SBT adalah kepanjangan dari Story Blog Tour, yang merupakan salah satu program komunitas menulis One Week One Paper. Dengan adanya SBT ini, anggota belajar untuk menyelesaikan satu cerita bersama-sama.
Kebetulan kali ini gue dapet giliran pertama. Hehe. Dan temanya udah bukang angst lagi kayak waktu itu. Temanya FRIENDSHIP!! UHUYY!!
Semoga cerita SBT kali ini tetap bisa dinikmati seperti SBT-SBT sebelumnya. Semalat membacaaaa :) Komen yah. Kritik dan sarannya ditungguuu <3 <3 <3
Chapter 1 - Misteri Dana Operasional
‘BRAAK!’
“Nggak bisa begitu dong, Pak!” seru Hadyan tidak sabar
seraya menggebrak meja dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba saja, ia naik
pitam begitu Pak Wagi, wakil kepala sekolahnya mengatakan akan memotong biaya
operasional ekskul basket.
“Ini… sudah keputusan sekolah…” Sekali lagi, Pak Wagi
berusaha menjelaskan pada salah satu muridnya, yang saat ini menjabat sebagai
ketua ekskul basket. Pak Wagi sempat memberi jeda pada perkataannya karena
sepertinya agak ragu dan tidak terlalu paham bagaimana menghadapi murid yang
berperangai seperti Hadyan.
“Tapi sebentar lagi tim kita kan mau ikut turnamen tingkat
daerah! Justru seharusnya biaya operasional ditambah!” Hadyan tidak juga
menurunkan nada bicaranya.
Ia kesal. Sebab ini tidak seperti apa yang dijanjikan
padanya sebelumnya. Kepala sekolah berjanji akan memberikan dana lebih untuk
ekskul agar mereka bisa lebih fokus lagi berlatih menjelang turnamen. Tapi
tiba-tiba saja, ia dipanggil ke ruang kepala sekolah untuk bertemu Pak Wagi.
Sesuai dengan perintah sekolah, biaya operasional tiap ekskul akan dipotong,
termasuk ekskul basket.
Pak Wagi mengatakan bahwa sekolah tidak mendapat dana penuh
tahun ini. Sehingga satu-satunya cara adalah dengan memotong anggaran ekskul,
terutama ekskul yang memakan terlalu banyak biaya seperti basket. Masalahnya,
yang membuat Hadyan kesal adalah karena Pak Wagi baru mengakui hal tersebut
setelah obrolan mereka memutar ke sana ke mari. Hadyan dan teman-temannya di
ekskul basket sempat dituduh menggunakan dana dari sekolah untuk hal-hal yang
tidak berguna. Mereka terlalu sering mengadakan latih tanding sehingga
terus-menerus mengeluarkan uang untuk menjamu pihak lawan. Tak hanya itu.
Hadyan dan teman-temannya juga dianggap tidak bisa menjaga sarana sekolah
karena beberapa kali membeli bola basket baru karena yang lama sudah rusak.
Hadyan tentu saja terang-terangan membantah karena sejak awal itu sudah
termasuk dalam biaya operasional. Toh keuangan ekskul tidak pernah sampai defisit.
____
“Gue nggak ngerti lagi maunya apa…” Hadyan mendesah seraya
menggelengkan kepalanya, masih kesal dengan apa yang dialaminya barusan.
“Ini sekolah bener-bener kekurangan dana apa gimana sih
sampe nyusahin kita gini jadinya?” Wanda ikut protes.
Bukan hanya ekskul basket yang jadi korban. Wanda dan ekskul
cheers-nya juga mengalami masalah yang sama. Meski sudah berkali-kali membantah
kalau kostum cheers tidak termasuk dalam biaya operasional melainkan masuk ke
dalam kas anggota, ekskulnya tetap dicurigai dan mengalami pemotongan biaya
operasional sekian persen. Sebagai ketua, Wanda ikut bingung memikirkan nasib ekskul
cheers ke depannya.
“Kalian masih mending cuma kena pemotongan dana, oke…” Fiki
yang sejak tadi duduk bersama mereka di kantin akhirnya ikut nimbrung. “Ekskul
pecinta alam malah terancam dibubarkan,” lanjutnya lagi dengan wajah ditekuk.
“Itu karena ekskul lo makan terlalu banyak biaya! Salah
siapa naik gunung tiap bulan?” tuding Bayu, ketua ekskul sains.
“Heh! Ngaca dong brooo… Lo pikir ekskul lo ngabisin duit
berapeee?” Fiki membalas ucapan Bayu yang memiliki tampang rata-rata anak
pintar. Rambut klimis disisir miring ke arah kanan, seragam rapi yang
dikancingkan hingga leher, ujung baju masuk ke dalam celana sepenuhnya, sepatu
hitam dan kaos kaki setinggi 20 sentimeter dari mata kaki. Yang kurang hanya
kacamata pantat botol. Untunglah matanya masih sehat walau sering membaca buku
hingga larut malam.
