Kamis, 12 Juni 2014

Nana dan Segerombolan Maniak Anime (1)

Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Bahasa Jepang, Nana menikmati waktunya yang menyenangkan. Terutama karena gajinya cukup besar dan waktu luangnya menjadi lebih banyak dibanding saat masih bekerja kantoran. Sejak awal, Nana memang bukan orang yang suka terikat peraturan. Beberapa aturan yang dirasa mengikat dirinya di kantor lah yang mendasari keputusannya untuk kembali mengajar privat Bahasa Jepang.

Hari itu Nana merasa senang karena mendapat tawaran mengajar baru, yakni mengajar tujuh anak sekaligus di daerah Matraman, tak terlampau jauh dari rumahnya. Ia senang karena bayarannya lebih besar daripada mengajar untuk satu anak saja. Memang ada kekhawatiran mengajar banyak anak sekaligus. Nana khawatir akan ada yang tertinggal atau bosan karena merasa pelajarannya terlalu lambat. Daya tangkap tiap anak memang berbeda. Tapi demi uangnya, peduli amat soal itu. Masih bisa dipikirkan nanti. Begitulah ia, tidak pernah berpikir panjang. Capek, katanya.

Lalu datanglah ia ke rumah salah satu anak yang akan diajarnya. Di sanalah ketujuh anak itu akan belajar bahasa Jepang.

"Yang mau les cowok semua?" tanya Nana setelah bertemu satu anak yang bernama Ray.

"Iya. Emang kenapa?" tanyanya balik.

"Nggak....nanya doang."

Pengalamannya mengajar segerombolan cowok-cowok SMA waktu PPL kuliah dulu sama sekali tidak bisa dibilang menyenangkan. Nana mulai sedikit menyesal mengambil tawaran yang satu ini. Tapi tidak ada salahnya dicoba dulu. Nanti kalau ternyata memang mengajar mereka membuatnya gila, tinggal serahkan ke sensei yang lain. Gampang, gampang, pikirnya.

Yang menghubungi lembaga les tempatnya bekerja adalah seorang anak bernama Dadi. Ia ingin les supaya bisa lulus Nouryoku Shiken N5 (semacam TOEFL untuk Bahasa Jepang). Tetapi karena ingin biaya les yang murah, Dadi mengajak teman-temannya untuk ikut les juga dan patungan bayar biaya les. Dasar licik.

Saat ditanya kenapa teman-temannya yang lain mau ikut les, mereka menjawab dengan kompak, "Supaya bisa nonton anime tanpa sub, sensei!"

Ternyata semuanya maniak anime.

Sayangnya, Nana yang sekarang bukan maniak anime seperti dulu. Nana sudah dewasa. Nana lebih fokus untuk menata masa depan dibandingkan menonton animasi Jepang yang kurang mendidik. Nana lebih rajin nonton Spongebob Squarepants tiap sore di Global TV.

Kesampingkan masalah itu, sekarang Nana ingin fokus mengajar terlebih dahulu.

"Hari ini kita belajar apa, sensei?" tanya Dadi.

"Perkenalan dulu pastinya, terus salam sama pola-pola dasar bahasa Jepang," jawab Nana tanpa melihat buku. Dia sudah hafal luar kepala bagian-bagian awal dalam buku pelajaran. Tepuk tangan dong....Biasanya dia naruh HP di mana saja tidak pernah ingat.

"Yaah...bosen dong..." kata Dadi yang memang sudah pernah belajar Bahasa Jepang tingkat dasar.

'Temen-temen lo kan belum pernah pada belajar Bahasa Jepang, sompret! Kalo mau langsung lompat harusnya les sendiri ajaaaaa....' batin Nana.

Akhirnya mereka semua belajar Bahasa Jepang dari dasar. Selain Dadi, ada Marcel yang juga sudah bisa pelajaran dasar, sehingga mereka ikut membantu teman-temannya belajar.

Saat Nana memberikan latihan, salah satu anak bertanya, "Eh, gue masih nggak ngerti nih yang ini. Gimana sih tadi?"

Sebenarnya Nana berniat menjawab, namun diselak Marcel yang lebih sigap. Saat itu Nana berpikir untuk menyerahkannya pada Marcel, karena mungkin yang lain akan lebih paham jika temannya yang menjelaskan....

"Ini begini, itu begitu. Gampang kok, lo pasti ngerti," kata Marcel.

....atau mungkin tidak.

"Hah??"

Tuh, kan.

Akhirnya Nana terpaksa menjelaskan ulang. 

Selain itu, Nana juga dipusingkan oleh jawaban-jawaban murid-muridnya yang ngawur. Saat Nana bertanya apa Bahasa Jepangnya 'selamat tinggal', salah seorang dari mereka menjawab 'Saraba', ungkapan selamat tinggal yang lebih sering dipakai untuk perpisahan yang dramatis.

"Panggilan untuk orang itu bisa pakai -san, -sama, -chan, dan -kun. Ada yang tau panggilan lain?" tanya Nana lagi.

"-yarou!!" kata anak yang bernama Brahma dengan semangat.

Mendengar panggilan kasar yang bisa bermakna 'brengsek', 'bangsat', atau 'bajingan' itu, Nana cuma bisa menghela nafas panjang.

"Bener kan, sensei?"

"Iya, pas nonton ada yang dipanggil 'buta-yarou' (babi brengsek)!"

"....Nggak salah sih....tapi...." Nana tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Mengajari anak-anak yang sudah terpengaruh kata-kata Bahasa Jepang dari anime memang butuh perjuangan....


Continue to: Nana dan Segerombolan Maniak Anime (2)
Publish date: kapan-kapan

6 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Gue rasa, bisa lo pertimbangkan untuk dibuat novelnya, Na. Tentunya setelah lo selesai ngajar mereka dan akan ada adegan....

    "Sensei! ironnna koto o benkyousasete kurete, Arigatou!" *lalu berpelukan* Bwahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Idiiihhh...geli.

      Kayaknya nggak ada ceritanya bakal begitu. Sampe sekarang gue masih pihak yang tertindas.

      Hapus
  3. season 2nya mana mba, sumpah ngakak aslinya
    XD wkwkwkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih bingung mau masukin adegan2 yang mana untuk part 2. Semuanya terlalu parah dan kayaknya nggak lulus sensor...
      Ditunggu aja yah :D

      Hapus
  4. Ditunggu part 2 nya, Nana :)

    Eh, nggak apa2 ya panggil nama doang, kita seumuran ini, hehe. Sama-sama goldar B juga, sama2 nggak mau terikat juga...apa ini yang namanya, jodoh...?

    Kidding!:D

    Salam kenal! Saya baca blog kamu dari entry terbaru sampai yang ini, sumpah sering ngakak sendiri!



    raysaprima.wordpress.com

    BalasHapus