Sabtu, 08 Oktober 2016

Story Blog Tour Mistery - Chapter 3: KONSEKUENSI

Ini adalah kelanjutan Story Blog Tour Misteri OWOP. 

CHAPTER TIGA: KONSEKUENSI

Urvi berkali-kali mengerjapkan matanya sebelum sadar sepenuhnya di mana ia berada. Tak ada tempat lain yang memiliki warna serba putih hampir di tiap sudut ruangan selain kamar rumah sakit. Dengan cepat, Urvi juga mampu mengurutkan kejadian hingga akhirnya ia terbaring dengan rambut keriting yang makin acak-acakan di kamar ini.

Tak ada orang lain selain dirinya sendiri di ruangan itu, dan Urvi maklum. Ibunya sudah lama meninggal, dan ayahnya pergi dengan wanita lain, entah ke mana. Ia juga sudah cukup lama tinggal sendiri dengan hasil kerja sambilannya. Jadi, mustahil ada kerabat yang datang kalau bukan dia sendiri yang memberikan informasi mengenai dirinya yang saat ini terbaring lemah di rumah sakit.

Ketiga teman sesama penari, pelatih, dan semua penonton yang menyaksikan mereka pasti melihat dengan jelas kematian Pak Rama yang aneh tadi. Urvi mengusap kasar kedua matanya, namun tetap tidak bisa mengenyahkan imaji mengerikan empat penari lain yang menusuk Pak Rama dengan keris di akhir pertunjukan mereka. Urvi juga ingat kalau saat itu ia ingin berteriak, namun tak ada apa pun yang terjadi. Tubuhnya bagai dikuasai oleh sesuatu yang lain.

"Jadi itu balasan untuk Pak Rama, Ni? Kematian..." Urvi berbisik sendirian, karena Agni tak sedang di sini bersamanya.

Mungkin Naara dan Auri tidak tahu menahu soal alasan sebenarnya di balik pembalasan dendam yang ingin dilakukan Agni pada Pak Rama. Mereka berdua terlalu baik dan pasti akan meminta Agni untuk melaporkan langsung dekan mereka itu ke polisi jika mengetahui alasan yang sebenarnya. Yang mereka tahu, tarian barusan adalah bentuk protes atas kesemena-menaan Pak Rama terhadap penggunaan dana yang seharusnya mengalir langsung ke jurusan mereka. Dan meski Urvi tahu alasan Agni adalah untuk membalas dendam atas pelecehan seksual yang ia terima, gadis berambut keriting itu mengira Pak Rama hanya akan mendapat beberapa kesialan sebagai ganjarannya. Bukan kehilangan atas nyawanya.

Kalau tahu begini jadinya, Urvi tak akan mau ikut-ikut terlibat hanya karena dibujuk Kak Tio, pelatihnya yang tampan itu. Padahal sudah jelas Agni lah yang memperalat Kak Tio yang terlanjur jatuh hati pada temannya itu.

Meski tampak tenang dan emosi terkendali, dalam hati Urvi sangat takut. Ini artinya dia telah mengambil bagian tersendiri pada pembunuhan Pak Rama. Dan seperti yang kebanyakan orang tahu, bermain-main dengan sesuatu yang ghaib untuk mengambil nyawa orang, konsekuensi tak akan lebih ringan daripada kematian.

Saat pikiran Urvi sedang berkecamuk, terdengarlah suara jeritan seseorang yang ia kenal dari ruangan lain.

"Naara!" serunya panik dan segera menyibakkan selimutnya, mengambil cairan infusnya dari gantungan, dan berlari keluar.

Urvi berpapasan dengan Auri yang juga mendengar jeritan yang sama. Mereka saling memandang dengan kepanikan yang sama dan segera berlari menuju kamar Naara, sumber jeritan itu terdengar. Saking paniknya, mereka tak memperhatikan bahwa lorong dan ruangan-ruangan di situ terlalu sepi untuk sebuah rumah sakit umum.

Tak butuh waktu lama bagi Urvi dan Auri untuk sampai di depan kamar Naara. Urvi membuka kamar itu dengan satu hentakan keras. Lalu, mereka berdua mendapati Naara yang histeris dan terus berteriak seperti orang gila. Padahal tak apa-apa di sana.

"Sudah mulai...." bisik Urvi ketakutan.

BERSAMBUNG

Nantikan kelanjutan kisahnya di blog mbak Happy :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar