Rabu, 09 Desember 2015

[Flashfiction] Oksigen dan Genosida

"Apa aku akan mati hari ini?"

Pertanyaan itu akan terus terngiang-ngiang di benak setiap orang yang ada di sini. Termasuk juga--tentu saja--diriku.

Genosida.

Gas berbahaya tersebut telah menjadi musuh kami sejak puluhan tahun yang lalu.

Salah siapa? Pemerintah? Pengusaha pabrik tak bertanggungjawab?

Bukan. Ini semua salah kami, umat manusia. Kami terlalu tergila-gila akan teknologi. Kami menjadi terlalu manja, terlalu malas melakukan ini-itu, dan hanya berpikir untuk menciptakan alat baru yang bisa melakukan sesuatu yang seharusnya bisa dilakukan oleh kedua tangan kami sendiri. Penemuan yang sia-sia telah banyak tercipta. Namun tetap saja laris di pasaran karena alasan pertama. Malas.

Kalau bisa dilakukan mesin, kenapa kita harus melakukannya sendiri? Itu kata-kata kami, si perusak bumi.

Tak heran jika pada akhirnya bumi menyerah menampung kami. Pepohonan hijau yang biasanya menyerap kadar racun dari udara penuh polusi, kini tak lagi terlihat. Kami punya filter, kok. Tanah luas yang mampu menampung dan menjernihkan air, kini tertutup besi-besi tebal. Kami kan masih punya penampung air hujan.

Alasan-alasan tersebut lenyap di dalam kerongkongan tatkala teknologi tak mampu mengatasi imbas yang muncul karena kemajuannya sendiri.

Udara tercemar dan sangat beracun. Kami tak lagi bisa melangkah di luar tanpa perlindungan. Oksigen menjadi barang langka dan mahal. Tanpa tabung oksigen, bumi hanyalah planet usang yang tak cocok lagi ditinggali.

Jika ada penghuni planet lain yang melihat manusia bumi kini, mereka pasti memandang kami dengan iba. Bagaimana tidak? Sekarang kami lebih mirip alien yang dulu sering kami khayalkan dan visualisasikan melalui layar kaca. Dengan kostum mengerikan seperti ini, sudah tak mungkin lagi membedakan mana pria mana wanita.

"Oksigenku hampir habis," kata salah seorang dari kami.

Aku mengangkat dagu, menunjuk ke satu arah. "Nggak mau gabung sama mereka? Minta oksigen..."

Ia menoleh ke sekumpulan orang yang berusaha menarik perhatian seorang gadis arogan di balik kaca. Ada yang mengetuk pelan hingga memukulkan tinjunya ke kaca. Namun, gadis itu bergeming.

"Nona, berikan kami oksigen..." Suara lirih dengan permintaan serupa terus bersahutan dari arah sana.

Orang di hadapanku menggeleng. "Orang kaya mana mengerti perasaan orang miskin. Memangnya kau pikir kenapa rumah penuh oksigen begitu dibuat kedap suara?"

Setelah mengucapkan kekecewaannya, ia akhirnya berkata, "mungkin aku akan mati hari ini...."


-END-

Yak LUNAS!!

Dan apalah itu genosida, ngasal banget gue. Bikin tulisan tanpa research lagi. Hahahaha. Ngerjainnya mepet deadline seeehh....

Sudah ya sudah... ceweknya serem banget...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar