Minggu, 09 Oktober 2016

Story Blog Tour Romance/Angst - Chapter 4: Dua Sisi Koin

Ini adalah kelanjutan Story Blog Tour Romance/Angst OWOP II. Yang genre-nya jelas bukan keahlian gueh. Tapi gue udah berusaha keras membuat cerita ini senyambung-nyambungnya. And, here weeee go!

Chapter 1 - Luka Elisa (Nifa)
CHAPTER 4 - DUA SISI KOIN

Tezar berbalik setelah punggung Elisa terlihat makin samar. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celananya dan berjalan menjauh.

Sepanjang perjalanan pulang, Tezar disibukkan dengan pikirannya sendiri. Memang saat ini mereka hanya berteman. Oke, sahabat, setingkat lebih tinggi daripada teman. Namun Tezar menganggap hubungan mereka lebih dari sekadar sahabat. Dia sendiri belum bisa menentukan apakah perasaannya pada Elisa ini bisa disebut cinta. Yang jelas, dia merasakan ikatan aneh jika bersama Elisa. Sebab tanpa Elisa sadari, mereka memiliki kemiripan.
___

Alya terus memperhatikan Tezar yang berjalan perlahan dari kejauhan. Meski begitu, ia dapat melihat dengan jelas wajah muram Tezar meski cowok itu menuunduk dalam-dalam. Tezar berjalan tak beraturan sambil sesekali berhenti untuk menendang-nendang kerikil yang ada di dekat kakinya.
Sejujurnya, Alya ingin sekali menghampiri Tezar. Namun, jika ia tiba-tiba muncul di belakang Tezar dan menepuk pundaknya, pasti akan sangat mencurigakan. Oleh karena itu, ia lebih dulu mengambil jalan memutar ke arah rumah Tezar.

“Tezar bego!” umpat Alya diam-diam ketika menjauh dari jalan yang ditempuh Tezar.

Entah ini kali keberapa Alya mengikuti Tezar. Dan lagi-lagi tujuan cowok itu selalu saja rumah mewah milik seorang tuan putri yang manja. Alya sudah curiga sejak SMP ketika Tezar perlahan menjauh darinya. Selalu saja ada alasan Tezar untuk tidak pulang sekolah bersamanya, padahal rumah mereka bersebrangan. Karena tak berani bertanya pada Tezar secara langsung, Alya memilih untuk menguntit—ah, mungkin itu bukan kata yang tepat, mencari tahu dan menjaga dari jauh mungkin lebih pas bagi Alya.

Saat itulah Alya tahu soal Elisa, yang merupakan teman sekelas Tezar di SMP. Selama ini Alya tidak tahu kalau Tezar akrab dengan cewek selain dirinya. Mungkin ini karena Alya berbeda kelas dengan Tezar dan Elisa, sehingga tidak sadar sama sekali akan kedekatan mereka.

Awalnya, Alya hanya merasakan cemburu biasa. Namun perlahan rasa itu berubah menjadi benci ketika Elisa membuka rahasianya pada Tezar. Gadis itu menderita penyakit kejiwaan serius dan cenderung menyakiti dirinya sendiri ketika ditimpa kesusahan. Bukan hanya gara-gara kenyataan itulah Tezar menjadi lebih lembut dan terkesan selalu ingin melindungi Elisa, tapi juga karena Elisa menjadi tambah manja dan selalu berlindung di balik punggung Tezar.

‘Manja. Penakut. Pengecut. Lemah. Seharusnya cewek itu mati saja sekalian,’ pikir Alya.

“Tezar terlalu bagus untuk tuan putri cengeng begitu!” umpat Alya lagi sambil mempercepat langkahnya.
____

Seperti yang sudah Alya perkirakan, ia sampai lebih dulu di depan rumah Tezar. Namun ia sengaja bersembunyi dan menunggu Tezar mendekat sebelum menyapanya seolah mereka berpapasan secara alami.

“En, Zar!” seru Alya ketika bertatap muka dengan Tezar.

Tezar terdiam selama sepersekian detik sebelum menyapa balik tetangga semasa kecilnya yang muncul tiba-tiba dari balik tikungan yang berada persis di samping rumahnya.

