secepatnya aku mengambil tisu toilet. Kugunakan tisu itu untuk menyeka air mataku yang sejak kapan jatuh di pipi. Kukumur mulutku dengan air, lalu kuseka bekas air di mulut. Ku lihat lagi pesan yang baru kuterima tiga menit yang lalu. 

"Ka, kuenya kuhabiskan, ya!"

"Tidak apa-apa habiskan saja," tiba-tiba aku merasa aku mengidap gangguan schizofrenia.

"Bukankah tadi aku yang menghabiskan kue coklat itu, dan oleh karena itu gigiku jadi coklat semua. Apa aku hanya mengkhayal? Boleh bantu aku? Siapapun? Tolong aku. Aku di mana? Dengan siapa? Sekarang berbuat apa?"

"Ibuuuu....." 

"Aku kenapa?" air mataku pun berjatuhan lagi.

"Aku harus memastikan kalau tidak ada yang...." aku tersentak ketika atap kereta terbuka. "Apa yang terjadi?!"

Semua gelap. Tiba-tiba. Lalu ketika aku mengerjapkan mata, aku sudah ada di kamarku. Ternyata aku hanya bermimpi. Alhamdulillah. Aku sempat merasa kacau, karena kupikir hidupku seabsurd tadi. Mendapati diriku yang terbaring di ranjang kamarku yang nyaman ini membuatku lega. Untunglah hanya mimpi. Namun... mataku tiba-tiba tertumbuk pada suatu benda di atas meja belajarku, dan itu adalah kue coklat yang tadi kumimpikan. Ternyata karena baru kumakan setengah, kue itu sampai terbawa mimpi. 

Akhirnya tanpa mempedulikan gigi yang telah kusikat bersih, aku memakan kue yang hanya setengah itu. Aku kembali tidur karena pikiranku telah tenang. Aku yakin besok akan sakit gigi karena tidak ingin repot-repot menggosok gigi. Tapi, siapa peduli? Yang penting mimpi kue coklat itu tidak menghantuiku lagi.

TAMAT

Setelah selese ngakak-ngakak karena cerita ini super kaga nyambung, akhirnya diputuskan judulnya "Misteri Kue Coklat".

4. Penginapan horor
Yah sejujurnya penginapannya sih gak horor, jalannya itu lho.... berhubung kami sampe sono tengah malem, terpaksalah naik taksi. Dan jalan masuknya itu berbatu-batu, gak manusiawi buat taksi (ambigu, karena taksi emang bukan manusia). Mana kaga ada lampu lagi sepanjang perjalanan ke dalem, gak kebayang kalo harus jalan.... pasti kudu sedia senter. Tapi akhirnya ada juga kejadian yang memaksa kami untuk jalan pas malem-malem, hihihi :D

Sejujurnya penginapan ini cukup worth it. Dengan harga yang terjangkau, banyak tempat wisata yang bisa dicapai dengan jalan kaki. Yang paling jauh adalah waktu ke de Ranch, jalan kaki 2 km. Lumayan banget buat olahraga. Pulangnya mampir makan di Floating market, dan jemput Zha yang baru dateng malem-malemnya lagi. Waktu jalan pulang, gue sama Ruru jalan duluan karena kasian si Zha nunggu sendiri, sementara di Zu sama Saa ngikutin di belakang (kurang lebih 100 meteran) karena mereka kudu bayar dulu abis beli makanan. Saa sempet ngambek karena gak mau jalan bareng Zu, secara mereka berdua sama-sama parnoan, ahahaha xD

Nah, berhubung gue bawa senter, perjalanan gue sama Ruru enggak mengalami hambatan apa pun. Yah, emang sempet salah masuk gang, sih. Tapi entah kenapa kami yakin aja itu pasti nyambung sama gang yang seharusnya kami lewatin. Sementara di belakang, Saa sama Zu bingung, karena jalannya beda. Lalu Zu ngomong gini ke Saa, "Semoga aja yang kita ikutin beneran Ruru sama Nana." Waktu denger itu, gue ngakak parah. Bocah-bocah ini parnonya kebangetaaaaannn....

5. Tempat wisata yang menyenangkan.....kalau sepi
de Ranch sama Floating Market itu aslinya menyenangkan, dan pemandangannya oke, kalau sepi pengunjung. Sayangnya kami dateng hari Minggu, pas mau tahun baru pulak. Jadilah berdesak-desakan dan berjubel dengan pengunjung lain. Yah, gue cukup puas bisa keliling naik kereta kuda dan pinjem baju cowboy meski gak naik kudanya, sih :D
Numpang gaya doang....
Di Floating Market harga makanannya emang lebih mahal sedikit dari harga standar. Tapi jujur gue ngiler. Itu makanan kayaknya enak-enak semua. Akhirnya gue makan tahu susu isi goreng sama roti bakar coklat yang dibeli dengan penuh perjuangan. Yup, PERJUANGAN! Karena gue sama Ruru naik kano dan berusaha merapat ke perahu tukang jualannya tanpa nabrak perahu mereka yang pasti ada kompornya. Itu PERJUANGAN! fiuuuh... (lap keringet)

Naik kanonya juga asyik, dalam setengah jam gue merasa udah jadi seorang pe-kano (?) profesional. Dengan kombinasi sempurna, gue sama Ruru tau caranya maju lurus, maju serong, mundur, muter, berhenti, ngebut, dll dsb. Ngeliat orang lain yang naik kano dan gak bisa ngontrol arah kanonya bikin gue pengen ketawa, pffft.

Dua pe-kano prefesional terlahir di Lembang
Jalan-jalan di hari kedua enggak bisa terlalu lama karena ngejar travel. Tapi wisata peik strawberry sendiri di deket penginapan cukup seru juga  meski tempatnya gak luas-luas amat :) Gue adalah pemburu strawberry yang mementingkan kuantitas, sementara Ruru adalah pemburu yang mementingkan kualitas. Selesai panen strawberry yang menurut gue cukup banyak (pasti kalo ada yang ke situ abis kami, pada gak kebagian strawberry) kami menikmati jus strawberry dari hasil metik sendiri itu, pagi-pagi. Hehehehe. Perut gue sih kuat asem, jadi gak masalah :)


6. Ketemu Ruka dan hal absurd lainnya
Balik ke arah Bandung, gue ketemu Ruka dulu untuk ngasih hadiah ultah yang tertunda....mmmm....setengah tahun, hehehe. Karena gak bisa lama-lama, akhirnya cuma ngobrol-ngobrol aja deh di cafe zombie. Obrolannya malah bikin nostalgia sama NEWS, pulak! Yang paling absurd adalah, waktu Ruka tiba-tiba nanya ke gue soal susu. Gue gak suka susu karena nyium baunya aja udah mo muntah.

Ruka: Lo enggak bisa minum susu karena baunya? Coba minum susu beras deh. Enggak bau kok.
Gue: Susu beras? Maksud lo.... air tajin??
Ruka: Bukaan, gue awalnya juga nyangkanya itu sih... Jadi ini beras di press sampe keluar airnya. Nah, itu. Lo tau kan kalo gigit beras rasanya manis-manis gitu...
Zu (nyamber): Wah iya tuh! Emang manis!
Gue: Lo... makan beras? Gue gak tau itu rasanya manis. (bahkan gue gak yakin sama pertanyaan gue)
Ruka: Iya! Wah, payah! Emang lo gak pernah makan beras?
Gue: Enggak.... gue normal.

Gue: (mendadak mengernyitkan dahi ngeliat Ruka & Zu ngomongin rasa beras) Ru, lo pernah makan beras? (Nanya ke makhluk lain untuk meyakinkan diri)
Ruru: Enggak.
Gue: Phew. Ternyata bukan gue yang aneh....

Berhubung Ruka sama Zu sama-sama AB, entah kenapa gue ngeliat mereka ngobrol jadi begini
Dan akhirnya tulisan ini selesai juga, phew.....capek....

3 komentar:

  1. Tolong ya, tolong. Tolong banget jangan membuka lagi kesedihan gue dengan mengingatkan gue duduk terpisah itu, merasa sepi karena sendirian. Perih, seperti teriris oleh sebilah golok.

    Dan gue nggak dendam, gue cuma kesel pengen bikin semua foto kalian tanpa gue rusak. wakakkaka

    Terus yang ngomong pas lagi ngikutin lo berdua itu, Saa. Gue hanya mengangguk, mengamini, dan berdoa agar jantung gue tetep kuat. Dan lo tau, Saa itu ngomong dengan watados, tanpa bermaksud apa-apa, tapi sebenernya dia telah merusak kejiwaan seorang anak yang polos karena omongannya.

    Terakhir, itu kasian banget sih gue sama Ruka, dianggep kaya alien gitu. Kita tuh anak normal yang biasa aja, lo aja kurang experience waktu kecil. Pffft

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah, pretlah, siapapun yg ngomong, lo berdua tetep parnoan!

      Lain kali kalo jalan2 lo boleh duduk bareng deh ju, tapi lo ngemper di bawah...

      Soal yang terakhir gue gak komen deh. Gimanapun gue ngeliat kalian emang gitu.

      Hapus
  2. Sumpah si saa lucu banget, parno parah itu hahaha.. coba ada kejadian horor beneran itu pasti lebih seru XDD

    BalasHapus