"Byee... kapan-kapan gue mampir lagi, ya..." kataku saat akan meninggalkan rumah seorang teman.
"Siip. Nggak ada yang ketinggalan kan, Na?"
"...."
Aku memeriksa isi tas dan semua kantong di pakaianku hari itu. Beberapa detik kemudian aku sadar dan mengambil HP yang masih tercharger di pojokan rumah. "Hehehe..."
______
Kira-kira begitulah dialog tiap gue mau pulang dari rumah temen, dari kantor, atau dari acara-acara apa gitu. Kayaknya orang yang kenal gue udah pada apal banget kalau gue hobi banget ninggalin jejak di manapun dengan ninggalin barang. Udah ketinggalan, biasanya sampe besok juga nggak inget kalo itu barang ketinggalan. Kecuali emang pas butuh dan nyariin.
Kalau gue keluar rumah, terus beberapa menit kemudian balik lagi, pasti orang rumah nanyanya "apa yang ketinggalan?"
Kalo gue keluar kantor terus balik lagi, pasti orang kantor nanya "hayoo lupa bawa apa?"
Kalo di kelas tiba-tiba gue manggil murid ke depan, pasti mereka nanya "mau diambilin apa dari kantor, sensei?" Lalu dengan malu-malu gue menjawab, "spidol....sama buku pelajaran....oh iya, DVD kaiwa juga ya...."
Sebenernya gue ke kelas bawa apaan, semuanya ketinggalan...
Sabtu, 17 Oktober 2015
30-Day Book Challenge - Best book you read last year
Banyak buku bagus yang gue baca tahun lalu. Tapi sepertinya gue akan menjatuhkan pilihan pada buku yang satu ini. Novel terjemahan yang gue pilih secara acak dari toko buku karena gue lagi butuh banget bacaan waktu itu. Nggak nyangka ternyata isinya lucu banget. Bener-bener nggak nyesel beli buku ini :)
30-Day Book Challenge [Master Post]
Diajakin Ruru untuk ikutan challenge yang cukup menarik ini. Hahaha. Soal bisa ato nggaknya posting blog tiap hari, urusan nantilah. Pokoknya Ikutan aja dulu....
Kalo ngeliat dari satu sampe 30 sih, bakal susah nih kayaknya milih buku yang pas sesuai kategori. Yah, tapi anggep aja kayak ngereview buku di goodreads. Eaaa....sekarang aja udah mulai jarang ke goodreads :p
<Books>
Day 01 - Best book you read last year
Day 02 - A book that you've read more than 3 times
Day 03 - Your favorite series
Day 04 - Favorite book of your favorite series
Day 05 - A book that make you happy
Day 06 - A book that make you sad
Day 07 - A book that make you laugh
Day 08 - Most overrated book
Day 09 - A book you thought you wouldn't like but ended up loving
Day 10 - A book that reminds you of home
Day 11 - A book you hated
Day 12 - A book you love but hate at the same time
Day 13 - Your favorite writer
Day 14 - Book turned movie completely desecrated
Day 15 - Favorite male character
Day 16 - Favorite female character
Day 17 - Favorite quote from your favorite book
Day 18 - A book that disappointed you
Day 19 - Favorite book turned into a movie
Day 20 - Favorite romance book
Day 21 - The first novel you remember reading
Day 22 - A book that makes you cry
Day 23 - A book that you wanted to read for a long time but still haven't
Day 24 - A book that you wish more people would've read
Day 25 - A character who you can relate to the most
Day 26 - A book that changed your opinion about something
Day 27 - The most suprising plot twist or ending
Day 28 - Favorite title of a book
Day 29 - A book everyone hate but you liked
Day 30 - Your favorite book of all time
Semoga tuntas sampe hari ke-30
Semoga.....
Kalo ngeliat dari satu sampe 30 sih, bakal susah nih kayaknya milih buku yang pas sesuai kategori. Yah, tapi anggep aja kayak ngereview buku di goodreads. Eaaa....sekarang aja udah mulai jarang ke goodreads :p
<Books>
Day 01 - Best book you read last year
Day 02 - A book that you've read more than 3 times
Day 03 - Your favorite series
Day 04 - Favorite book of your favorite series
Day 05 - A book that make you happy
Day 06 - A book that make you sad
Day 07 - A book that make you laugh
Day 08 - Most overrated book
Day 09 - A book you thought you wouldn't like but ended up loving
Day 10 - A book that reminds you of home
Day 11 - A book you hated
Day 12 - A book you love but hate at the same time
Day 13 - Your favorite writer
Day 14 - Book turned movie completely desecrated
Day 15 - Favorite male character
Day 16 - Favorite female character
Day 17 - Favorite quote from your favorite book
Day 18 - A book that disappointed you
Day 19 - Favorite book turned into a movie
Day 20 - Favorite romance book
Day 21 - The first novel you remember reading
Day 22 - A book that makes you cry
Day 23 - A book that you wanted to read for a long time but still haven't
Day 24 - A book that you wish more people would've read
Day 25 - A character who you can relate to the most
Day 26 - A book that changed your opinion about something
Day 27 - The most suprising plot twist or ending
Day 28 - Favorite title of a book
Day 29 - A book everyone hate but you liked
Day 30 - Your favorite book of all time
Semoga tuntas sampe hari ke-30
Semoga.....
Kamis, 08 Oktober 2015
Tantangan Menulis DUET
Yak, karena banyak yang nagih tantangan dari Ruru & Nana sejak 30 September yang lalu, jadi kami berdua memutuskan untuk benar-benar memberikan tantangan menulis. Tantangan menulis ini berbeda dari biasanya looh. Kalo sebelumnya hanya ditentuin tema, untuk tantangan kali ini ada beberapa ketentuan yang harus diikuti oleh challenger. Hehehehe :D
Tadinya kita mau bagi jenis tulisan untuk fiksi-nonfiksi. Tapi berhubung kami berdua akan merasa tidak adil kalau harus menilai nonfiksi (karena nonfiksi jelas bukan bidang kami yang kebanyakan ngayal xD), jadi kami memutuskan kalau ini adalah tantangan MENULIS FIKSI.
Ketentuan challenge:
1. Terbuka untuk anggota OWOPLand saja.
2. Membuat tulisan fiksi (flashfic, cerpen, & sejenisnya) dengan cara DUET
3. Tuliskan SATU cerita dengan DUA sudut pandang (PoV) yang berbeda. (karena ini duet, masing-masing menulis satu sudut pandang)
4. Tema tulisan adalah "menulis"
5. Genre dan panjang tulisan bebas
6. Harus memasukkan minimal 2 nama dari anggota OWOPLand
7. Hasil tulisan dipoting di grup WA LinKar OWOP DAN di komen blog ini. Satu tulisan (karya dua orang) dipost oleh satu orang saja. Jangan lupa beri judul dan nama penulisnya
8. Tulisan diposting paling lambat hari Jumat tanggal 9 Oktober 2015 pukul 23.59
Hadiahnya? Hadiahnya WOW banget dong pastinya :D
2 antologi Lima Teguk Kopi
1 novel Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye
1 novel Heroes of the Valley karya Jonathan Stroud
+ hadiah tambahan lainnya untuk dua pasang pemenang
Behubung kami nggak tau siapa aja yang udah punya buku antologi, pasangan pemenang pertama BERHAK MEMILIH HADIAH BUKU YANG MEREKA INGINKAN.
Ini pasangan duet yang sudah terdaftar:
Daftar pasangan duet. Jreng jreng~
1. Kiki - Vaarida
2. Zu - Ria
3. Depi - Erma
4. Nifa -Dee
5. Ana - Imron
6. Dini - Izzy
7. Mimi - Iim
8. Rini - Mumu
9. Roida - Yuli
Yang masih mau nyusul di detik-detik terakhir juga dipersilakan lho.... Ahahahaha... itu juga kalo masih sempet nulis :p
Contoh hasil tulisan DUET Ruru & Nana:
Tadinya kita mau bagi jenis tulisan untuk fiksi-nonfiksi. Tapi berhubung kami berdua akan merasa tidak adil kalau harus menilai nonfiksi (karena nonfiksi jelas bukan bidang kami yang kebanyakan ngayal xD), jadi kami memutuskan kalau ini adalah tantangan MENULIS FIKSI.
Ketentuan challenge:
1. Terbuka untuk anggota OWOPLand saja.
2. Membuat tulisan fiksi (flashfic, cerpen, & sejenisnya) dengan cara DUET
3. Tuliskan SATU cerita dengan DUA sudut pandang (PoV) yang berbeda. (karena ini duet, masing-masing menulis satu sudut pandang)
4. Tema tulisan adalah "menulis"
5. Genre dan panjang tulisan bebas
6. Harus memasukkan minimal 2 nama dari anggota OWOPLand
7. Hasil tulisan dipoting di grup WA LinKar OWOP DAN di komen blog ini. Satu tulisan (karya dua orang) dipost oleh satu orang saja. Jangan lupa beri judul dan nama penulisnya
8. Tulisan diposting paling lambat hari Jumat tanggal 9 Oktober 2015 pukul 23.59
Hadiahnya? Hadiahnya WOW banget dong pastinya :D
2 antologi Lima Teguk Kopi
1 novel Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye
1 novel Heroes of the Valley karya Jonathan Stroud
+ hadiah tambahan lainnya untuk dua pasang pemenang
Behubung kami nggak tau siapa aja yang udah punya buku antologi, pasangan pemenang pertama BERHAK MEMILIH HADIAH BUKU YANG MEREKA INGINKAN.
Ini pasangan duet yang sudah terdaftar:
Daftar pasangan duet. Jreng jreng~
1. Kiki - Vaarida
2. Zu - Ria
3. Depi - Erma
4. Nifa -Dee
5. Ana - Imron
6. Dini - Izzy
7. Mimi - Iim
8. Rini - Mumu
9. Roida - Yuli
Yang masih mau nyusul di detik-detik terakhir juga dipersilakan lho.... Ahahahaha... itu juga kalo masih sempet nulis :p
Contoh hasil tulisan DUET Ruru & Nana:
Kamis, 10 September 2015
Orang Jawa Nggak Bisa Ngomong Jowo
Iya. Itu. Gue.
Sayang banget nggak sih, jadi orang berdarah Jawa tapi nggak bisa bahasa Jawa? Nyesek.
Nggak bisa dihindari, sih. Secara meski kedua orang tua gue dari Jawa, gue lahir dan besar di kota besar, Jakarta. Dari TK sampe kuliah hampir nggak pernah tuh komunikasi pake bahasa Jawa. Waktu masuk kerja sih beberapa kali dapet kesempatan denger dan ngomong dikit-dikit pake bahasa Jawa. Tapi selain itu, nggak pernah. Apalagi gue juga jarang mudik karna libur kerjaan yang nggak pasti.
Sejauh ini, gue cuma paham sebagian bahasa Jawa. Itu pun yang "ngoko" alias bahasa kasar yang dipake sehari-hari. Kalo yang "kromo inggil" alias bahasa sopannya mah boro-boro. Jangankan ngomong, denger aja gue nggak paham. Jadi inget dua tahun belajar bahasa Jawa waktu sekolah di Malang, gue selalu bengong ngeliatin gurunya ngejelasin kromo inggil. Ya secara dia ngomong apa aja gue kagak paham, gimana gue mau belajar? Gue akhirnya bisa ngerti bahasa Jawa sehari-hari pun karena temen-temen di Malang sana selalu ngomong pake bahasa itu. Jarang banget mereka ngomong pake bahasa Indonesia ke gue. Waktu pertama kali ke sana, gue bahkan nggak ngerti "kutil" itu artinya "jerawat". Wah, kacau deh waktu itu mah.
Awal-awal pindah ke Malang, gue jadi anak kota yang pendiam. Iya gimana mau ngomong jugaaaa? Setelah mulai bisa beradaptasi, gue baru mulai bawel. Meskipun bawelnya tetep pake bahasa Indonesia, dan temen-temen gue nyautin pake bahasa Jawa lagi, sih. Ahahahahaha. Yang penting nyambung karena akhirnya gue ngerti mereka ngomong apa :p
Berhubung gue di Malang cuma sampe SMP kelas 1, berarti udah lebih dari 10 tahun gue nggak berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Kalau denger sih masih paham sebagian, tapi lama-lama terkikis juga karena nggak kepake. Walaupun begitu, waktu nonton OVJ sih gue masih paham kalo pemainnya pada bercanda pake bahasa Jawa.
Nah, minggu kemarin kan akhirnya gue pulang ke Magetan karena ngebet mau jalan-jalan juga. Begitu nyampe sana, gue pusing. Mbah gue ngomong dan gue nggak ngerti sama sekali, tolong. Kalo sepupu-sepupu gue sih masih campur ngomongnya, jadi bisa ngerti lah.
Nah, saat-saat begitu tuh sebenernya gue nyesel banget jadi orang kota. Kalo aja gue tinggalnya di Jawa kan gue bakal fasih dua bahasa tanpa perlu susah payah. Kalo sekarang gue mau bisa bahasa Jawa ya mau nggak mau harus belajar dulu. Huh, rugi deh.... ("3")
Sayang banget nggak sih, jadi orang berdarah Jawa tapi nggak bisa bahasa Jawa? Nyesek.
Nggak bisa dihindari, sih. Secara meski kedua orang tua gue dari Jawa, gue lahir dan besar di kota besar, Jakarta. Dari TK sampe kuliah hampir nggak pernah tuh komunikasi pake bahasa Jawa. Waktu masuk kerja sih beberapa kali dapet kesempatan denger dan ngomong dikit-dikit pake bahasa Jawa. Tapi selain itu, nggak pernah. Apalagi gue juga jarang mudik karna libur kerjaan yang nggak pasti.
Sejauh ini, gue cuma paham sebagian bahasa Jawa. Itu pun yang "ngoko" alias bahasa kasar yang dipake sehari-hari. Kalo yang "kromo inggil" alias bahasa sopannya mah boro-boro. Jangankan ngomong, denger aja gue nggak paham. Jadi inget dua tahun belajar bahasa Jawa waktu sekolah di Malang, gue selalu bengong ngeliatin gurunya ngejelasin kromo inggil. Ya secara dia ngomong apa aja gue kagak paham, gimana gue mau belajar? Gue akhirnya bisa ngerti bahasa Jawa sehari-hari pun karena temen-temen di Malang sana selalu ngomong pake bahasa itu. Jarang banget mereka ngomong pake bahasa Indonesia ke gue. Waktu pertama kali ke sana, gue bahkan nggak ngerti "kutil" itu artinya "jerawat". Wah, kacau deh waktu itu mah.
Awal-awal pindah ke Malang, gue jadi anak kota yang pendiam. Iya gimana mau ngomong jugaaaa? Setelah mulai bisa beradaptasi, gue baru mulai bawel. Meskipun bawelnya tetep pake bahasa Indonesia, dan temen-temen gue nyautin pake bahasa Jawa lagi, sih. Ahahahahaha. Yang penting nyambung karena akhirnya gue ngerti mereka ngomong apa :p
Berhubung gue di Malang cuma sampe SMP kelas 1, berarti udah lebih dari 10 tahun gue nggak berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Kalau denger sih masih paham sebagian, tapi lama-lama terkikis juga karena nggak kepake. Walaupun begitu, waktu nonton OVJ sih gue masih paham kalo pemainnya pada bercanda pake bahasa Jawa.
Nah, minggu kemarin kan akhirnya gue pulang ke Magetan karena ngebet mau jalan-jalan juga. Begitu nyampe sana, gue pusing. Mbah gue ngomong dan gue nggak ngerti sama sekali, tolong. Kalo sepupu-sepupu gue sih masih campur ngomongnya, jadi bisa ngerti lah.
Nah, saat-saat begitu tuh sebenernya gue nyesel banget jadi orang kota. Kalo aja gue tinggalnya di Jawa kan gue bakal fasih dua bahasa tanpa perlu susah payah. Kalo sekarang gue mau bisa bahasa Jawa ya mau nggak mau harus belajar dulu. Huh, rugi deh.... ("3")
Bahkan aksaranya aja gue lupa bacanya gimana. Padahal dulu itu satu-satunya yang gue bisa pas pelajaran bahasa Jawa. Bisa baca, tapi sama sekali nggak ngerti artinya apa. Wahahahahahaha xD |
Walaupun nggak paham-paham banget, sejujurnya gue seneng sih dateng ke tempat orang-orang yang ngomong dengan bahasa yang beda sama bahasa yang gue pake sehari-hari. Jadi kerasa banget jalan-jalannya, kan? Hehehehe. Selain itu, gue juga suka banget dateng ke Magetan lagi karena lalu lintas di sini itu rapiiiiiiihhh meeeeeennn..... Ah, kalo dibandingin sama Jakarta sih jauh banget. Hampir nggak pernah nemu orang naik motor yang lewat garis putih waktu lampu merah. Pokoknya beneran rapi deh. Selain itu juga bersih banget. WOW banget deh pokoknya.
Wisata kayak gini bisa ditempuh dengan naik motor dari rumah mbah gue. Walaupun motornya ngadat dan nggak kuat naik tanjakan, jadi harus sabar dengan kecepatan 20km/jam sih -____- |
Bisa liatin monyet berantem rebutan kokakola juga.... |
Foto terakhir itu mungkin bagian yang paling gue suka waktu di sana. Ngeliatin macem-macem kebon!! Kebon labunya cakep buangeeeeeeeeeeeeeeeettttttttt!!! AAAAAAKKK!! Pengin beli labunya satu dan bikin "carving pumpkin", tapi ternyata lumayan mahal harganya....huweeeee....
Akhirnya malah beli strawberry karena strawberry di sana manis dan enak banget.
Pokoknya ngeliat kebon dan sawah sepanjang jalan kenangan itu berasa pengin main harvest moon lagi deh. Sayangnya waktu balik ke rumah dan ngambek pengin main, ternyata laptop gue nggak cukup kapasitasnya -______-
Huh!
Pokoknya ngeliat kebon dan sawah sepanjang jalan kenangan itu berasa pengin main harvest moon lagi deh. Sayangnya waktu balik ke rumah dan ngambek pengin main, ternyata laptop gue nggak cukup kapasitasnya -______-
Huh!
![]() |
Pengin main ginian lagi terus ngajak nikah Mary si kutu bukuuuuuuuu~ |
Selasa, 08 September 2015
Tantangan Menulis OWOP - Kembar
Ini tantangan menulis dari si kembar Lisma & Lisda
Tantangannya tentu saja bertema "Kembar", ahahahahaha :D
Akhirnya gue dan Ruru pun sepakat bikin cerita sambungan.
Ceritanya dia udah di posting di sini, dan ini cerita gue.
________
"Lo di mana?" tanyanya di seberang telepon.
Di mana ini? Pikirku mengulang pertanyaannya. Haruskah aku sebutkan semua toko yang ada di sini? Tapi rasanya warung kopi atau warung rokok itu nggak bisa jadi patokan yang bagus, sih.
Hebatnya, temanku ini bisa langsung tahu kalau aku kelewatan hanya dari deskripsiku yang seadanya. Heran, kenapa sih dia dianugerahi kemampuan pemetaan yang ajib begitu? Bukannya seharusnya perempuan itu susah membaca peta dan menentukan jarak, ya? Ilmu itu kudapatkan setelah membaca buku psikologi populer "Why Men Can't Listen and Women Can't Read Maps". Artinya, temanku ini sudah melampaui ilmu psikologi yang berkembang hingga saat ini. Hebat sekali.
Setelah kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki menuju arah sebaliknya, aku pun bisa melihat sosoknya yang sedang berdiri menungguku di ujung jalan. Sangat mudah dikenali karena ia memakai baju yang sama denganku. Ngapain dia pakai baju itu juga?
"Ayok," kataku akhirnya tanpa membahas kenapa baju kami kembaran. Sudah biasa, sih. Jadi malas membahasnya lebih jauh.
Sebenarnya, sih rasanya kepingin banting tas karena rencanaku untuk nggak kembaran baju gagal. Hari ini aku tidak dalam mood untuk kembaran, tapi ujung-ujungnya begini juga. Aku memang memakai baju hijau yang kami beli bersama beberapa waktu yang lalu, karena kemarin baju ini sudah kupakai. Sayang kalau hari ini aku harus pakai baju yang lain. Kalian tahu kan ada yang namanya baju-semi-kotor? Jadi, baju hijau ini nggak bersih, tapi juga belum kotor. Rencananya baju ini bakal kucuci malam ini. Dan kupikir temanku itu nggak akan kepikiran untuk memakai baju yang sama karena toh kami tidak janjian apapun sebelumnya.
"Ada anak kembar," celetuk seorang pedagang saat kami berjalan memasuki Taman Makam Pahlawan.
Tuh, kan. Gini deh jadinya kalau pakai baju kembaran. Terlalu menarik perhatian. Sejak awal kuliah, selalu begini. Ada saja hal-hal yang membuat kami dibilang kembar. Entah itu karena kami yang ngomong hal yang sama di saat yang bersamaan, berdebat untuk memiliki satu hal yang sama, bahkan ketika mendapat nilai yang sama persis di beberapa mata pelajaran.
Sejujurnya aku tak terbiasa dengan hal ini. Sejak dulu aku senang menjadi pribadi yang berbeda di kalangan teman-temanku. Aku yang begini tiba-tiba saja punya teman yang semuanya mirip denganku. Rasanya sulit diungkapkan. Apalagi temanku itu memang menginginkan saudara kembar sejak dulu. Sedangkan, aku sama sekali nggak kepikiran soal itu.
Lama berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk berfoto berdua di depan monumen TMP. Sulit sekali foto berdua menggunakan kamera DSLR milikku. Sejauh apapun tanganku menjulurkan kamera itu, tetap saja tidak menghasilkan gambar yang kuinginkan.
"Mau diambilin fotonya, mbak?" tanya seorang laki-laki yang sejak tadi memperhatikan kami berdua yang sibuk berfoto.
Kami pun saling berpandangan dan tersenyum senang. Aku memang tadi bilang sebal karena penampilan kami terlalu menarik perhatian. Tapi di sisi lain, penampilan ini juga menarik orang untuk membantu kami yang sedang kesusahan.
Kalau dipikir-pikir baru kali ini aku punya teman yang setuju apapun pendapatku. Siapa coba yang mau diajak jalan-jalan ke makam untuk merayakan ulang tahun?
"Karena ulang tahun kita tanggal 30 September, kenapa kita nggak keliling ke tempat kejadian G30S/PKI aja?" Itu kataku kemarin. Padahal cuma iseng, karena aku punya kecenderungan untuk mengajukan usul yang agak berbeda dari orang kebanyakan. Tapi ternyata temanku itu langsung setuju, hingga akhirnya hari ini kami menetapkan untuk jalan-jalan ke TMP, Museum Sasmitaloka, dan Museum Lubang Buaya.
Karena kami berdua juga suka menulis, kami juga dengan mudah bisa menggabungkan ide dan mengeksekusinya seolah hanya satu orang yang menulis. Kami juga sangat suka membaca, sehingga kami tidak pernah membeli buku yang sama lagi sejak kami kenal. Sebab aku sudah menganggap koleksi bukunya adalah perpustakaanku, begitu juga sebaliknya.