“Oh, Al. Baru pulang?” tanya Tezar basa-basi.

“Iya. Lo sendiri?”

“Sama,” jawab Tezar singkat. Tentu saja ia berbohong.

Tezar sama sekali tidak berniat berbohong, sebenarnya. Lagipula, tidak ada yang perlu disembunyikan selain masalah Elisa yang memang sangat sensitif dan tidak perlu diumbar ke mana-mana. Hanya saja Tezar sedang banyak pikiran, sehingga ia memberikan jawaban sesingkat mungkin.

“Lo nggak beli makan?” tanya Alya sembari melirik kedua tangan Tezar yang jelas tidak membawa apa-apa. Sejujurnya ia hanya mencari-cari alasan untuk terus mengobrol dengan Tezar. “Mau gue masakin?” tawar Alya penuh senyum.

Alya menganggap hal ini sebagai kesempatan bagus. Sebab sudah lama Tezar hidup seorang diri dengan mengandalkan tabungan ayahnya. Ibunya meninggal saat melahirkan Tezar. Sementara ayahnya sempat hidup bersama Tezar selama beberapa tahun sebelum dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Selama tinggal bersama, ayahnya terus-terusan menyalahkan Tezar atas kematian istrinya hingga sering melakukan kekerasan fisik. Beruntung Alya tahu karena pernah mengintip ke rumah mereka. Saat itu ia penasaran pada Tezar kecil yang hampir tidak pernah keluar rumah. Padahal Alya menginginkan teman sebaya untuk diajaknya bermain.

Alya pun mengadu pada orangtuanya hingga ayah Tezar dijebloskan ke penjara sebelum akhirnya dipindahkan ke rumah sakit jiwa. Sejak saat itu, Alya dan kedua orangtuanya menawarkan Tezar untuk tinggal bersama mereka. Namun Tezar menolak dengan tegas. Tabungan ayahnya cukup untuk membiayai hidupnya hingga selesai kuliah nanti, dan saat itu Tezar sudah bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Tezar memang sangat berterimakasih pada Alya dan keluarganya yang membantunya keluar dari masalah. Namun Tezar tak ingin hidup dari belas kasihan dan memilih untuk bangit serta berjuang sendiri.

Itulah tepatnya alasan mengapa Alya jatuh cinta pada Tezar.

Selain Alya, kedua orangtuanya, polisi, dan dokter yang sempat menangani Tezar, tak ada yang tahu kalau tubuh cowok itu penuh luka sayat dan sundutan rokok. Dulu bahkan keadaannya lebih parah. Sekujur tubuhnya penuh lebam yang tak kunjung hilang karena pukulan yang ia dapat hampir setiap hari.

Namun keadaannya yang seperti itu tidak membuat Tezar minder, patah semangat, atau bersikap negatif. Sebaliknya ia tumbuh menjadi anak yang aktif dan ceria seolah baru mengenal dunia luar. Luka-lukanya ia tinggalkan di belakang, dan seingat Alya, Tezar jarang sekali menyinggung soal itu. Kalaupun sempat terucap, ia bersikap biasa saja seolah itu bukan masalah besar.

Tezar tersenyum tidak yakin mendengar tawaran Alya. “Hmm… nggak usah deh, Al. Ngerepotin. Lagian gue nggak laper, kok.”

Cowok itu kemudian meninggalkan Alya setelah mengucapkan terima kasih atas tawarannya. Sementara Alya masih terpaku di tempat saking kesalnya. Demi Elisa, Tezar bahkan rela jauh-jauh datang ke rumahnya dan mengajak gadis itu jalan-jalan ke Dufan hanya karena sedang sedih. Sementara sekarang ia malah menolak kebaikan Alya yang ditawarkannya secara cuma-cuma.

Tezar dan Elisa bagaikan dua sisi koin yang berbeda, tapi kenapa Tezar yang begitu positif akan hidupnya harus tertarik sama cewek lemah dan cengeng macam Elisa? Pertanyaan itu terus berputar-putar dalam kepala Alya.

BERSAMBUNG

Chapter 5 akan dilanjutkan oleh Zu.
Nantikan kisahnya di blog http://zu-chocoaizu.blogspot.co.id/

1 komentar: