Ingin aku berteriak ke seluruh dunia bahwa menjadi seorang magnet curhat bukanlah suatu hal yang
menyenangkan. Oke, mungkin seorang wartawan entertaintment akan habis-habisan
menolak pendapatku itu. Tapi, bagaimana tidak kesal kalau kau sedang asiknya
bergelung dalam selimut dengan bantal-guling yang super empuk malah diganggu
dering handphone yang tak mau menyerah meski dimatikan berkali-kali.
Dan ketika akhirnya aku mengangkat telepon dari salah satu
teman tukang curhat itu, yang kudengar selalu berita buruk. Ya, meskipun teman-temanku yang tukang curhat itu cerita soal keberhasilan yang mereka raih, itu tetap berita buruk untukku yang
hanya seorang pegawai rendahan.
Kembali ke handphone. Aku menggumamkan ‘hmm’ dengan intonasi
yang sedikit naik di akhir meski tak niat. Masih dengan mata tertutup tentu
saja.
“Indah?”
Ooh, suara Shezka. Tebakku.
“Indah, aku hamil,” akunya sedikit terbata dan mulai
terisak-isak pelan.
Mataku langsung terbuka dan aku pun mengernyitkan dahi.
Siang itu, Shezka menceritakan semuanya di sebuah café kecil
dekat stasiun. Tentang bagaimana ia naksir seorang pria yang telah memiliki
pacar. Dan bagaimana ia begitu bodoh memutuskan untuk berhubungan badan
dengannya tanpa pengaman agar hamil dan dapat segera mengikat paksa pria itu.
Pikirnya, pria idamannya itu akan segera meninggalkan sang pacar dan bertanggungjawab
atas calon bayi mereka.
Ingin rasanya aku meninggalkan Shezka dengan masalah yang
terjadi atas akibat dari apa yang ia lakukan sendiri. Namun hubungan teman,
yang meski tak terlalu dekat, menahanku untuk pergi. Rambut ikal kecoklatan yang menutupi hampir seluruh wajah Shezka yang menunduk dalam-dalam juga menunjukkan penyesalan dirinya. Akhirnya, aku menyarankan
untuk mencari solusi dengan musyawarah antara tiga pihak. Memang mungkin akan
terjadi perkelahian. Tapi apa lagi yang bisa dilakukan selain jujur satu sama
lain? Toh, kalau pacar dari pria itu cukup pintar, ia akan meninggalkan pria
yang sudah berani selingkuh sampai menghamili wanita lain. Wanita pintar hanya
untuk pria yang pintar. Setidaknya itu yang kupercayai.
Tak kusangka, Shezka langsung menerima saranku. Jadi, aku
langsung pulang untuk melanjutkan tidurku yang sempat terganggu. Hari Minggu
ini memang tak boleh kusia-siakan. Aku harus mengisi penuh energiku untuk kerja
5 hari kedepan.
Sesampainya di rumah, belum sempat aku mengganti pakaianku, dering handphone
kembali terdengar. Untungnya, bukan dari salah satu pelanggan tukang curhat.
Tapi Elbert!
Pacar dengan tampang yang begitu menawan dan berkepribadian
super baik itu mengajakku jalan sore ini. Untung saja aku belum mengganti
pakaianku dengan kaos dan celana pendek untuk tidur. Jadi, aku segera merapikan
kembali make up-ku dan menyemprotkan
parfum di bagian-bagian tertentu. Elbert bilang akan menungguku di depan mall tempat kami biasa bertemu. Ia tak
bisa menjemputku lantaran mobilnya sedang di bengkel.
Sesampainya disana, aku melihat sosok Albert dari jauh dan
melambai padanya. Lambaianku terhenti begitu melihat sosok yang begitu kukenal
di belakangnya. Sosok berambut ikal kecoklatan yang juga terkejut begitu
melihat sosokku yang mendekat.
“Indah?” tanya Shezka tak percaya.
Apa kubilang. Menjadi seorang magnet curhat memang tak
pernah menyenangkan.
----
Sebuah flash fiction yang diikutsertakan dalam kuis yang diadakan oleh Mbak Primadonna Angela via twitter. #nulisyuk
Eh, belom komen di sini. Hihihi...
BalasHapusSeperti yang kau kira, dan Ru udah bilang, Ru bisa nebak. Iyeeey~ \o/ *plak*
Rasanya mau nge-pats Indah dan bilang, "Kalau pacar dari pria itu cukup pintar, ia akan meninggalkan pria yang sudah berani selingkuh sampai menghamili wanita lain." *kabur*