Meskipun aku sering sebal, tapi kalau aku memang ditakdirkan punya saudara kembar seperti dia rasanya tidak buruk juga.
-Nana-
3/9/2015
Berhubung Lilis (Lisma & Lisda) minta bukti fotonya, ini nif foto aslinya. Foto jadul beberapa tahun yang lalu. Ahahahahahahahaha xDD
Tantangannya tentu saja bertema "Kembar", ahahahahaha :D
Akhirnya gue dan Ruru pun sepakat bikin cerita sambungan.
Ceritanya dia udah di posting di sini, dan ini cerita gue.
________
"Lo di mana?" tanyanya di seberang telepon.
Di mana ini? Pikirku mengulang pertanyaannya. Haruskah aku sebutkan semua toko yang ada di sini? Tapi rasanya warung kopi atau warung rokok itu nggak bisa jadi patokan yang bagus, sih.
Hebatnya, temanku ini bisa langsung tahu kalau aku kelewatan hanya dari deskripsiku yang seadanya. Heran, kenapa sih dia dianugerahi kemampuan pemetaan yang ajib begitu? Bukannya seharusnya perempuan itu susah membaca peta dan menentukan jarak, ya? Ilmu itu kudapatkan setelah membaca buku psikologi populer "Why Men Can't Listen and Women Can't Read Maps". Artinya, temanku ini sudah melampaui ilmu psikologi yang berkembang hingga saat ini. Hebat sekali.
Setelah kurang lebih sepuluh menit berjalan kaki menuju arah sebaliknya, aku pun bisa melihat sosoknya yang sedang berdiri menungguku di ujung jalan. Sangat mudah dikenali karena ia memakai baju yang sama denganku. Ngapain dia pakai baju itu juga?
"Ayok," kataku akhirnya tanpa membahas kenapa baju kami kembaran. Sudah biasa, sih. Jadi malas membahasnya lebih jauh.
Sebenarnya, sih rasanya kepingin banting tas karena rencanaku untuk nggak kembaran baju gagal. Hari ini aku tidak dalam mood untuk kembaran, tapi ujung-ujungnya begini juga. Aku memang memakai baju hijau yang kami beli bersama beberapa waktu yang lalu, karena kemarin baju ini sudah kupakai. Sayang kalau hari ini aku harus pakai baju yang lain. Kalian tahu kan ada yang namanya baju-semi-kotor? Jadi, baju hijau ini nggak bersih, tapi juga belum kotor. Rencananya baju ini bakal kucuci malam ini. Dan kupikir temanku itu nggak akan kepikiran untuk memakai baju yang sama karena toh kami tidak janjian apapun sebelumnya.
"Ada anak kembar," celetuk seorang pedagang saat kami berjalan memasuki Taman Makam Pahlawan.
Tuh, kan. Gini deh jadinya kalau pakai baju kembaran. Terlalu menarik perhatian. Sejak awal kuliah, selalu begini. Ada saja hal-hal yang membuat kami dibilang kembar. Entah itu karena kami yang ngomong hal yang sama di saat yang bersamaan, berdebat untuk memiliki satu hal yang sama, bahkan ketika mendapat nilai yang sama persis di beberapa mata pelajaran.
Sejujurnya aku tak terbiasa dengan hal ini. Sejak dulu aku senang menjadi pribadi yang berbeda di kalangan teman-temanku. Aku yang begini tiba-tiba saja punya teman yang semuanya mirip denganku. Rasanya sulit diungkapkan. Apalagi temanku itu memang menginginkan saudara kembar sejak dulu. Sedangkan, aku sama sekali nggak kepikiran soal itu.
Lama berkeliling, akhirnya kami memutuskan untuk berfoto berdua di depan monumen TMP. Sulit sekali foto berdua menggunakan kamera DSLR milikku. Sejauh apapun tanganku menjulurkan kamera itu, tetap saja tidak menghasilkan gambar yang kuinginkan.
"Mau diambilin fotonya, mbak?" tanya seorang laki-laki yang sejak tadi memperhatikan kami berdua yang sibuk berfoto.
Kami pun saling berpandangan dan tersenyum senang. Aku memang tadi bilang sebal karena penampilan kami terlalu menarik perhatian. Tapi di sisi lain, penampilan ini juga menarik orang untuk membantu kami yang sedang kesusahan.
Kalau dipikir-pikir baru kali ini aku punya teman yang setuju apapun pendapatku. Siapa coba yang mau diajak jalan-jalan ke makam untuk merayakan ulang tahun?
"Karena ulang tahun kita tanggal 30 September, kenapa kita nggak keliling ke tempat kejadian G30S/PKI aja?" Itu kataku kemarin. Padahal cuma iseng, karena aku punya kecenderungan untuk mengajukan usul yang agak berbeda dari orang kebanyakan. Tapi ternyata temanku itu langsung setuju, hingga akhirnya hari ini kami menetapkan untuk jalan-jalan ke TMP, Museum Sasmitaloka, dan Museum Lubang Buaya.
Karena kami berdua juga suka menulis, kami juga dengan mudah bisa menggabungkan ide dan mengeksekusinya seolah hanya satu orang yang menulis. Kami juga sangat suka membaca, sehingga kami tidak pernah membeli buku yang sama lagi sejak kami kenal. Sebab aku sudah menganggap koleksi bukunya adalah perpustakaanku, begitu juga sebaliknya.
Meskipun aku sering sebal, tapi kalau aku memang ditakdirkan punya saudara kembar seperti dia rasanya tidak buruk juga.
-Nana-
3/9/2015
Berhubung Lilis (Lisma & Lisda) minta bukti fotonya, ini nif foto aslinya. Foto jadul beberapa tahun yang lalu. Ahahahahahahahaha xDD
![]() |
Yang kiri hasil moto sendiri, terlalu zoom karna kameranya kegedean. Yang kanan difotoin kakak-kakak baik xD |
[Flashfiction] Kembang Api
Di atap gedung itu, mereka berdua terdiam membisu. Tadinya sang perempuan tidak mengerti kenapa laki-lakinya menarik tangannya tanpa mengatakan apa-apa. Padahal mereka berdua tengah menikmati festival akhir tahun di tengah kota ini.
"Kenapa kita ke sini?" tanya si perempuan akhirnya.
"Coba tebak," kata si laki-laki dengan nada menggoda.
Si perempuan memperhatikan sekeliling. Atap gedung ini sepi, dan sepertinya memang tak ada orang lain di dalam gedung karena semua lampunya padam. Mengapa laki-lakinya sengaja mengajaknya ke tempat seperti ini? Apa karena ia ingin memberikan hadiah? Ah, ini kan hanya festival menyambut tahun baru. Mana ada orang yang memberikan hadiah saat-saat seperti ini. Dan hari ini juga jelas bukan ulang tahunnya.
Ah, dia tahu!
"Aku tahu!" seru si perempuan antusias. Ia mengangkat telunjuknya tinggi ke suatu tempat di keramaian. "Kembang api." Ia pun tersenyum penuh kemenangan.
Si laki-laki mengangguk. "Dan kita akan menikmatinya dalam 5...4...3..." Ia fokus pada jam tangannya.
"2...1..." Si perempuan ikut menghitung mundur dengan tidak sabar.
"PSIUUU! DUARRR!!! BLARR!!"
Semua orang bersorak sorai melihat langit yang kini penuh warna. Kembang api muncul di langit selama satu menit penuh. Waktu yang cukup untuk seorang laki-laki di atap gedung untuk melepas kedua sarung tangan, jaket, topi, serta pistol yang ia pakai, dan membuangnya ke tempat tersembunyi.
Sementara itu di hadapannya tergeletak si perempuan yang sudah tak bernyawa karena ledakan pistol apinya sejak detik pertama kembang api meledak.
#malamnarasiOWOP
Nana 8/9/2015
Langganan:
Postingan (Atom)