Rabu, 03 Juni 2015

[Flash Fiction] Hitori Kakurenbo

Menjawab tantangan Mimi yang bilang narasi gue Senin lalu hanya sebatas prolog, akhirnya gue edit cerita ini supaya lebih menarik lagi

________


Ini mudah, kok. Hanya perlu menyiapkan boneka berbentuk binatang, beras, benang merah, pensil, dan garam. Robek perut boneka, buang kapasnya dan ganti dengan beras. Masukkan potongan kuku atau setetes darah sebelum menutup kembali perut boneka dengan benang merah. Larutkan garam dalam segelas air, dan sisakan garam yang tidak dilarutkan. Persiapan beres!

Ah, aku benar-benar tak sabar untuk bermain. Salah Mama dan Papa juga, sih, masa aku ditinggal sendiri di rumah besar begini? Rasanya sepi, tauk! Setidaknya, kalau mereka pergi dinas kan bisa biarkan aku menginap di rumah teman atau saudara.

Tapi sekarang tidak apa-apa. Kan ada Bunny yang akan menemaniku main.

"Kita main sampai puas! Kamu setuju, kan, Bunny?" ujarku pada boneka kelinci biru kesayanganku yang baru saja kulilit dengan benang merah agar beras dalam perutnya tak berceceran.

Temanku bilang, ini permainan 'Hitori Kakurenbo' yang populer di Jepang. Artinya 'Petak Umpet Sendirian'. Wajar saja permainan ini populer di Jepang, mungkin di sana banyak anak yang ditinggal sendiri di rumah seperti aku. Ini benar-benar ide brilian! Bayangkan, kau bisa main petak umpet tanpa teman! Praktis sekali, kan?

Semua persiapan beres. Aku mematikan semua lampu kecuali lampu kamar mandi. Aku mengambil air dalam gayung dan menceburkan Bunny ke dalamnya.

"Violet yang jaga, Bunny ngumpet! Violet yang jaga, Bunny ngumpet! Violet yang jaga, Bunny ngumpet!"

Setelah berseru dengan semangat, aku pun berlari ke ruangan lain dan mulai menghitung.

"1....2....3...."

Setelah hitungan kesepuluh, aku segera berlari ke kamar mandi dan berseru, "Bunny ketemu!" Lalu aku menancapkan pensil tajam di dadanya.

"Sekarang Bunny yang jaga, Violet ngumpet!"

Secepat kilat aku berlari ke kamar Mama dan Papa. Aku membuka lemari mereka yang super besar dan bersembunyi di sana. Hahaha, Bunny pasti tak akan bisa menemukanku di sini. Meski sendirian, permainan ini seru juga.

Menurut petunjuk, aku harus menyimpan air garam di mulutku. Kalau ada sesuatu yang menyerang, tinggal sembur saja. Tapi.... gawat! Aku lupa membawa garam sisanya dari dapur! Bagaimana ini!?

Ah tidak apa-apa, semoga saja air garam yang ada di mulutku cukup untuk melindungi diri.

Tiba-tiba saja suasana yang tadinya hening mulai terusik oleh hujan yang perlahan turun. Aku dapat mendengar suara dentingan kawat pengait gorden yang melambai tertiup angin. Sepertinya hujannya akan menjadi deras tak lama lagi. Hawa pun menjadi sedikit lebih dingin hingga aku bergerak ke arah belakang yang tertutupi pakaian agar lebih hangat. Seperti yang sudah kuperkirakan, hujan semakin deras.

Hingga detik ini belum ada tanda-tanda Bunny yang datang mencariku. Apa permainan ini hanya bohongan? Ah, mungkin saja memang begitu. Bisa-bisanya aku percaya akan ada yang mencariku di dalam lemari. Konyol sekali. Lebih baik aku segera keluar dari sini, membereskan semuanya, dan pergi tidur. Besok pagi, orangtuaku pasti sudah pulang.

Aku membuka pintu lemari perlahan-lahan. Terdengar bunyi derit yang cukup keras dari daun pintu. Aku melangkah ke kamar mandi tempat aku meninggalkan Bunny. Namun belum ada setengah jalan, aku mendengar sesuatu dari ruang tamu.

"Suara apa, itu?"

Suaranya terdengar seperti rintik hujan, namun aku tahu pasti ini suara yang berbeda. Dengan takut-takut aku melangkah ke ruang tamu. Tanpa menyalakan lampu, aku tahu dari mana suara itu berasal. Entah sejak kapan TV menyala dan menayangkan siaran kosong. Layar TV menampilkan  rombongan semut yang bersuara seperti rintik hujan.

Aku bergidik. Siapa yang menyalakan TV? Seingatku, semua alat elektronik sudah kumatikan. Aku pun berjingkat-jingkat mendekati TV dan segera menekan tombol power.

'TING!'

Aku menoleh dengan cepat ke arah dapur. Itu jelas suara microwave. Tapi kenapa?

"Bunny!?" seruku dengan gemetar.

Ini gawat. Aku harus segera menghentikan permainan ini. Untuk menyelesaikan semuanya, temanku bilang kalau aku harus segera membakar Bunny. Untung saja aku tidak lupa membawa korek api di kantongku.

Aku berlari-lari kecil agar segera sampai di kamar mandi. Lampu kamar mandi yang tadi menyala kini gelap gulita.

'CTAAARRRR!!!'

Tiba-tiba petir menyambar. Dengan bantuan cahaya petir yang berlangsung tak sampai sedetik, aku terkesiap saat sadar kalau Bunny menghilang.

"Di mana Bunny!?"

Aku harus segera menemukan dan membakarnya! Temanku bilang, permainan ini aman selama aku tidak ketahuan. Gawat! Gawat! Gawat!

Aku menjauhi kamar mandi dan berjalan sangat pelan agar suara langkahku tak terdengar. Aku berniat kembali ke kamar orangtuaku dan bersembunyi hingga situasi kembali aman. 

Saat melewati ruang tamu, petir kembali menggelegar. Namun yang kali ini kulihat adalah Bunny yang terduduk di sofa ruang tamu. Kedua mata merahnya menatap tajam padaku....

TAMAT
(with no alternate ending)

Cerita terinspirasi dari gambar ini. Jago banget yang bikin ini terkesan lucu padahal horor banget

7 komentar:

  1. Bagi gue, masih kurang greget! Wakakaka
    Tapi yang ini cukup sukses!

    *gue ngga mau koenin EYD*
    *lirik seseorang*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lo harusnya bacanya malem-malem, sendirian, di tengah hujan dan petir.....
      Gue rasa lo udah ketakutan tanpa perlu baca ini xDD

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Masih kurang greget na. Tapi cukup bkn gw jadi bacanya ngebut karena mayan deg2an.. kayak baca goosebumps.. heheheheehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ntar deh, kalo bikin lagi gue langsung kirim ke whatsapp lo..... malem-malem.....

      Hapus
  4. Bener kata Nifa, kayak baca goosebumps! Gw tau kenapa kurang horor, karena entah kenapa ada kesan komedi di awal.

    Ngomong2 air garemnya jadi ketelen ga? Wkwk xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahahaha~ Eya sih....
      Gue akan berusaha bikin tanpa alternate ending aneh2 lagi....

      Air garemnya muncrat di kamar mandi pas dia tau Bunny ilang....

      Hapus