“Lagipula, ekskul gue bukan mau dibubarin gara-gara itu,”
lanjut Fiki.
“Lah, terus kenapa?” tanya Wanda yang ikut penasaran.
“Pasti supaya nggak perlu ngeluarin biaya operasional buat ekskul
lo lagi, deh,” tuduh Hadyan tanpa dasar.
“Bukan. Ekskul pecinta alam bakal dbibubarin soalnya… ”
Semua menunggu kelanjutan kalimat Fiki.
“…anggotanya kan cuma gue sendiri.”
Jawaban dari Fiki mendapat sorakan berjamaah.
“Makanya… Bikin ekskul pecinta alam itu nggak usah
muluk-muluk naik gunung terus, lah. Tuh cintai bebek-bebek piaraan sekolah di
kebon belakang. Mereka kan bagian dari alam juga,” ejek Hadyan.
“Daripada sendiri gitu, kenapa lo nggak gabung ekskul sains
aja, sih? Seru loh…”
Fiki memberikan tatapan meremehkan pada Bayu. “Kalau
percobaan-percobaan lo ada yang sampe bikin lab meledak, itu baru namanya seru.
HAHAHAHA!”
Jawaban Fiki dihadiahi pukulan cukup keras ke arah lengan
atasnya. Fiki mengaduh kesakitan dan mengomel tanpa henti pada Bayu. Namun tak
satupun dari mereka yang memperhatikan omelan Fiki. Sebab kini di hadapan
mereka muncul seseorang yang tidak terduga.
“Ngomongin pendanaan ekskul, ya?” tanya Darma santai.
“Iya, nih. Ekskul lo kena pemotongan dana juga?” Wanda balik
bertanya.
Darma menggeleng. “Dari awal ekskul gue nggak pernah minta
dana dari sekolah,” jawabnya penuh percaya diri.
Keempat orang di hadapannya saling pandang. Tapi mereka
sama-sama mengangkat bahu karena tak ada satupun dari mereka yang tahu persis keadaan
ekskul Darma. Yang mereka tahu, Darma adalah ketua ekskul detektif. Yup, mirip
yang ada di komik atau novel. Ekskul tersebut terlalu misterius untuk
diselidiki apakah merupakan ekskul resmi atau tidak. Anggota ekskul detektif
yang lain pun tak pernah ketahuan. Hanya Darma saja yang terang-terangan
mengaku kalau dia adalah ketuanya. Murid-murid yang membutuhkan pertolongan
dari ekskul detektif, sekalu menghubungi Darma. Namun hampir semua murid di SMA Global ini tahu kalau sekurang-kurangnya ada lima anggota lain selain Darma.
Sebab murid yang meminta bantuan mereka cukup banyak, dan hampir 90% berakhir
memuaskan. Tidak mungkin Darma sendiri yang melakukan semuanya. Dia lebih
terlihat sebagai perantara saja.
“Kalian nggak curiga?” tanya Darma tiba-tiba. Kini ia
mendapat perhatian penuh lagi dari keempat ketua ekskul lainnya.
“Jangan-jangan kepala sekolah kita terindikasi korupsi
sampai bisa kekurangan dana segitu banyak,” bisiknya dengan nada yang membuat
keempatnya berpikir lebih jauh, berusaha mencerna dan memikirkan semua
kemungkinan yang ada.
BERSAMBUNG….
Yak, para ketua ekskul di SMA Global berkumpul dan mencoba menguak misteri dana operasional ekskul. Benarkah kepala sekolah mereka terindikasi korupsi sampai harus memotong semua dana operasional tiap ekskul?
Entahlah... Kupun tak tauuu xD
Itu terserah penulis selanjutnyaaah :)
Silakan dilanjutkan ya teteh Depiiii
SBT OWOP II (FRIENDSHIP)
1. Nana - Chapter 1 - Misteri Dana Operasional (http://chocobanana99.blogspot.co.id/2017/02/story-blog-tour-friendship-chapter-1.html#more)
2. Depi (punyadepi.tumblr.com)
3. Nai (imajinasinaimas.blogspot.com)
4. Kiki (penyukabungamatahari.blogspot.com)
5. Achev (karyamu33.blogspot.com )
6. Putri (sakurazakaohime.livejournal.com )
7. Nifa (nanonikki.blogspot.co.id)
8. Arini (arini0111.wordpress.com)
9. Ana (Anafalesthein.com)
10. Dini (diniriyani.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar